PAGI yang cerah. Dan pada setiap pagi yang cerah, selalu saya susuri Jalan Raya Gilimanuk-Denpasar. Jalan raya yang dihimpit oleh rimbun pepohonan hijau di sisi kanan dan kiri jalan, jalan raya yang jauh dari pemukiman.
Ini jalanan yang sejuk. Apalagi ditambah lagi dengan adanya sapaan dari hewan primata, monyet, yang selalu ada di bahu jalan. Seringkali juga saya jumpai jalak hitam dan jalak Bali yang sedang berkicau menghibur telinga dan pikiran, dan memanjakan mata.
Tak lain dan tak bukan, ini jalanan masih masuk dalam wilayah Taman Nasional Bali Barat. Rimbun hutan bisa kita pandang di sepanjang sisi jalan. Tapi, awas, hati-hati, jangan terlalu asyik memandang kiri-kanan, nanti bisa terlena dan kendaraan bisa hilang kendali. Dan, kita bisa celaka.
Saya selalu memandang sekaligus berkendara dengan hati-hati. Luar biasanya adalah, pemandangan ini saya rasakan setiap hari kecuali hari Minggu dan hari libur. Saya bekerja sebagai guru honorer di salah satu madrasah swasta di Desa Melaya. Dari tempat saya di Gilimanuk, saya memang harus menyusuri jalan raya yang dihimpit hutan untuk menuju Desa Melaya.
Pemandangan ini saya anggap sebagai sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, sebagai hiburan rutin dan charge semangat sebelum menjalankan aktivitas bekerja yang demikian kompleks.
Bayangkan, sudah empat tahun lebih saya mendapatkan kenikmatan yang tidak bisa dirasakan oleh semua orang, apalagi semua pekerja. Sungguh sesuatu yang sangat mahal, tidak dapat dibandingkan dengan gaji saya yang enggak sebarapa. Hahaha.
Akan tetapi, meski saya berusaha menceritakan dengan retorika yang indah bahkan sempurna, nyatanya keindahan itu seringkali ternodai justru oleh pengendara itu sendiri. Lho kok bisa?
Mari selami lebih lanjut. Mungkin saja, karena pengendara terlena oleh keindahan alam Taman Nasional Bali Barat yang dihiasi oleh flora dan nyanyian burung-burung, terutama Jalak Bali, serta hewan primata monyet dengan sapaan tulus di sisi jalan, tak jarang pengendara menyempatkan untuk berhenti sejenak di pinggir jalan.
Para pengendara berhenti, untuk sekadar istirahat, atau untuk membalas sapaan monyet dengan potret gawai untuk dibuat status di media sosial. Mereka kadang memberi bingkisan makanan ringan atau buah yang menjadi perbekalan si pengendara.
Sontak saja, gerombolan monyet langsung menyerbu dengan girangnya. Ketika melihat ini, manusia mana yang tidak merinding bahagia melihat keceriaan monyet diberi makan secara cuma-cuma.
Hal inilah yang membuat pengendara lain yang melintas, awalnya tidak berniat untuk memberi makan monyet, lantas timbul niat untuk berhenti dan ikut menyaksikan pemandangan itu.
Kembali pada sang pengendara tadi, setelah mungkin cukup dengan hiburan dari gerombolan monyet, maka sudah tentu pengendara melanjutkan perjalanannya dengan penuh kehati-hatian. Mereka tentu akan menceritakan pengalaman bahagianya kepada keluarga, saudara atau bahkan kawan-kawannya.
Namun apa yang terjadi setelahnya dengan monyet dan kondisi di sepanjang jalan yang telah dilalui itu?
Ya benar, sisa sampah plastik yang tidak dapat dikonsumsi oleh monyet tergeletak di pinggir jalan, beterbangan ke mana-mana hingga menyebar ke sepanjang jalan Taman Nasional Bali Barat. Sisa makanan dan sampahnya itu akan menodai keindahan alam sepanjang perjalanan.
Miris dan menyedihkan, niat baik justru berubah menjadi sebuah petaka. Belum lagi hal ini dilakukan bahkan setiap hari oleh pengendara. Bisa dibayangkan seberapa banyak sampah yang tersebar di sepanjang jalan itu.
Namun untungnya, kita semua punya pahlawan jalanan. Pahlawan itu adalah Petugas Role Model Taman Nasional Bali Barat.
Petugas yang mengambil sisa sampah di tepi jalan raya Singaraja-Gilimanuk
Tidak kenal musim, meski dengan personil yang terbatas, hanya beranggotakan 3 serangkai, mereka menangani sampah-sampah itu di sepanjang jalan yang hampir 10 kilometer panjangnya. Sungguh, gokil bukan maen.
Inilah salah satu upaya dari Taman Nasional Bali Barat untuk menjaga keindahan alam tersebut. Hasilnya bisa kita nikmati secara signifikan, banyak sampah yang disikat habis sepanjang jalan. Jika tak habis sehari, sisa sisa sampah itu akan diangkut pada keesokan harinya.
Mari bersama sama bantu pertahankan hal indah ini, dengan cara tidak memberi makan hewan liar, dan membuang sampah sembarangan, sebagai solusi untuk masalah pertama yang ditimbulkan.
Tapi guys, sebenarnya masih ada masalah kedua yang dihasilkan dari perbuatan tersebut?
Akan saya ulas pada tulisan berikutnya. Hahaha. [T]