10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Nama-nama Orang Indonesia : Kreatifitas Atau Anu?

Putu Arya NugrahabyPutu Arya Nugraha
April 22, 2023
inEsai
Kisah-kisah Unik Pendidikan Dokter | Merayakan HUT ke-4 FK Undiksha

KALI INI SAYA PUNYA kesempatan menantang pujangga terbesar sepanjang sejarah, Shakespeare yang tersohor dengan ungkapan satirnya, “What’s in a name?” Lengkapnya, “What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet.” Andaikata kita memberi nama lain untuk bunga mawar, ia akan tetap berbau wangi.

Shakespeare memang begitu sedih dengan kisah yang diciptakannya sendiri. Sepasang sejoli tak bisa bersatu, alih-alih saling memiliki, berdamai pun tidak, nyawa mereka pun direnggutkan. Tak lain karena dua nama keluarga yang berseteru begitu runcing.

Nama, acap kali memang tak sekadar kata. Ia begitu kompleks. Selain tentu saja sebagai panggilan, nama bisa sebagai identitas atau mewakili strata sosial, doa dan harapan, cerminan sebuah era bahkan bisa jadi gambaran mentalitas suatu masyarakat.  Betulkah?

Nama saya Putu Arya Nugraha. Jelas ini bukan nama Bali asli alias tradisional. Meskipun Putu memang sebutan khas orang Bali untuk anak pertama atau sulung selain bisa juga memakai Gede atau Wayan, Arya dan Nugraha tentu saja bahasa serapan. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa Sanskerta dan Nugraha sendiri telah diserap ke dalam bahasa Jawa dan kemudian bahasa Indonesia. Sepertinya orang tua saya merasa lebih mentereng jika nama anaknya menggunakan kata dari bahasa serapan yang memang kedengarannya bagus.

Nama ayah saya sendiri adalah I Made Awas dan ibu saya I Nyoman Ratep. Nama ibu jelas nama tradisional Bali yang artinya dekat, rapat atau akur. Sementara Awas, maknanya sudah sangat terang dan memberi gambaran, setidaknya kakek saya sudah mengenal bahasa Indonesia pada saat itu atau situasi saat kelahiran ayah adalah masa-masa pasca kemerdekaan yang menuntut kewaspadaan, awas! Boleh disebut, ini model kontenporer nama orang Bali.

Saya amati, dalam generasi saya, nama tradisonal Bali seperti Locong, Gredeg atau Monyer sudah nyaris punah. Sepertinya jenis nama-nama ini sudah dianggap kuno dan kurang gaul bahkan mengundang cemooh. Padahal, pernah ada seorang bupati bernama I Wayan Gredeg. Mengapa nama-nama tradisonal Bali itu ditinggalkan? Adakah karena kita mudah menerima hal-hal baru atau cenderung meniru, punya mental minder atau sebuah budaya kreatifitas?

Saya punya tiga orang anak dan nama ketiganya punya karakter yang sama yaitu memakai kata dari serapan bahasa Jawa atau Sanskerta. Nama mereka Ni Luh Putu Sasmitha Ayu, I Made Dwi Wedhananta (alm) dan I Nyoma Arya Wirabhumi. Setidaknya saya melanjutkan gagasan ayah yang sepertinya minder jika memberi saya nama I Putu Locong atau I Wayan Prongot.

Tentu saja saya pun tak tega memberi nama putri saya Ni Luh Putu Monyer. Tak bisa dipungkiri saya telah ikut minder dengan nama-nama Bali asli tersebut. Teman-teman saya yang lain bahkan sudah ada yang menamai anak mereka dengan nama-nama barat atau Eropa seperti Kevin, Johny atau Harry. Boleh dibilang kelompok nama ini sudah merupakan evolusi generasi ketiga nama-nama orang Bali. Dari nama tradisional Bali era tahun enam puluhan ke bawah, nama serapan bahasa Jawa atau Sanskerta lalu nama-nama bercirikan barat atau Eropa sejak era sembilan puluhan.      

Padahal orang-orang barat atau Eropa atau Yahudi (Ibrani), Arab atau India bahkan Latin,  rasa-rasanya tak ada dari mereka yang  memakai nama-nama Indonesia seperti Mr Slamet, Miss Butet apalagi Mr Locong! Ini memang fenomena cukup menarik. Saat seakan-akan kita bangga mengadopsi nama-nama asing tersebut, sebaliknya mereka orang-orang asing tersebut tidak ada yang memakai nama-nama kita.

Cukup banyak nama-nama orang Indonesia yang memakai bahasa Ibrani seperti Ebenezer atau Jessica, namun belum pernah kita dengar nama orang Yahudi seperti Ucok atau Sariyem. Demikian juga tak ada orang India bernama Ratep atau Monyer.

Orang Indonesia yang memakai nama dari bahasa Arab tak kalah banyak jumlahnya. Sebutlah Ghibran, Habibi atau Jamila. Sementara orang Arab belum ada kita dengar bernama Timbul, Mukidi atau Suginem. Bahkan sudah merupakan hal lumrah orang Indonesia bernama latin seperti Alexis, Andromeda atau Grace. Namun tidak sebaliknya. Belum ada pemain bola Spanyol bernama Bambang atau Ribut. Ah, bertepuk sebelah tangan!

Nampak sekali perubahan yang cukup cepat, karakter nama-nama orang Indonesia. Ini dapat dibandingkan dengan nama-nama orang Eropa atau China yang cenderung statis. Ambil saja contoh raja Inggris saat ini adalah Charles III. Nah raja Charles yang pertama itu berkuasa pada abad ke-16. artinya dalam kurun waktu sekitar 400 tahun, nama orang Inggris masih tetap sama. Dalam sejarah China, Yin Zheng adalah kaisar pertama Tiongkok pada tahun 247 SM yang kemudian mendirikan dinasti Qin. Nama Yin Zheng juga digunakan oleh seorang aktor Tiongkok kelahiran tahun 1986. Dari kekaisaran di masa lampau hingga menjadi bangsa modern di masa kini, nama yang digunakan tetap sama.

Jadi ada apa dengan nama-nama orang Indonesia? Yah, bisa jadi kita memang bangsa yang kreatif dan mudah menerima pengaruh asing, atau jangan-jangan kita memang suka meniru atau plagiat. Bisa juga karena keinginan untuk menaruh doa dan harapan pada nama-nama tersebut. Mungkin saja nama-nama asing lebih akomodatif untuk kebutuhan ini. Namun, kita pun sebetulnya bisa melakukannya dalam nama-nama Indonesia.

Jika dalam bahasa Inggris ada nama Mr Goodman, maka dalam bahasa Indonesia ada Tulus atau dalam bahasa Bali ada nama I Becik (baik) atau Putu Nau (senang). Ataukah karena nama-nama asing kedengaran lebih gaya atau keren? Sehingga kita pun ingin memakai nama-nama itu? Masuk akal juga sih.

Tapi jangan salah, jika nama barat dibilang gaya seperti Mr Waterman, nama orang Jawa ada juga kok, Wateman. Bahkan jika ada superhero termasyur bernama Superman, di Jawa ada juga mas Suparman. Di Bali ada nama Kaler, nah itu tak kalah keren dari nama barat, Kohler, pemilik salah satu perusahaan manufaktur terbesar di USA. Jika demikian, harus diakui, jangan-jangan kita masih menyimpan sikap minder terhadap bangsa lain. [T]

BACA esai dan cerpen lain dari penulis DOKTER PUTU ARYA NUGRAHA

Membedah Riwayat Nama “Batu” di Nusa Penida
Dialektika Kebangsaan dan Asal Usul Nama Indonesia
Cempaga/Majegau | Pohon Langka yang Menjadi Nama Desa Tua di Bali
Tags: Dokter Arya NugrahaNamanama balinama indonesiaPutu Arya Nugraha
Previous Post

Lagu Rindu untuk Ibu: Membaca Sajak-sajak I Wayan Suartha

Next Post

Self Harm: Sebuah Pencarian Identitas Diri

Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

Next Post
Self Harm: Sebuah Pencarian Identitas Diri

Self Harm: Sebuah Pencarian Identitas Diri

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co