1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Marayana dan Wiana: Berpulangnya Tokoh Hindu dari Pesisi Utara dan Pesisi Selatan Bali

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
April 20, 2023
inKhas
Marayana dan Wiana: Berpulangnya Tokoh Hindu dari Pesisi Utara dan Pesisi Selatan Bali

Gede Marayana dan Ketut Wiana | Foto-foto: Ist

DALAM SEMINGGU INI, dua tokoh Hindu, masing-masing berasal dari pesisi Bali bagian utara dan pesisi Bali bagian selatan, berpulang, nyujur sunialoka. Mereka bukan hanya meninggalkan keluarga tercinta, melainkan juga meninggalkan umat Hindu, terutama di Bali, yang hingga kini masih sepertinya didera begitu banyak persoalan.

Tokoh Hindu dari utara itu adalah I Gede Marayana. Ia lahir di Banjar Dinas Galiran, Desa Baktiseraga, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Ia tutup usia, Senin, 17 April 2023, pukul 16.49 Wita, dalam usia 75 tahun.

Tokoh Hindu dari selatan adalah Drs I Ketut Wiana M.Ag. Ia meninggal dunia dalam usia 82 tahun, Rabu 19 April 2023 pagi di kediamannya Jalan Kembang Matahari Nomor 17, Denpasar. Ketut Wiana berasal dari Desa Bualu, Kuta Selatan, Badung.

Umat Hindu tentu saja kehilangan besar. Dua tokoh ini, selama hidupnya sangat suka mengejar ilmu, sekaligus suka membagi ilmunya kepada siapa pun umat yang memerlukannya.  Seperti keseimbangan yang tiba-tiba hilang antara utara dan selatan Bali.

Bukti bahwa dua tokoh ini dicintai umat, banyak tulisan-tulisan ucapan duka cita yang tersebar di media sosial. Mereka menyampaikan duka cita dan rasa kehilangan yang mendalam sekaligus menulis doa-doa agar mereka bersatu dengan Hyang widhi.

Marayana, Pendidikan dan Wariga

Pada usia yang tak lagi tergolong muda, Marayana, sejak beberapa tahun lalu, menyisihkan waktunya untuk kuliah dan sukses meraih gelar S1. Pada Oktober tahun 2022, ia menuntaskan program S2 Pendidikan Agama Hindu di STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja.

“Di usia Beliau yang sudah senja, masih dengan penuh semangat untuk menempuh pendidikan. Bahkan Beliau telah merencanakan untuk melanjutkan studi S3.” Begitu tertulis di laman facebook STAHN Mpu Kuturan Singaraja.

Dalam tulisan di facebook itu, STAHN Mpu Kuturan menyatakan sangat hormat pada Gede Marayana. “Selama proses perkuliahan, beliau adalah sosok mahasiswa yang aktif, dan selalu mengikuti arahan dari dosen. Bahkan setelah menyelesaikan studinya, masih sering datang ke kampus, hanya untuk bertegur sapa dengan senyumannya yang khas,” demikian debagaimana ditulis di laman STAHN Mpu Kuturan itu.

Sesungguhnya, Gede Marayana tak perlu kuliah lagi. Tanpa kuliah pun ia sudah dianggap Guru Besar oleh umat Hindu, terutama pada bidang wariga. Padewasan dan penyusunan kalender Bali. Ia termasuk ahli wariga dan penyusun kalender yang banyak dipercaya umat.

Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja Dr I Gede Suwindia, M.A. bahkan menganggap Marayana layak mengajar pada program S2 karena keahlian yang dimilikinya.

 “Kita harus belajar, kalau di tracer karya dan pemikiran almarhum, sangat jauh dari anak-anak muda berpendidikan dengan gelar tinggi, banyak karya dan warisan ide bisa kita ambil di dunia wariga. Beliau layak saya minta mengajar S2 karena keahliannya, kedalamannya tentang wariga. Beliau menyanggupi. Namun lebih dulu dipanggil Hyang Widhi,” kata Suwindia di laman facebook.

Sebagai ahli wariga, Gede Marayana adalah orang yang murah ilmu. Ia akan meladeni siapa pun yang mau bertanya tentang wariga. Banyak peneliti dan mahasiswa bertanya sekaligus belajar kepadanya tentang dewasa ayu dan hal-hal yang berkaitan dengan hari-hari baik untuk melakukan upacara agama dan kegiatan sekular di Bali.

Marayana sebelumnya tak memiliki latar belakang pendidikan agama, dan tidak juga memiliki latar pekerjaan formal di bidang adat maupun keagamaan. Setamat dari Sekolah Rakyat (SR) ia melanjutkan Sekolah Teknik (ST) setara SMP tahun 1965, Lalu ia masuk ke Sekolah Teknik Menengah (STM) dan lulus tahun 1974. Pekerjaan formalnya adalah pegawai di Dinas Pekerjaan Umum (PU) Buleleng.

Ada sejumlah alasan kenapa ia menekuni kegiatan untuk menghitung dewasa ayu.  Tentu saja salah satunya untuk melestarikan perhitungan waktu ala Bali, karena perhitungan waktu untuk menentukan hari baik itu selalu menjadi patokan umat Hindu dalam melakukan kegiatan agama dan adat di Bali.  Sejak tahun 1975 ia menekuni wariga, kemudian tahun 1993 mulai menerbitkan kalender Bali yang disusunnya sendiri.

Atas keahlian dan dedikasinya itu, ia sempat meraih sejumlah perhargaan. Ilmu pengalantaka yang ditemukannya lewat penelitian  ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional pada tahun 2019.

Ia meraih penghargaan Bali Kertha Nugraha Mahottama tahun 2021. Penghargaan lainnya adalah Wija Kusuma dari Pemkab Buleleng tahun 2005 dan Penghargaan Dharma Kusuma dari Pemprov Bali tahun 2008.

I Ketut Wiana dan Mimbar Agama Hindu

Meski secara formal, I Ketut Wiana adalah dosen atau pengajar di lembaga formal, namun banyak yang mengenal dia justru karena seringnya ia mengisi kolom Mimbar Agama Hindu di sejumlah media besar di Bali, seperti di Bali Post.

Dulu, ketika lembaga pendidikan agama Hindu belum semarak seperti sekarang ini, artikel-artikel karya Ketut Wiana dalam rubric Mimbar Agama Hindu seringkali menjadi acuan umat Hindu untuk memahani agama yang dipeluknya sejak lahir. Dan, tidak banyak tokoh Hindu yang mampu menulis artikel seproduktif Ketut Wiana saat itu. Selain di Bali Post, tulisan-tulisannya tersebar di sejumlah majalah Hindu dan sesekali muncul di media nasional.

Dr Ni Made Yuliani SSos MFilH, sebagaimana dikutip Nusa Bali, mengatakan kiprah ayahnya sebagai penekun sosiologi Hindu memang cukup panjang, tidak kurang dari 30 tahun. Ilmu yang ditekuninya itu mulai dari mengkaji perkembangan masyarakat berkaitan dengan agama dan memberi solusi dalam menjalankan ajaran agama.

Selain sebagai pengajar di kampus IHDN (sekarang UHN IGB Sugriwa), Ketut Wiana juga membangun sekolah di kampung halamannya di Desa Bualu.

Karena kahliannya di bidang agama, Ketut Wiana beberapa menjadi tim ahli gubernur di bidang agama Hindu, baik pada masa jabatan Gubernur Dewa Made Beratha, Made Mangku Pastika, maupun Wayan Koster.

“Bapak juga menjadi asesor Tri Hita Karana di bidang parahyangan dan aktif menjadi penulis, membuat artikel, jurnal-jurnal, aktif menulis buku. Bahkan dalam seminggu sangat kreatif, menulis banyak tulisan hingga akhirnya mendapat penghargaan dari IHDN,” kata Yuliani.

Jangan ditanya lagi, buku apa saja yang pernah ditulis Ketut Wiana.  Buku-buku karya Wiana yang meliputi aspek filsafat, etika dan ritual agama Hindu memiliki jangkauan pembaca yang luas. Tidak hanya menjadi kepentingan praktis umat, buku-buku karya Wiana juga memebrikan aspek pemahaman tattwa agama Hindu. Bahasanya sederhana, segar dan ringan sehingga mudah dipahami pembaca umat Hindu.

“Dosa orang yang berilmu kalau tidak mendermakan ilmunya itu kepada orang lain, betapa pun ilmu yang dimiliki hanya sedikit,” kata Wiana sebagaimana dikutip balisaja.com.

Bagi Wiana, menulis itu panggilan hati. Menulis pengetahuan agama yang dimiliki dianggap Wiana sebagai bentuk penghormatan kepada ilmu pengetahuan itu. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan haruslah mendermakan ilmu pengetahuan agar tidak berdosa kepada ilmu pengetahuan itu sendiri.

Sebagaimana dikutip balisaja.com, Wiana menilai umat Hindu membutuhkan banyak buku-buku agama Hindu. Kehadiran buku-buku agama Hindu penting untuk meningkatkan kualitas sradha dan bhakti umat sehingga terjadi perubahan secara perlahan dalam perilaku beragama umat Hindu dari kuatnya aspek ritual ke arah kentalnya etika dan spiritual.

“Kalau kita sibuk dengan ritual, kita akan terjebak dalam kehidupan beragama di kulit luar saja. Kita harus mencapai tingkatan pemahaman dan pemaknaan atas ajaran agama kita sehingga agama benar-benar memberi jiwa dalam laku hidup sehari-hari,” kata Wiana.

Buku pertama yang ditulis Wiana berjudul “Tradisi Agama Hindu di Bali” yang terbit sekitar tahun 1987. Ia juga menulis buku “Perbedaan Pengertian Catur Warna, Wangsa dan Kasta”.

Buku tentang catur warna itu paling berkesan bagi Wiana. Karena masalah warna, wangsa dan kasta di Bali selalu menjadi masalah. Buku Wiana itu ikut berkontribusi memberikan sumbangan pemikiran untuk menyadarkan umat dan masyarakat Bali. [T]

In Memoriam Ni Wayan Murdi | Arja dan Pengabdian Tiada Henti
Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”
In Memoriam AA Gde Raka Payadnya: Pendiri Drama Gong, Tokoh Puri yang Rendah Hati
Tags: balihinduin memoriamtokoh Hindu
Previous Post

Nungkalik Festival “Penumbra’s Final Gloom” dari BEM ISI Denpasar di Pantai Segara Ayu Sanur

Next Post

(Rasanya) ke-Tuban-nan Saya Sudah Hilang

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post
Libur Hari Jumat

(Rasanya) ke-Tuban-nan Saya Sudah Hilang

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Noctourism”: Berwisata Sambil Begadang

by Chusmeru
June 1, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

“Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya, begadang boleh saja, kalau ada perlunya”. Itulah sebait lagu dangdut yang dibawakan Rhoma Irama...

Read more

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co