SEKAA Gong Genta Budaya, Banjar Dalem, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, mewakili Kabupaten Badung dalam Parade Gong Kebyar Legendaris serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2023 ini.
Mereka berada dalam satu panggung di Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali, dengan Sekaa Gong Kebyar Patra Kencana, Banjar Sengguan Singapadu, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Senin malam, 3 Juli 2023.
Di panggung terbuka itu Sekaa Gong Genta Budaya membawakan Tabuh Pat Lelambatan Mina Ing Segara, Tari Legong Supraba Duta, Sandyagita Gegitan Wilet Mayura dan Kidung Wilet Mayura, dan Tari Baris Gurnita Wira Rebana.
Sekaa Gong Genta Budaya juga memiliki sejarah cukup panjang. Menurut Ketua Panitia Pementasan Sekaa Gong Genta Budaya di PKB XLV, Wayan Suardiana, dari penuturan para sesepuh, terbentuknya Sekaa Gong Genta Budaya ini bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka yakni pada tahun 1927.
Namun kala itu, perangkat gamelan baru mendekati 50 persen. Sedikit demi sedikit perangkat gamelan bertambah hingga menjadi komplit pada 1973.
.
Di tahun-tahun berikutnya, latihan mulai dilakukan dengan intensif dengan mendapatkan pelatihan dari I Gusti Made Lumbung yang berasal dari Mambal (kini wilayahnya pemekaran menjadi Desa Mekar Bhuana).
“Sampai pada satu kesempatan, Sekaa Gong Genta Budaya ikut seleksi di tahun 1981 dalam acara diadakan oleh Pemkab Badung, yang waktu itu masih gabung bersama Kodya Denpasar. Setelah seleksi, terpilih Sekaa ini sebagai wakil Duta Badung pada PKB ke-4 tahun 1982. Jadi setelah tahun 1982, tahun ini adalah penampilan kedua kami di PKB setelah 41 tahun lamanya,” tuturnya.
Suardiana melanjutkan, dalam pementasan kali ini para penabuh angkatan 1982 juga ikut andil. Bahkan jumlahnya 40 persen dari total penabuh. Sebagian besar masih diberikan tetap menabuh di posisi perangkat gamelan tahun 1982. Namun ada juga pemain yang digeser karena kemampuan tenaganya yang sudah tidak seenergik dulu.
Meski para penabuh angkatan 1982 kini usianya rata-rata di atas 60 – 77 tahun, namun jangan ditanya soal semangatnya. Kata Suardiana, justru yang muda merasa tertantang mengimbangi semangat para lansia.
“Mereka yang sudah lansia saja masih semangat meski latihan hampir setiap malam dan gladi bersih di tengah cuaca hujan. Kami yang lebih muda seperti tertantang untuk mengimbangi semangat mereka,” katanya.
Namun tak bisa dipungkiri, karena kondisi fisik lansia yang tak sekuat dulu, dalam perjalanan latihan ada salah satu penabuh angkatan 1982 yang tak bisa melanjutkan impiannya tampil kembali di PKB. Meski ada sedikit perasaan sedih, namun seniman lawas tersebut sudah berlapang dada tidak ikut tampil.
“Memang saat mengawali latihan kami sudah lakukan pengecekan kesehatan, karena kami tahu yang tampil ini banyak lansia. Namun ada satu sesepuh yang drop di tengah proses latihan. Beliau lapang dada tidak bisa ikut, meski ada rasa sedih karena apa yang ditunggu-tunggu tidak bisa diikuti. Padahal ketika kita undang rapat-rapat untuk pementasan ini, dia datang paling pertama,” ceritanya. [T][Pan/*]