PADA BANYAK TEMPAT yang saya kunjungi untuk belajar mengelola sampah, saya menemukan banyak lembaga pengelohan sampah lebih dipimpin orang yang usianya sudah matang, di atas 35 tahun.
Berbeda dengan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R (Reduce-Reuse-Recyle) di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Ketika berkunjung ke TPS 3R di desa itu, saya menemukan ketua kelompoknya berusia 24 tahun, dan sekretarisnya baru 22 tahun.
Ialah sang ketua, Putu Agus Hermawan atau yang akrab disapa Agus Gading. Sejak akhir tahun 2022, ia dipercaya oleh pemerintah desa sebagai Ketua Kelompok Pemelihara dan Pemanfaat (KPP) TPS 3R Desa Panji. Ia didampingi I Putu Yogi Arya Saputra, yang masih 22 tahun itu, sebagai sekretaris di Tempat Pengolahan Sampah yang diberi nama TPS 3R Bhuata Utama Berseri.
KPP sendiri adalah kelompok yang dibentuk oleh pemerintah desa dan diberi kewenangan untuk mengelola TPS 3R Tempat pengolahan sampah ini dibangun pemerintah desa atas bantuan dari Pemerintah Kabupaten.
Tahun 2022 Desa Panji resmi menjadi salah satu desa yang mendapat bantuan pembangunan TPS 3R. Difasilitasi Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Buleleng, proses pembangunan selesai di akhir tahun 2022. Setelah itu, di awal tahun 2023, TPS 3R mulai beroperasional.
Meski usianya sangat muda, Agus dan Yogi nampak percaya diri. Mereka dengan lugas memaparkan beberapa program kerja yang telah dan akan dilaksanakan.
Putu Agus Hermawan
Agus mengatakan bahwa sampai saat ini baru 50 pelanggan yang mereka layani. Ke depan lembaga itu akan terus bekerjasama dengan Pemerintah Desa Panji terutama kelian banjar di masing-masing banjar dinas se-Desa Panji untuk melakukan sosialisasi kepada warga desa.
Ia juga berharap, pemerintah desa dapat segera menyusun peraturan desa tentang pengelolaan sampah. Sehingga ketika melakulan sosialisasi ada dasar yang jelas dan kuat.
“Peraturan ini akan sangat berguna untuk mendorong masyarakat agar tidak sembarangan membuang sampah dan mau mengelola sampahnya,” ujar Agus yang dikenal sebagai pemuda lulusan D3 Perawat, Politeknik Kesehatan Denpasar.
Menurut Agus, masih ada saja warga desa yang memilih membuang sampah sembarangan, meskipun sudah ada tempat pembuangan sampah sementara di depan Kuburan Desa Panji dan juga sudah ada TPS 3R ini.
Kenapa Agus memilih pekerjaan sebagai pengelola sampah, dan bukan menjadi perawat sesuai pendidikannya?
Agus sedikit tersenyum mendapat pertanyaan seperti itu. Jawabannya sangat sederhana, ”Kebetulan saja di sini menemukan peluang, dan bisa tetap tinggal di desa,” jawabnya.
Sejak SMA Agus memang sudah sering ikut kegiatan organisasi yang bergerak di bidang lingkungan. Ia juga sempat belajar mengelola Sampah di TPST Samtaku Jimbaran, yang peresmiannya dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Ivestasi Republik Indonesia Luhut Binsar Panjaitan.
I Putu Yogi Arya Saputra
Sementara Yogi Arya Saputra adalah mahasiswa semester delapan Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha. Ia mengungkapkan bahwa ia mau menjadi sekretaris karena diajak oleh Agus dan memang senang dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang ada di Desa Panji.
“Diajak Agus, Bli. Ya saya coba saja sambil mencari pengalaman, kebetulan juga aktif di organisasi sebagai Ketua Sekaa Teruna Satya Warga Kelod Kauh Desa Panji, jadi senang ikut ambil bagian mendukung program pemerintah desa,” katanya.
Apakah kuliah tak terganggu? “Pekerjaan sebagai sekretaris di TPS 3R ini i tidak sampai mengganggu jadwal kuliah, Karena sudah tinggal skripsi saja, Bli,” kata Yogi.
Usianya yang cukup muda sepertinya tidak jadi beban oleh Agus dan Yogi. Saya melihat langsung, bagaimana mereka berdua memberikan arahan kepada para pekerja di TPS 3R yang usianya jauh di atas mereka. Nampak tiga orang pegawai yang bertugas mengambil sampah ke pelanggan dan juga memilah sampah.
“Sampah yang datang dari langganan langsung kita pilah, antara organik, non organik dan residu. Organiknya segera kita cacah untuk nanti dijadikan kompos, nah yang non organik kita pilah sesuai jenisnya. Pagi diambil sore sebisa mungkin sudah selesai di proses.” Begitu ungkap Agus menyampaikan alur kerja pengelolaannya.
Agus dan Yogi berharap ke depan mereka bisa menambah tenaga kerja di TPS 3R. Untuk itu mereka terus berupaya bagaimana bisa meningkatkan volume sampah dari warga untuk bisa dikelola. Melalui kolaborasi sebanyak mungkin dengan pihak-pihak yang ada di Desa. Baik itu pemerintah desa, Desa Adat, Bumdesa dan juga pihak swasta yang mengelola sampah di desa Panji.
Mereka sendiri sudah diberikan target oleh Pemerintah Desa, agar dalam dua tahun ke depan sudah bisa mandiri. Meskipun itu pekerjaan berat, Agus dan Yogi memiliki keteguhan hati. Mereka akan berusaha semaksimal mungkin. Kesempatan untuk ikut serta membangun desa adalah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.
Saya ikut yakin, jika pemuda-pemuda desa sudah turun tangan membangun desa. Mimpi mewujudkan kemandirian desa yang digaungkan Pemerintah Pusat sangat mungkin menjadi kenyataan. [T]
Pengelolaan Sampah di TPS 3R Desa Panji