3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Jejak Teater Orok di Singaraja, Larut dalam Peran dan Kesan

Satria AdityabySatria Aditya
March 15, 2023
inUlas Pentas
Jejak Teater Orok di Singaraja, Larut dalam Peran dan Kesan 

Pentas Monolog dari Teater Orok di Komnuitas Mahima Singaraja

SEDARI PAGI, Teater Orok sudah menyiapkan set panggung di Komunitas Mahima. Mulai dari menyiapkan kain hitam untuk latar panggung, topeng-topeng yang disiapkan untuk kebutuhan pementasan, sound system, lampu juga sudah terpasang di setiap sudut panggung.

Artistik pementasan saat itu sudah sangat siap. Aktor-aktor sempat mencoba panggung sebentar, penonton juga sudah siap untuk menonton pementasan Jejak Orok 2023 kala itu.

Hari itu, Sabtu, 4 Februari 2023. Teater Orok dari Universitas Udayana, memulai jejaknya di tahun 2023. Jejak itu dimulai di Buleleng, tepatnya di Singaraja, tepatnya lagi di Rumah Belajar Komunitas Mahima.

Dari penuturan Ketua UKM Tetaer Orok, Gung Anom, diketahui bahwa Jejak Orok tahun ini memilih empat lokasi sebagai tempat singgah Jejak Orok untuk melakukan pergerakan kreatifnya. Setelah di Singaraja, Teater Orok akan menjejak di Klungkung, Tabanan dan terakhir di Jembrana.

Jejak Orok adalah sebuah program pementasan yang menjadi bagian dari proses kreatif tahunan Tetaer Orok. Dalam program itu mereka membawa tiga materi pementasan, yakni monolog, musikalisasi puisi, dan pentas teater.        

Monolog dengan judul Tokoh digawangi setidaknya tiga orang, yakni Ananta sebagai pimpinan produksi. Bulan selaku sutradara, dan Khausiki sebagai pemain.

Untuk pementasan drama realias dengan judul Orang Asing, Teater Orok melibatkan sejumlah anggota yang mengorganisasi pementasan dengan cukup rapi. Ananta bertindak sebagai pimpinan produksi dengan sutradara Caca dan sisten sutradara  Sidni.

Pementasan Orang Asing oleh Teater Orok di Komunitas Mahima Singaraja | Foto: Teater Orok

Para Pemainnya adalah Darrel memerankan Orang Asing, Reza sebagai Ayah, Sisyl sebagai Ibu, Nala sebagai Sinah, Pande sebagai Anak Muda, Patra sebagai penjaga warung, dan Semaya sebagai adik tukang warung.

Untuk pementasan musikalisasi puisi, pimpinan produksinya tetap Ananta, sutradara Haynd, asisten sutradara Arya, dengan para pemian Bestari, Arya, Haynd, Ananta dan Timothy.

Di Komunitas Mahima, Jejak Orok dibuka dengan pementasan molonog dengan judul Tokoh. Khausiki sebagai pemain terlihat sebagai aktor yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Khausiki bisa menahan pandangan penonton untuk tetap tertuju ke atas panggung, meski durasi pementasan itu berlangsung cukup lama.

Kadek Sonia Piscayanti, founder Komunitas Mahima, dalam sesi diskusi bahkan memuji Kahusiki sebagai aktor masa depan dalam dunia teater di Bali, bahkan Indonesia. “Saya memuji secara khusus pentas monolog ini, aktornya kuat, dan mampu mengontrol tempo permainan tahap demi tahap,” kata Sonia.

***

Secara umum banyak hal yang bisa dipelajari dari Teater Orok yang notabene adalah teater mahasiswa ini ketika menjejakkan pementasan mereka di Singaraja. Dari sekian banyak UKM teater di kampus-kampus besar di Bali, Teater Orok barangkali salah satu UKM teater yang memiliki, dan sekaligus dengan disiplin, menerapkan manajemen perteateran yang sesungguhnya, sebagaimana manajemen yang dimiliki kelompok teater semi professional maupun professional.

Seluruh unsur dalam proses penyelenggaraan sebuah pementasan dikelola oleh Teater Orok dengan sistem cukup baik. Penata panggung atau penata artistik, penata musik, sutradara, pemain, termasuk petugas urusan konsumsi dan petugas yang mengatur penonton, menjalankan tugas dengan kadar disiplin yang sama.

Mereka seakan menunjukkan sebuah prinsip, bahwa sutradara tidak lebih penting dari petugas seksi konsumsi dalam sebuah event perteateran. Pemain tidak lebih penting dari petugas seksi perlengkapan, penata musik tidak lebih penting dari penata lampu. Semua bekerja dengan kadar yang sama, sehingga sebuah proses berjalan dengan sempurna. 

Pentas musikalisasi puisi Teater Orok di Komunitas Mahima Singaraja | Foto: Teater Orok

Penata panggung bahkan terdiri dari satu pasukan yang selalu sigap mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi di atas panggung, sebelum pementasan, saat pementasan maupun pasca pementasan.

Jadi, acara Jejak Orok bukan hanya tentang pentas di atas panggung, melainkan juga tentang pentas kehidupan di mana semua kru adalah pemain. Mereka belajar bekerjasama, belajar saling memahami, belajar mempertemukan persepsi, belajar menurunkan ego personal, karena begitulah memang hakikat dari kelompok teater.

***

Catatan-catatan ringan tentang pementasan itu perlu juga disampaikan, syukur-syukur bisa menjadi evaluasi untuk pentas berikutnya.

Dalam pementasan monolog, Khausiki memang memainkan sejumlah peran memang cukup kuat. Ia juga beberapa kali melakukan improvisasi, dan beberapa kali juga cukup berhasil.

Ada inprovinasi yang kadang ia lupa. Di Rumah Belajar Komunitas Mahima, jarak panggung dan tempat penonton cukup jauh. Panggung dan penonton  dibatasi dengan halaman kecil yang membuat aktor dan penonton seperti punya jarak. Untuk itu, sesekali seharusnya, untuk adegan-adegan tertentu, aktor mendekat ke penonton, melakukan  interaksi seakan-akan si aktor sedang ngobrol dengan penonton.

Mendekat ke penonton pada situasi tertentu dan pada kondisi panggung tertentu, bisa menjadi siasat untuk mengontrol tempo pementasan agar tetap pada peforma yang kuat, tidak kedodoran. Apalagi durasi pementasan cukup lama dan pada banyak adegan si pemain tampak kelelahan menghapal dialog dan mengingat-ingat bloking.

Sejumlah adegan tampak terlalu cepat temponya sehingga tampak terburu-buru. Suatu kali, penting untuk mengatur emosi, sehingga tempo tetap lambat tapi terkontrol, agar penonton pun bisa menarik napas dan mendengar monolog dengan lebih jelas.

Saya sempat mengobrol langsung dengan Khausiki, aktor monolog dari Teater Orok ini tentang proses kreatif yang ia jalani. Ia juga menuturkan bahwa proses kreatif yang ia jalani belum full sebulan, mulai dari latihan, menemukan peranan naskah sebenarnya dan panggung yang menurutnya lumayan kecil dan harus mengubah beberapa gerakan.

“Apalagi saat ini aku tidak ditemani sutradara langsung, jadinya ada beberapa yang aku improvisasi sendiri jadinya,” katanya.

Terkait pementasan teater realis berjudul Orang Asing, penampilan Teater Orok bisa dibilang menakjubkan, meski perlu ada catatan perbaikan di sana-sini.

Orang asing adalah naskah karya Rupert Brook dengan judul asli Lituania. Di Indonesia naskah ini disadur oleh D. Djajakusuma. Naskah saduran ini memang sering menjadi pilihan kelompok-kelompok teater pemula yang ingin belajar memainkan teater yang benar-benar realis.

Kisahnya tak jauh-jauh dari persoalan yang kerap terjajdi di Indonesia, yakni tentang kemiskinan dan keinginan untuk secepatnya bisa kaya dengan memanfaatkan kesempatan yang ada.

Para pemain Tetaer Orok paham benar bahwa naskah ini memang gampang-gampang sulit untuk dimainkan. Kisahnya sederhana, namun jika pemain tak mampu memainkan karakter para tokoh-tokohnya dengan baik, maka kisah yang sederhana itu bisa terkesan mentah.

Ada sejumlah catatan dalam pementasan Orang Asing ini. Pada sejumlah adegan, pemantasan Orang Asing terkesan tak tergarap dengan kuat, misalnya adegan ketika tokoh orang asing datang ke rumah tokoh ibu. Saat itu, tokoh ibu dan anaknya, Sinah, tampak seperti menyambut orang yang sudah mereka kenal.

Padahal pada adegan itulah kunci untuk mengalirkan cerita hingga ke bagian akhir, bagian yang diharapkan akan mengejutkan penonton. Orang asing, semestinya diperlakukan benar-benar sebagai orang asing, sehingga kejutan di akhir cerita benar-benar terasa.

Teater realis memang memiliki tantangan sendiri. Karena cerita menjadi hal yang amat penting. Cerita harus mengalir dengan baik, agar penonton paham jalan cerita itu tahap demi tahap sampai penenton merasa tertipu atau merasa lega sebagaimana yang dihadapkan oleh cerita itu sendiri.

Dan, adegan-adegan yang dimainkan Tetaer Orok dalam drama realis itu sebagian besar sukses. Para pemain larut dalam peran dan kesan yang disampaikan kepada penonton secara umum bisa sampai dengan baik. Jadi, selamat untuk Tetaer Orok. [T]

Dunia Tak Selalu Hitam-Putih, Bisa Juga Hijau-Pink | Ulasan Pertunjukan Maas Theater en Dans di Indonesia
Monolog “Aku, Istri Munir”: Dari Ingatan Keluarga ke Ingatan Kolektif Bangsa
Teater Sebagai Produksi Memori | Dari Pertunjukan “Semalam Masa Silam Mengunjungiku” Teater Satu Lampung
Tags: Komunitas MahimaTeaterTeater Orok
Previous Post

Wayang, Dunia Kakek, Dunia Saya

Next Post

Ibu-ibu di Buleleng Kini Bisa Masak Pakai Cabai dari Banyuwangi

Satria Aditya

Satria Aditya

Alumni Universitas Pendidikan Ganesha. Kini tinggal di Denpasar, jadi guru

Next Post
Ibu-ibu di Buleleng Kini Bisa Masak Pakai Cabai dari Banyuwangi

Ibu-ibu di Buleleng Kini Bisa Masak Pakai Cabai dari Banyuwangi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co