10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Citragopta, Citrakara, Prabangkara: Menelaah Asal-Muasal Seni Dalam Lontar Wiswakarma

Dewa Purwita SukahetbyDewa Purwita Sukahet
January 4, 2024
inEsai
Citragopta, Citrakara, Prabangkara: Menelaah Asal-Muasal Seni Dalam Lontar Wiswakarma

Foto: Purwita Sukahet

TULISAN ini ringkas, ya memang diniatkan untuk ringkas. Isinya mengajak kita untuk kembali menelaah tentang terminologi, diksi, leksikografi seni, khususnya seni rupa pada kitab lontar berjudul Wiswakarma milik Griya Gede Delod Pasar, Intaran, Sanur.

Menariknya, membaca kalimat pembuka pada kitab ini kita dihadapkan pada asal-muasal kitab ini ditulis, berdasarkan kitab babonnya, yaitu Usana Jawa. Setelah itu prolog menjelaskan tentang dua dewata, yaitu Hyang Brahma dan Wisnu, yang menciptakan tiga manusia yakni manusia kdi (kedi), jalu, dan wadwan—mereka terus berkembang hingga menumbuhkan keturunan manusia yang banyak.

Manusia-manusia tersebut tidak tahu akan apa-apa, tidak tahu caranya mencari makan, tidak tahu caranya berbusana (asal-muasal ditemukannya fashion?), tidak tahu caranya bersosial, tidak tahu caranya membuat rumah sehingga hidupnya dibawah terik matahari, kadang-kadang di bawah pohon, dll.

Singkat kata, kemudian turunlah Hyang Wiswakarma ke dunia untuk mengajari para manusia ini untuk membuat rumah, membuat perabot rumah tangga yang tajam-tajam, tata cara membangun tempat suci, dll. Sehingga manusia dapat hidup dengan layak dan mengingat asal-muasal penciptaan manusia.

Selanjutnya oleh para manusia tersebut, apa yang diajarkan oleh Hyang Wiswakarma disebut sebagai Citragopta yang membawa ajaran tentang menatah, punggu (?), palu, kisa, membuat busana-pakaian yang dapat dipergunakan dengan layak.

Seturut kemudian, turunlah Hyang Citrakara dengan berbagai rupa yang kemudian bersatu menjadi hamrabangkara. Narasi ini kemudian ditutup dengan penjelasan bahwa begitulah para dewata ketika turun di dunia dengan membebaskan manusia dari kebodohan dengan Aji Sastra, mengetahui baik dan buruk, kurang dan lebih.

Secara ringkas pada bagian awal narasi kitab Wiswakarma ini menyajikan kosmologi, sebuah narasi tentang asal mula manusia, proses memahami akan ruang dan waktu pada alam yang evolutif hingga bagaimana keahlian diturunkan.

Yang hendak digaris bawahi adalah adanya tiga frasa kata yang berhubungan dengan keahlian manusia, yaitu citrakara, citragopta, dan prabangkara—tiga frasa ini sering dikaitkan dengan seni sebagaimana yang dipahami di Indonesia bahwa seni dipadankan dengan kata “art” (eng. Spesifik dimaknai khusus pada seni lukis, rupa, visual).

Seni di Indonesia dipergunakan untuk merangkum keseluruhan seni sekaligus ragam jenis-jenisnya, lahirlah kemudian seni rupa dan seni pertunjukan dengan berbagai cabangnya. Khusus pada seni rupa dibagi kembali menjadi seni rupa murni dan seni rupa terapan, tujuannya untuk mengklasifikasikan yang mana seni murni untuk ekspresi dengan kerajinan.

Sialnya, seni terapan tersebut dibelokan maknanya dengan kriya sekaligus kriya dipadankan pada bentuk-bentuk kerajinan tangan padahal pada kerajinan itu juga ada ekspresinya. Bahkan pada kitab Wiswakarma itu jelas tertulis tatah; hatatah-tatahnya.

Kata tatah bagi orang Bali dipahami dengan keterampilan tangan mengolah pahat dengan kulit, biasanya dipergunakan di dalam istilah pembuatan wayang atau mengukir dengan teknik tembus pada bidang dua dimensi.

Pada entri Jawa Kuna dalam bukunya Zoetmoelder & Robson pun menuliskan arti katanya sebagai memahat; pahat kecil; untuk anatah, tinatah juga dimaknai sebagai memberikan bentuk kepada sesuatu; merencanakan; mempersiapkan.

Dengan demikian, apakah asal-mula citra yang diartikan sebagai lukisan (term Jawa Kuna) dimulai dari hanatah/tinatah? Sebelum dipikirkan ulang ada baiknya kita kembali ke judul yaitu Citrakara, Citragopta, dan Prabangkara.

Yang pertama adalah Citrakara. Di dalam kitab Wiswakarma disebutkan dengan menambahkan kata Hyang di depannya sehingga menjadi Hyang Citrakara dan sejalan dengan itu, maka Hyang Citrakara adalah dewata pujaannya para pelukis, merujuk kepada term citrakāra pada Jawa Kuna diserap dari bahasa Sansekerta berarti pelukis.

Yang kedua adalah Citragopta, kata ini secara langsung tidak saya temukan dalam bukunya Zoetmulder & Robson. Terminologi ini ada sebagai diksi dari citraloka yang berarti penulisan yang mencatat apa yang terjadi di dunia ini, atau kita dapat membaginya dengan citra dan gopta, arti kata gopta merujuk kepada sesuatu yang sifatnya rahasia seperti ajaran, mungkin disakralkan(?).

Yang ketiga adalah Prabangkara dalam Jawa Kuna berarti matahari, dalam konteks yang lain berarti pelukis, seniman, artist. Prabangkara juga disamakan dengan Citrakara oleh Berg di dalam mengartikan kata ini dalam Kidung Sunda, “katur punang pĕṭa sang rajaputri dene si prabangkara”.

Kitab Wiswakarma tersebut medeskripsikan bahwa turunnya Hyang Citrakara dengan berbagai macam rupa (hamancarupa), berpadu kemudian hamrabangkara (melukiskan berbagai hal/mewujudkan berbagai bentuk kesenian).

Jadi, secara kosmologi, asal mula seni adalah pelajaran ilahiah berdasarkan pada Aji Sastra yang diturunkan oleh Hyang Citrakara, lekatnya pada ajaran Hyang Wiswakrma mengenai bagaimana konsep proses mencipta ala Bali.

Secara terminologi, citrakara, citragopta, dan prabangkara—acuan Kawi-nya—berasal dari kata citra atau citraka yang berarti lukisan, gambar, sketsa. Lantas bagaimana kalau hari-hari ini jika kita ingin menyatakan lukisan kita sebutkan dengan citraka? Atau justru kita lebih nyaman mempergunakan painting? Atau biarlah sebut lukisan saja biar tidak ribet?

Ah, apa pentingnya juga di masa kontemporer ini berbicara tentang terminologi? Rasanya hanya akan menambah beban hidup saja, bukan?[T]  

Pohmanis, 4 Januari 2024

Gaya Lukisan I Gusti Made Deblog dan Jalan Panjang Penetapan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda 2023
Tata Ruang Kota, Tiang dan Kabel-kabel, dan Persoalan Estetika
Seni Rupa Bali dan Persoalan Arsip
Kepekaan Estetika Kita dan Cagar Budaya Gedong Kirtya
Tags: kesenian balilontarSeni Rupa
Previous Post

Bukit Ser, Tempat Terbaik untuk Menenangkan Diri

Next Post

Bilingualisme dan Diglosia di Lingkungan Keluarga

Dewa Purwita Sukahet

Dewa Purwita Sukahet

Perupa, suka ngukur jalan, dan CaLis tanpa Tung

Next Post
Bilingualisme dan Diglosia di Lingkungan Keluarga

Bilingualisme dan Diglosia di Lingkungan Keluarga

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co