31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Bambu Punah, Sampah Baliho Caleg pun Jadi

Agus WiratamabyAgus Wiratama
February 14, 2024
inEsai
Sanggah Setengah Jadi dan Ritual yang Kembali Sederhana

Agus Wiratama || Ilustrasi tatkala.co || Nana Partha

KALAU ada orang yang mengatakan bahwa dirinya muak dengan pemilu, saya yakin, Grudug akan mengikuti orang itu. Muak ini sudah lebih dari apa yang Grudug bayangkan sebelumnya. Kini, ia sudah sampai pada level pusing, dan ingin muntah-muntah. Ya, di satu sisi Grudug sesungguhnya ingin berterima kasih pada pemilu, karena berkat pemilu ia mengurangi konsumsi sosmed, tapi di sisi lain, ia harus melewati segala halangan-rintangan untuk mengubah kebiasaannya.

Saya ingin menceritakan hal buruk Grudug pada saudara. Jadi begini: Grudug sesungguhnya belum lama ini tamat kuliah, jadi kebiasaan kuliah masih ia bawa, dan menanggalkan kebiasaan itu baginya seperti ular mengelupas daging. Setiap bangun tidur, bayangan idealnya adalah mematikan alarm, membersihkan kamar, lalu mandi dan sikat gigi, kemudian bekerja bagai kuda.

Ah… Grudug… Grudug… bayangan muluk-muluk itu berulang setiap hari dan gagal setiap  ia coba. Pada kenyataannya, begini yang terjadi: bangun karena alarm, lalu mematikannya. Sembari mengusap-usap mata, ia meregangkan badan seperti beruang yang baru bangkit dari hibernasi lalu membuka ig lalu membuka fb yang isinya sama saja. Semua tentang pemilu, tentang caleg, tentang capres!

Algoritma itu memang kejam, Ferguso. Sekali terpikat, maka postingan sejenis akan datang seperti Jelangkung. Mereka menyerang kita seolah-olah kita adalah samsak paling kokoh yang tak tumbang karena tubian postingan mereka. Awalnya, Grudug berpikir positif-positif saja. Ia mencoba menjadi lebih bijak, sangat berbeda dengan ia ketika kuliah. Ketika kuliah ia akan berkata begini–saya hafal dengan seluk-beluk bikas Grudug–“Semua sama-sama pembohong! Semua pembual! Dasar orang-orang tua!”

Kini, Grudug dewasa nan pengangguran ini memetik pesan moral yang berbeda dari pemilu–meskipun ia bukan orang yang konsisten, Saudara-Saudara. Baginya, pemilu kali ini sungguh pemilu yang menarik, karena banyak caleg dan Capres berusaha menonjolkan kreativitas, dari video-video mereka, goyang-goyang, kostum yang seperti cosplay bahkan foto-foto caleg yang didampingi gambar ternak, caleg dengan foto kapal pesiar, ultraman dan banyak lainnya.

Benar-benar berbanding terbalik. Grudug Muda selalu memilih golput karena banyak alasan. Beberapa di antaranya itu tadi, “yang kita pilih tak akan mengubah apa-apa, paling hanya mengubah hidup teman-teman calon.” atau “memilih presiden, atau memilih anggoda dewan adalah memilih majikan. Memilih penindas!” atau “memilih capres adalah memilih satu gerbong oligarki.” Wah… luar biasa, Saudara-Saudara.

Itu yang kerap Grudug katakan, padahal sesungguhnya ia lebih memilih rebahan dari pada menempuh waktu dua setengah jam untuk ke TPS. Dalam hati yang paling dalam, paling tersembunyi, bahkan ia sendiri malu mendengar kata hatinya, adalah begini: “Perjalanan jauh. Harus melewati jalan dingin, lalu panas. Biaya singgah di minimarket untuk ngopi mahal, tambah satu rokok, dan godoh. Belum lagi singgah beli babi genyol.”

Sementara itu, kini Grudug tampak lebih sibuk dari tim sukses calon-calon itu sendiri. Tampaknya, kebiasaan berselancar di dunia medsos justru membuatnya termakan narasi dangkal. Ia berubah total, saudara-saudara. Setiap ada waktu untuk ngobrol dengan teman-temannya, ia seolah-olah sedang berkampanye soal pemilu. “Satu suara itu menentukan nasib lima tahun bangsa ini.” Di lain waktu, ia akan berkata “Pilih yang tidak memiliki sejarah buruk! Pilih yang cerdas!”

Saudara tahu, yang lebih konyol adalah ini. Grudug berdeklarasi ke teman-temannya setelah melihat unggahan video yang memperlihatkan para guru besar menyampaikan kritik terhadap pemilu tahun 2024 ini. Pada teman-temannya ia berkata “Orang-orang sekarang lebih percaya pada artis-artis sosmed atau influencer dari pada profesor. Pemilih sekarang buta narasi sejarah. Pemilih sekarang terlalu melibatkan emosi!” Saya sebut konyol karena saya tahu, semua yang dia katakan tak ada bedanya dengan celotehan yang sering muncul dalam komentar postingan calon.

*

Ada kata-kata bijak yang menarik. Segala yang berlebihan akan menjadi tidak baik. Air putih yang memiliki sejuta narasi kebaikan pun menjadi tidak baik jika diminum segalon sekaligus. Nah, begitu juga dengan cara saudara kita satu ini menghadapi pemilu. Saudara Grudug ini.

Sialnya, hari itu, kondisi fisik Grudug sedang tidak baik-baik saja. Setelah membuka sosmed–seperti biasa–Ia keliling mencari tempat makan yang menggairahkan. Hari itu ia tidak ingin makan ayam geprek, tidak ingin babi guling, tidak ingin masakan padang. “Kadang memilih menu makan pagi sama sulitnya dengan memilih calon pemimpin yang selalu muncul di feed instagram,” keluhnya.

Namanya juga tidak enak badan, segala hal yang ia lihat jadi tidak mengenakkan. Ini normal saudara. Normal! Hal ini sama dengan kekesalan saudara dengan pengendara lain yang tiba-tiba terasa menyebalkan ketika saudara-saudara buru-buru ke kantor atau sekolah atau kampus karena saudara-saudara telat berangkat. Saudara tahu? itu belum tentu berarti keadaan yang salah. Saya garis bawahi, belum tentu! Bisa iya bisa tidak.

Ketika keliling mencari makanan itulah grudug merasa penat, mual, dan rasanya semua situasi tidak enak itu desebabkan oleh baliho-baliho di pinggir jalan. Dalam hati ia sudah mulai mengumpat-umpat. “Kota ini adalah kota yang tidak nyaman, sangat akrab dengan macet, akrab dengan debu, pohon di pinggir jalan dihabisi untuk pelebaran jalan, banjir, dan kini ada tambahan: baliho caleg, dan capres yang akan menjadi jibunan sampah.” Ia tiba-tiba merasa mual dengan segala kemaran itu.

Saudara-saudara, janganlah saudara marah dengan orang seperti Grudug. Barangkali kita semua pernah ada dalam kondisi seperti itu. Semua hal terlihat salah di matanya, bahkan kesalahan itu melebar seperti api yang muncul di tengah-tengah tumpukan ranting kering. Tapi situasi kritis seperti itu kadang perlu kita rawat. Saudara bisa membayangkan, Grudug tiba-tiba menjadi orang yang bijaki karena situasi itu.

“Isi dunia ini tak jauh berbeda dengan apa yang aku lihat di reels instagram, atau postingan Facebook. Semua tentang keburukan, kini semua tentang pemilihan. Foto yang sama, warna yang sama, gerakan yang sama, mimik yang sama, narasi yang sama. Ah… kepala Grudug sedikit lagi akan meletus seperti balon hijau. Kini dunia benar-benar menyebalkan dan membingungkan: sosmedkah yang meniru dunia fisik ini atau sebaliknya, dunia fisik ini yang telah meniru sosmed?” Saya ingin bertepuk tangan jika ia menelusuri pertanyaan itu. Tapi ia sedang emosional karena sakit. Terpaksa kita maklumi, bukan tepuktangani.

*

Karena hidup sendiri itu lebih menyakitkan ketika sakit, maka Grudug memutuskan pulang kampung berbekal segala kekesalan itu. Tentu saja, kampungnya memiliki situasi yang tidak jauh berbeda, khususnya soal baliho. Kiri-kanan jalan, tempat lenggang, dekat bale banjar, bahkan dekat pura. Di mana luang di sana baliho menjulang.

Belum sempat berganti pakaian dan menaruh tas di kamar, Grudug langsung menuju bale dauh tempat biasa pamannya termenung jika tidak ke sawah. Ia mengisahkan semua kekesalan ini pada pamannya. Sialnya, lelaki tua yang menjadi samsak kemarahan Grudug itu hanya tertawa–saya tahu, dalam hatinya pasti ia menyimpan umpatan pada Grudug–tapi saya salah.

Paman Grudug itu justru mengeluarkan jurus paling normatif yang selalu kita dengar pada saat pemilu, tapi barangkali itu adalah kebenaran paling hakiki yang ia pegang: “Siapa pun yang terpilih toh sama saja. Jangan terlalu memikirkan hal itu. Sudah bagus mereka banyak-banyak masang baliho. Semakin besar semakin bagus. Semakin banyak, semakin baik.”

“Baik apanya? Sampah itu, Wa!”

“Iwa, sudah bilang pada jumah kaja kangin, di sana ada baliho caleg. Itu sudah Iwa tandai. Baliho di Jaban Pura juga Iwa sudah bilang sama tim suksenya. Tapi yang di dekat bale banjar sudah mau diambil oleh orang dari delod dangin. Mereka rakus. Semua baliho mau diembat.”

“Untuk apa Iwa berebut Baliho?”

“Lah, kita kan sudah tidak punya pohon bambu, pagar kandang bebek sudah rusak, atapnya juga banyak berlubang.”

“itu saja?”

“Apa lagi?”

“Begini saja, Wa. Cari aja caleg atau timses yang mau membantu memperbaiki kandang bebek iwa.”

Aha, Grudug benar-benar berlebihan, dia langsung mengambil tas yang ia sandarkan di tembok bale dauh, lalu ia beranjak ke kamarnya. Tentu perubahan zaman menjadi penanda perubahan strategi. Tapi langkah Grudug tiba-tiba berhenti, bola lampu tiba-tiba muncul dalam batok kepalanya.

“Kenapa gak dicabut sekarang, aja?” kata Grudug.

“Wus… Ngawur,” balas pamannya.

Di kamar, Grudug menerawang. Sepertinya dunia ini tiba-tiba terasa benar-benar mengecewakan. Tapi, dalam hati ia berkata, “Sejelek-jeleknya baliho fisik, ia lebih berguna daripada poster di sosmed. Ya… ya… ya… Ini serangan poster. Kenapa ya, setiap serangan dalam pemilu ada saja orang yang senang? Dulu serangan fajar, sekarang serangan poster.” [T]

BACA ESAI dan artikel lain dari penulis AGUS WIRATAMA

Misteri Jalanan: Penghubung atau Pemutus?
Taman, Halaman Belakang, dan Tahi Ayam
Yang Tumbuh Pada Tanah Tubuh | Catatan Proses Latihan Metode Suzuki Untuk Pelatihan Aktor di Indonesia
Tiga Cerpen Gunawan Maryanto | Tiga Pertunjukan Imajiner
Tags: Agus Wiratamabalihocatatan grudugpemiluPemilu 2024PilpresPolitik
Previous Post

Komunikasi sebagai Paket Komplet

Next Post

Perempuan-Perempuan di TPS 7 Kampung Kajanan

Agus Wiratama

Agus Wiratama

Agus Wiratama adalah penulis, aktor, produser teater dan pertunjukan kelahiran 1995 yang aktif di Mulawali Performance Forum. Ia menjadi manajer program di Mulawali Institute, sebuah lembaga kajian, manajemen, dan produksi seni pertunjukan berbasis di Bali.

Next Post
Perempuan-Perempuan di TPS 7 Kampung Kajanan

Perempuan-Perempuan di TPS 7 Kampung Kajanan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co