31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Debat Cawapres: Penyakit Lupa, Gimik, dan Etika

Teddy Chrisprimanata PutrabyTeddy Chrisprimanata Putra
January 22, 2024
inEsai
Kekuatan Politik Baru Itu Bernama Majelis Desa Adat

Gambar ilustrasi: tatkala.co

“Bapak, Ibu harap tenang”

Saya pikir kalimat tersebut akan selalu disampaikan oleh moderator sampai debat terakhir yang akan diselenggarakan Minggu, 4 Februari 2024. Tidak masalah, karena KPU memang membutuhkan moderator yang tidak pernah bosan mengingatkan pendukung yang sulit diatur—Hehe.

Oke, kembali ke topik semula. Minggu, 21 Januari 2024 KPU telah menyelenggarakan Debat Cawapres kedua yang mengangkat topik Pembangunan Berkelanjutan dan Lingkungan Hidup, Sumber Daya Alam dan Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat, dan Desa.

Tentu tema sebanyak itu dengan waktu yang sangat sempit tidak akan berhasil mengelaborasi secara maksimal gagasan yang dimiliki oleh masing-masing calon—pada akhirnya penampilan dari masing-masing calon hanya digunakan sebagai konten bagi para pendukung di sosial media.

Pertama dan Penting

Seperti biasa, segmen pertama debat kita akan dipertontonkan aksi para calon menyampaikan gagasannya (visi dan misi) secara ringkas dalam waktu 4 (empat) menit. Waktu yang terbatas ini memiliki fungsi untuk melatih para calon untuk menyampaikan hal-hal penting yang menjadi gagasan utama dalam tema yang telah ditentukan oleh penyelenggara.

Berbeda dengan debat sebelumnya, Cak Imin memberikan penampilan yang jauh lebih baik—gimik “slepet imin” sama sekali tidak disebut. Dalam pemaparan singkatnya, Cak Imin memaparkan hasil sensus pertanian oleh BPS yang menunjukkan bahwa 10 tahun terakhir jumlah rumah tangga petani gurem mencapai 3 juta.

Juga, Cak Imin sebut proyek food estate sebagai kebijakan yang tidak melibatkan petani setempat dan mengabaikan kearifan setempat. Cak Imin juga menegaskan bahwa krisis iklim yang terjadi hari ini harus diimbangi dengan etika lingkungan—keseimbangan antara Tuhan, manusia, dan alam.

Selain itu, ada satu poin penting lagi yang saya catat dari penyampaian Cak Imin, yakni anggaran yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menyelesaikan krisis iklim berada jauh di bawah sektor lainnya—tentu ini menjadi tolok ukur keseriusan pemerintah terhadap penanganan krisis iklim.

Berbeda dengan Cak Imin, Gibran sebagai Cawapres nomor urut 2 kembali menegaskan soal komitmennya untuk melanjutkan program hilirisasi. Menurutnya sebagai negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar, Indonesia harus memanfaatkan kelebihan yang dimiliki, seperti Indonesia adalah pemilik cadangan nikel terbesar di dunia dan cadangan timah nomor dua terbesar di dunia.

Gibran juga menyampaikan soal keberlanjutan agenda reforma agraria serta menjanjikan peningkatan anggaran dana desa sesuai dengan kondisi fiskal dalam negeri—hal ini dikarenakan menurutnya anggaran desa telah berhasil mengurangi jumlah desa tertinggal dan meningkatkan jumlah desa-desa berkembang.

Mahfud MD menekankan beberapa hal, seperti Indonesia memiliki berbagai kearifan lokal yang erat kaitannya dengan alam. Misalnya, Tri Hita Karana yang merupakan falsafah hidup masyarakat di Bali dan Jawa, kemudian ada Tri Tangtu yang merupakan falsafah hidup masyarakat Sunda yang pada prinsipnya menekankan pada keseimbangan hidup.

Mahfud juga menyinggung soal ironi yang terjadi di Indonesia, bagaimana Indonesia memiliki sumber daya alam yang luar biasa, namun Indonesia dari sisi pangan belum berdaulat. Ia juga menekankan soal kontradiksi yang terjadi antara petani dan lahan pertanian yang semakin sedikit, tetapi justru subsidi pupuk makin meningkat. Sama seperti halnya Cak Imin, Mahfud juga menyinggung soal kegagalan food estate di era kepemimpinan Jokowi.

Saling Serang Antar Cawapres

Pada segmen-segmen berikutnya, masyarakat Indonesia dipertontonkan saling serang narasi dan gimik oleh ketiga cawapres. Karena gimik menjadi kunci, maka tentu gagasan-gagasan tidak akan muncul dan tertimpa oleh gimik—itu sudah pasti, Hehe.

Misalnya, bagaimana Gibran menyindir Cak Imin yang dianggap menjawab pertanyaan sembari membaca catatan pada segmen dua—lantas dibalas oleh Cak Imin pada segmen tiga yang menyebutkan bahwa “saya catat sedikit, yang penting ini bukan catatan Mahkamah Konstitusi”, lantas kembali dibalas oleh Gibran yang menyebut bahwa Cak Imin sudah lebih santai tinimbang debat sebelumnya. Apakah saling serang melalui narasi dan gimik berhenti sampai di sana? Ohh, tentu tidak.

Pada momen yang lain, gimik serta saling serang narasi kembali terjadi. Misalnya bagaimana Mahfud MD menjawab pertanyaan Gibran terkait dengan greenflation yang kemudian ditanggapi oleh Gibran dengan gimik meneropong, seolah-olah mencari sesuatu yang tak terlihat dan kemudian ditambahkan dengan penjelasan, “Saya lagi nyari jawabannya, Prof. Nyari-nyari di mana ini jawabannya, kok enggak ketemu jawagannya. Saya tanya masalah inflasi hijau, kok malah menjelaskan ekonomi hijau”.

Dan tidak perlu waktu lama, Mahfud pun menjawab gimik yang dilakukan Gibran dengan pernyataan, “Ini ngarang-ngarang ndak karuan mengaitkan dengan sesuatu yang tidak ada. Oleh sebab itu, ini tidak layak dijawab menurut saya”. Tentu masih banyak lagi saling serang narasi dan gimik yang dipertontonkan pada debat kemarin yang bisa teman-teman saksikan sendiri di platform YouTube.

Penyakit Lupa dan Etika

Setelah menyaksikan debat cawapres, saya pikir seharusnya masyarakat setidaknya sudah mampu mengkerucutkan pilihan yang akan dicoblos di TPS pada Rabu, 14 Februari 2024 mendatang—setidaknya sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Tetapi ada satu hal yang dapat kita lihat hari ini, bahwasannya politisi hari ini selalu digerogoti oleh penyakit lupa. Cak Imin lupa bahwa dirinya adalah bagian dari kekuasaan hari ini, setidaknya dua kementerian di Kabinet Indonesia Maju dipimpin oleh kader-kadernya—juga saudaranya.

Jika Cak Imin serius memperjuangkan peningkatan anggaran dana desa, seharusnya dirinya bisa melakukan itu pada pemerintahan hari ini, apalagi posisinya sebagai Wakil Ketua DPR-RI juga memberikannya keleluasaan. Ohh, iya saya lupa—kalau semua dikerjakan hari ini, lantas apa jualan politiknya ke masyarakat?

Gibran juga lupa. Lupa bahwa dirinya sejak lama membranding diri sebagai anak muda yang memiliki sopan santun. Namun pada debat kali ini, ia menghancurkan semua branding tersebut. Tanggapan yang dilakukannya kepada Mahfud MD dan Cak Imin menjadikan dirinya sebagai figur yang nihil etika. Pernyataan yang ditujukan kepada Cak Imin soal membaca catatan dan gimik yang dilakukan untuk menanggapi jawaban Mahfud MD. Saya ingin mengutip beberapa cuitan tokoh di platform sosial media X pasca pelaksanaan Debat, misalnya Alissa Wahid mengatakan:

“Menyayangkan sikap mas @gibran_tweet malam ini. Sedikit jahil berbeda dengan sikap melecehkan orang lain. Dan itu yang tadi ditunjukkan mas Gibran berulang-ulang kepada kedua kandidat lain.”

Juga disampaikan oleh Okky Madasari yang merupakan seorang sastrawan:

“Tadi malam diminta kasih nilai: Cak Imin B+ (+ krn sebut Etika Lingkungan. Etika Lingkungan Harus jadi paradigma pembangunan. Yg studi lingkungan pasti paham)_Prof Mahfud B (pasti A+ kalau di debat hukum)_Gibran C (Dosen lain akan kasih F karena dia menghina intelektualitas.”

Meski menuai banyak dukungan pada debat kemarin, Mahfud pun lupa bahwa dirinya adalah bagian dari Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin Jokowi. Mempertanyakan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan oleh rezim Jokowi sama saja mempertanyakan hasil kinerja diri sendiri. Sebagai Menko Polhukam, saya pikir Mahfud harusnya bisa bicara lebih banyak dalam upaya perbaikan hukum di Indonesia di segala aspek—termasuk di dalamnya aspek-aspek yang menjadi topik debat kemarin. Tapi sekali lagi, saya lupa kalau semua itu dilakukan di rezim ini, apa yang akan dijual oleh Ganjar-Mahfud kepada publik?

Dalam era teknologi yang super maju seperti sekarang ini, para calon pemimpin bangsa harus sadar bahwa waktu yang singkat dalam debat haruslah dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menyampaikan gagasan untuk bangsa. Penggunaan gimik secara berlebih jelas akan memberi efek bias kepada konteks debat. Lihat saja hari ini, pasca debat kemarin, bukannya ide atau gagasan yang ramai diperbincangkan—gimik-gimiklah yang ramai diperbincangkan. Apakah kita mau terjebak pada lingkaran ini? Tentu tidak.

Ada beberapa hal yang mesti dilakukan, seperti:

Pertama, KPU harus membuat format baru debat—pastikan format yang baru memberikan ruang yang leluasa bagi peserta untuk mengeksplorasi gagasannya. Jadikan panelis sebagai bagian aktif dalam debat—bukan hanya sekadar pengambil tema di dalam fishbowl saja. Setidaknya format yang baru bisa diterapkan pada pelaksanaan pilkada serentak mendatang

Kedua, partai politik harus menjalankan fungsinya sebagai organisasi yang bertugas melahirkan pemimpin nasional. Kaderisasi di internal partai politik harus serius digarap, tidak hanya sekadar mengandalkan popularitas dan elektabilitas. Kemampuan dalam berpikir kritis, menyampaikan secara terstruktur, pengalaman yang mumpuni, serta etika juga menjadi hal penting yang mesti disiapkan oleh partai politik.

Ketiga, warga negara juga harus dibekali dengan pengetahuan dasar demokrasi dan kepemiluan dalam rangka meningkatkan kualitas demokrasi bangsa Indonesia.

Jadi tak sabar menyaksikan debat selanjutnya. Apa kalian sudah menentukan pilihan? [T]

  • Baca esai-esai politikTEDDY CHRISPRIMANATA PUTRAlainnyaDI SINI
Membaca Masa Depan Koster
Gincu Politik: Manis dan Menghanyutkan
Mempertanyakan Diamnya Gibran
Ilusi Citra ‘Gemoy’ Dalam Politik Elektoral Indonesia
Sulit Membayangkan Anies Menang di Bali
Membicarakan Kekuasaan di Indonesia: Timur Apa Barat?
Partisipasi Politik Dalam Negara Demokrasi
Tags: Analisa PolitikCak IminGibranMahfud MDpemiluPemilu 2024PilpresPolitik
Previous Post

Langu Budaya: Panggung Belajar Anak-Anak Sanggar Santhi Budaya

Next Post

Diskusi “Home Schooling” Bersama Mira Julia: Pendidikan Bertanggungjawab di Tengah Keluarga

Teddy Chrisprimanata Putra

Teddy Chrisprimanata Putra

Lulusan Teknik Mesin Unud, tapi lebih memiliki minat ke dunia literasi juga organisasi. “Sublimasi Rasa” adalah karya pertama untuk melanjutkan karya-karya selanjutnya.

Next Post
Diskusi “Home Schooling” Bersama Mira Julia: Pendidikan Bertanggungjawab di Tengah Keluarga

Diskusi “Home Schooling” Bersama Mira Julia: Pendidikan Bertanggungjawab di Tengah Keluarga

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co