10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Usia 20-an, Masa Paling Melelahkan dalam Hidup dan Cara Memaknainya

Kadek Risma WidiantaribyKadek Risma Widiantari
April 19, 2023
inEsai
Usia 20-an, Masa Paling Melelahkan dalam Hidup dan Cara Memaknainya

Ilustrasi tatkala.co

QUARTER LIFE CRISIS merupakan periode ketidakpastian dan pencarian jati diri yang dialami individu pada saat mencapai usia pertengahan 20 hingga awal 30 tahun.

Memasuki usia 20-an, banyak hal yang mulai dihadapi, dari perasaan takut dan khawatir terhadap masa depan, termasuk dalam hal pendidikan, karier, relasi, kehidupan sosial, tentunya juga tak luput dari pesoalan asmara.

Pada umur-umur ini, seseorang seolah-olah menaiki bianglala kehidupan, kadang di atas, tapi kadang lebih  sering di bawah.

Kalau dipikir-pikir, usia 20-an ini merupakan waktu untuk kita mencari jati diri. Mencari apa yang kita senangi, bertahan sementara dengan apa yang sudah kita jalani dan mengakhiri sesuatu yang tidak kita sukai. Seakan-akan tak pernah behenti, berulang begitu saja, berputar seperti bianglala. Rasanya melelahkan sekali, bukan?

Berada di usia dua puluhan seringkali membingungkan dan, tentu saja, sepi. Bisa dibilang, ini memasuki masa mulai pura-pura dewasa. Seperti, mulai mencoba hidup mandiri di rantauan; mulai mencoba karier baru; mulai mencoba hubungan baru dan banyak hal lagi.

Fenomena ini sesuai dengan riset dari Harvard Business Review: Why You Late Twenties Is The Worst Time Of Your Life.

Artikel yang dimuat dalam majalah manajemen umum Universitas Harvard tersebut, dinyatakan bahwa, keadaan sementara yang berkepanjangan ini tentunya mengakibatkan banyak penderitaan. Dan dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa generasi muda saat ini lebih menderita daripada generasi sebelumnya.

Misalnya saja, usia rata-rata untuk timbulnya depresi telah turun, yang biasanya menunjukkan angka dari usia akhir empat puluhan atau awal lima puluhan, namun dari 30 tahun yang lalu berubah menjadi rentang usia di pertengahan dua puluhan, dan diperkirakan akan semakin turun seiring berjalannya waktu.

***

Selama tahun-tahun inilah, orang akan mengalami pikiran dan perasaan paling negatif. Tentunya juga mengalami pengembaraan pikiran paling banyak, suatu keadaan psikologis yang telah terbukti dapat merusak tingkat dari kesejahteraan.

Terlepas dari apa penyebabnya, fase quarter life crisis ini seringkali berlangsung dalam beberapa tahun. YA, B.E.B.E.R.A.P.A  T.A.H.U.N!

Kondisi Ini dimulai dengan adanya perasaan terikat pada komitmen di tempat kerja, di rumah, atau dengan seseorang (katakanlah: kekasih). Orang-orang mulai mengambil pekerjaan, menyewa kontrakan hingga apartment, dan menjalin hubungan dengan orang baru secara terus menerus. Tetapi kemudian, kamu merasa terjebak dalam ke-dewasa-an pura-pura.

Berada pada fase terkunci, sangatlah tragis. Bagaimana tidak? terkadang kita ingin terlepas atau melepas sesuatu, namun masih saja ragu. Padahal kita sudah tahu, bertahan juga bukan suatu pilihan yang tepat.

Apa kalian juga sedang mengalami fase ini? Huft!..sudahlah. Menjadi dewasa itu memang suatu keharusan, karena waktu akan terus bergerak tanpa menoleh kebelakang.

Merasa terkunci di dalam sangkar burung. Perasaan ini merupakan sebuah ilusi, kita bisa saja keluar dan lari sejauh mungkin, namun akan tetap merasa terkunci pada suatu keadaan. Stuck pada situasi yang membuat kita tidak nyaman.

Perlahan akan timbul perasaan bahwa rutinitas, bahkan hubungan yang dijalaninya itu, tidak membuat perasaan bahagia. Kita akan merasa semuanya sia-sia. Hal-hal seperti ini sering terjadi, biasanya karena hanya ingin membahagiakan orang-orang di sekitar tanpa mempedulikan diri sendiri.

Proses ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun, atau berulang kali. Nah, karena ini merupakan proses yang menyakitkan (menurutku), jadi kalian harus tetap kuat ya! Hehe…

***

Eitss! Tetapi jangan pandang dari satu sisi saja.

Fase ini juga dapat menjadi peluang pertumbuhan yang luar biasa bagi kita, karena dengan melalui proses ini dapat menciptakan individu yang lebih matang lagi, kita bisa menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan lebih bahagia.

Lantas, bagaimana caranya memanfaatkan peluang itu? Tenang, kalian tak usah risau, kali ini aku akan memberikan beberapa solusi yang bisa kamu coba, agar quarter life crisis kamu bisa terkontrol.

Fase berhenti (mengakhiri komitmen-komitmen)

Ini merupakan tahap awal yang cukup berat. Bayangkan saja, jika kita harus berhenti dari sebuah pekerjaan yang tidak kita sukai, namun di satu sisi kita sangat membutuhkan pekerjaan itu untuk keberlangsungan hidup.

Atau putus dengan orang yang tidak tepat, tapi sudah terlanjur sayang. Hmm… ibaratnya seperti kata-kata bucin yang pernah FYP di salah satu aplikasi. Begini bunyinya: “Sama kamu sakit, tapi kalau gak sama kamu lebih sakit”.

Memang, mempertahankan sesuatu yang tak lagi seirama dengan kita itu bukanlah suatu yang mudah. Tetapi, mau tidak mau, suka tiak suka, harus dilakukan.

Mulai sekarang, cobalah untuk belajar meninggalkan dan melepaskan. Yapss! Melepaskan sesuatu yang sudah tidak bisa digenggam lagi.

Berhenti mengejar standar sosial

Jangan terlalu berambisi. Jangan memaksakan untuk menyetarakan diri dengan orang di luaran sana—walaupun nanti kita akan dipandang sebelah mata dan menjadi terisolasi. Dunia ini tidak akan pernah ada habisnya. Semakin kita mengejar, maka kita justru akan tergerus.

Please stop!

Membanding-bandingkan diri dengan kehidupan orang lain—atau menjadikan gambaran hidup orang lain sebagai standar “hidup yang ideal”—memang mudah sekali bagi kita.

Ibaratnya: kita sedang mengendarai sepeda motor, lalu kita mengikuti jalan yang ditempuh oleh orang lain (yang tidak pernah kita tahu, arahnya menuju ke mana).

Jadi, sebenarnya kita selalu mempunyai pilihan untuk menjalani hidup sesuai dengan pilihan kita sendiri. Artinya, tetap menjadi diri sendiri ya, teman. Aku harap demikian. Hehe.

Fase refleksi

Masuk ke dalam diri sendiri. Merenungkan pikiran, emosi, bahkan keputusan-keputusan yang telah kita ambil. Amati diri, apa yang harus diperbaiki, tentang pencapaian-pencapaian yang didapatkan atau mungkin, mulai merancang apa yang ingin dilakukan di masa yang akan datang, dengan cara mengekplorasi hal-hal baru.

Cara ini dapat membuat kita lebih terarah dan menjadi pelajaran untuk ke depannya. Kita bisa memulainya dengan misalnya, rutin menulis jurnal harian atau kembali menulis diary. Ini akan memudahkan, sebagai catatan untuk menjadi bahan pertimbangan atau pembeda dari refleksi-refleksi yang akan kita lakukan ke depan.

Percayalah, setelah melewati beberapa fase di atas, perlahan-lahan akhirnya kita akan menuju kebahagian lagi. Kita semua bisa melewati usia 20-an ini dengan full senyum (walaupun sambil sedikit menangis. Tidak apa-apa, namanya juga fase hidup).

Dan memang begitu fase hidup, seperti bianglala. Sebelum mencapai puncak, kita semua mengawalinya dari bawah, hingga berada di tengah-tengah, kemudian berhenti sejenak (ketika ada yang akan naik wahana), lalu berputar perlahan menuju puncak, dan akan kembali berada di bawah. Hah… begitulah kira-kira filosofi kehidupan.

Kamu hebat, kita semua hebat. Coba tatap diri kalian dicermin, kemudian bisikan pada diri sendiri: “You can do it!”

Terakhir, yuk nyanyi sama-sama!

Sudah di kepala dua

Harus mulai dari mana?

Ambisiku bergejolak, antusias tak karuan

Banyak mimpi-mimpi yang ‘kan kukejar

Lika-liku perjalanan

Ku terjebak sendirian

Tumbuh dari kebaikan, bangkit dari kesalahan

Berusaha pendamkan kenyataan bahwa

Takut tambah dewasa

Takut aku kecewa

Takut tak seindah yang kukira

Takut tambah dewasa

Takut aku kecewa

Takut tak sekuat yang kukira.[T]

Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Sedang menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.

Bukan Mau Su’udzon, tapi Orang Bilang Itu Friendzone
Andai Aku Punya Pintu ke Mana Saja
Gabut Berkedok Self Healing dan Saran untuk Mengatasinya
Tags: dewasaesaikehidupanRemaja
Previous Post

Cuti Bersama? Cobalah Trekking Menyambut Fajar di Jalur Buu-Yangudi, Desa Les, Tejakula

Next Post

Postingan Galau di Media Sosial Bisa Merusak Personal Branding?

Kadek Risma Widiantari

Kadek Risma Widiantari

Lahir di Singaraja, tahun 2002. Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi di STAH N mpu Kuturan Singaraja

Next Post
Postingan Galau di Media Sosial Bisa Merusak Personal Branding?

Postingan Galau di Media Sosial Bisa Merusak Personal Branding?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co