Kuliah adalah privilege, suatu yang mahal bukan hanya dari segi biaya tapi juga niat dan usaha yang tidak semua orang bisa merasakannya. Ya, kampus adalah tempat orang-orang beruntung, yang bisa mengembangkan dan mendapatkan wawasan lebih banyak.
Namun, kebanyakan mahasiswa yang sudah duduk di bangku kuliah, tidak menyadarinya, dan mungkin menganggap kuliah hanya untuk memberi makan ego gengsi, sehingga mereka dengan mudahnya melalaikan tanggung jawab. Sementara di sisi lain, ada orang yang berusaha mati-matian agar bisa merasakan bagaimana empuknya bangku kuliah, yang nyatanya sedikit keras.
Duduk di bangku kuliah, terasa keras, berat dan tidak nyaman, terkhusus bagi orang-orang yang berasal dari ekonomi menengah ke bawah, seperti saya. Bukan, bukan kursinya yang keras dan berat, melainkan prosesnya. Yang mana persoalan biaya yang tidak sedikit, rasa minder, insecure, kecewa dan takut selalu menghantui tiap langkah kaki.
Tetapi, di balik itu, saya merasa bangga bisa menjadi salah satu orang beruntung tersebut─untuk bisa berkembang, pada ruang yang katanya menjadi tangga untuk kesempatan hidup lebih layak.
Meski untuk menjalaninya harus dengan usaha yang amat ekstra dan mengorbankan banyak hal berharga. Seperti kata pepatah yang pernah saya baca (entah di mana) “Untuk mendapatkan sesuatu yang berharga, harus mengorbankan sesuatu yang sama berharganya”. Kata-kata yang selalu berhasil menyadarkan saya untuk lebih bertanggung jawab dengan apa yang saya pilih dan untuk apa yang harus saya korbankan.
Ya, untuk mampu menikmati keberuntungan dunia kuliah, saya (dan banyak orang di luar sana) harus rela mengorbankan waktu, tenaga bahkan masa muda yang seharusnya menjadi masa bersenang-senang, berkumpul dengan kawan dan berkelana. Bagaimana mungkin bisa melakukan hal-hal tersebut, sedangkan waktu saya habis untuk kuliah, organisasi dan kerja.
Kuliah sambil bekerja, bukanlah hal asing, bahkan banyak orang mengalaminya (meski tidak semua), entah itu kerja part time atau mungkin full time. Yang tidak lain tujuannya untuk membiayai dan memenuhi kebutuhan diri sendiri atau bahkan sambil membantu perekonomian keluarga.
(Untuk kalian yang bekerja sambal kuliah, kalian hebat.) Rela pulang lebih awal ketika jam kuliah selesai untuk bersiap ke tempat kerja; rela menahan hasrat untuk nongki-nongki cantik seperti teman yang lain; rela bergadang yang bahkan waktu tidur hanya 5-6 jam dalam sehari. Tidak ada yang namanya me time atau tidur siang dan bahkan waktu libur digunakan untuk bekerja atau mengerjakan tugas.
Belum lagi dituntut untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam perkuliahan; dituntut mengerjakan pekerjaan dengan maksimal oleh atasan, rekan kerja yang menyebalkan atau suasana kerja yang mungkin kurang nyaman; titah untuk aktif dalam setiap kegiatan kampus untuk menambah sertifikasi, keinginan orang tua yang mungkin sedikit sulit untuk dipenuhi, dunia asmara yang terkadang berantakan dan yah, masih banyak lagi.
Bekerja sambil kuliah tidak lah mudah. Fokus kita harus terbagi dan sangat sulit untuk bisa menyeimbangkan keduanya. Dunia kerja, bukanlah dunia main-main, harus professional dan komitmen yang tinggi─bahkan tak jarang kuliah terbengkalai, nilai turun dan sedikit mengecewakan. Hal yang bisa kita (saya) lakukan hanyalah berusaha lebih keras di semester berikutnya, yang meskipun saya yakin semester berikutnya pasti lebih susah.
Namun hingga kini, saya masih bisa bertahan pada dunia kerja dan juga dunia kuliah dengan hasil yang bisa dikatakan cukup memuaskan (ditambah organisasi kampus yang terkadang padat kegiatan.)
Bekerja sambil kuliah sudah saya lakukan dari semester 3, ya meski kerja berpindah tempat dan saat-saat awal menjalani 3 kegiatan secara bersamaan terasa sangat berat (bahkan sempat ingin menyerah.) Namun saya bersyukur diri ini bisa diajak kerja sama dengan baik dan Tuhan mengirim orang-orang baik di sekeliling saya.
Untuk itu, barangkali berguna, pada kesempatan kali ini, saya akan menbagikan sedikit tips untuk bisa menyeimbangkan antara kuliah dengan bekerja
Manajemen Waktu
Manajemen waktu sangat amat penting kita lakukan, semua hal bergantung dari bagaimana cara kita mengatur waktu, terutama bagi saya yang seorang mahasiswi jurusan Manajemen. Manajemen waktu sangat membantu saya, dimana saya biasa membuat jadwal kegiatan perhari yang didalamnya terdapat hal-hal apa yang harus saya kerjakan di hari ini, esok dan lusa.
Melawan Rasa Malas
Musuh terbesar saya bahkan mungkin semua orang adalah rasa malas.
Sangat sulit melawan rasa malas, dan tentunya bisa menghancurkan semuanya. Cara melawan rasa malas menurut saya cukup simple namun sulit dipraktikkan yaitu dengan membayangkan bagaimana bila tugas-tugas saya tidak selesai pada waktu deadline sehingga dosen memarahi saya di dalam kelas, bagaimana bila atasan saya marah dan memecat saya ketika pekerjaan masih terbengkalai, bagaimana nasib saya kedepannya ketika saya bersantai sedangkan orang lain sibuk belajar.
Ya, bayangan-bayangan horor tersebut mampu mendorong rasa malas saya, meski terkadang gagal, dan harus mengorbankan waktu istirahat untuk mengerjakan pekerjaan yang masih terbengkalai.
Mencari Relasi yang Berkualitas
Relasi di dunia perkuliahan sangat penting, meski ada yang mengatakan kuliah harus mandiri, namun tanpa bantuan teman kamu tidak bisa melakukannya. Saya sendiri mengalami hal tersebut, di mana ketika pekerjaan saya sedang sangat padat, tugas-tugas akhir semester yang menumpuk dan detik-detik UAS.
Pada masa itulah saya merasa sedikit gila, namun dengan uluran tangan teman-teman pada akhirnya saya mampu melewatinya. Mereka menyemangati saya baik secara batin maupun bantuan fisik. Mereka mengingatkan kapan deadline tugas, membantu mencarikan bahan untuk tugas saya dan masih banyak lagi bantuan dari mereka. Hal ini lah yang menjadi salah satu alasan saya untuk mampu melewati tiap semester yang kian berat.
Mengapresiasi Diri
Apresiasi diri sangat penting untuk menjaga diri tetap waras di tengah gempuran masalah dan cobaan. Jangan lupa berterima kasih kepada diri sendiri dengan cara-cara yang sederhana, seperti misalnya membeli makanan kesukaan ketika gajian tiba, membeli barang-barang yang diinginkan, atau mungkin sesekali mengunjungi tempat-tempat yang menenangkan dan berkumpul bersama teman, bercengkerama dan tertawa. Jangan terlalu keras pada diri sendiri, peluklah bila ia mulai lemah.
Nah, itulah hal-hal yang biasa saya lakukan untuk melewati rutinitas yang sedikit melelahkan (kuliah sambil bekerja). Terkadang saya heran, kenapa manusia itu aneh, berusaha mati-matian untuk bekerja sehingga bisa kuliah dengan harapan setelah kuliah bisa mendapatkan pekerjaan. Tapi begitulah hidup, syukuri semua hal yang kalian jalani dan belajar bertanggung jawab pada pilihan.[T]