Semangat dalam berkarya yang dimiliki oleh seniman muda patut kita apresiasi dengan memberi ruang pagelaran. Seniman tidak akan pernah berhenti bergerak. Akan selalu muncul ide-ide kreatif dalam benaknya guna menumbuhkan gagasan kreatif dan membuka dialog dikalangan seniman untuk membangun narasi bersama memajukan kesenian khususnya di Kabupaten Badung.
Gema Raga adalah sebuah wadah seniman muda Badung untuk menunjukkan talent, skill, dan rasa hormatnya pada guru (seniman tua) melalui reka cipta karya, pagelaran, dialog seni, lomba seni dan penghargaan seni.
Kegiatan ini diberi nama “Gema Raga” Muda, Kreatif, dan Mandiri. Seniman muda diharapkan secara aktif menunjukan gagasan kreatifnya melalui kreativitas seninya. Mencipta, berinovasi, mengembangkan potensi diri dengan berkarya diharapkan dapat memberikan edukasi tidak saja di kalangan seniman sendiri, tetapi juga masyarakat penikmatnya.
Para pendukung/seniman dalam acara Gema Raga | Sumber: Dokumentasi Panitia Gema Raga Tahun 2022
Melalui acara Gema Raga, sebagai inti kegiatan adalah penghormatan kepada seniman tua yang ada di Badung yang ditransformasikan melalui reka cipta karya baru yang bersumber dari kekaryaan sang seniman, maupun biografi senimannya. Dalam kegiatan ini, yang muda diberi ruang berkarya dan seniman tua diberikan ruang untuk memberikan petuah kepada penerusnya.
Harus disadari, tanpa penglingsir kami (seniman tua), seniman-seniman muda yang tumbuh menggeliat saat ini tidak akan ada. Merekalah awal dari kemajuan kesenian khususnya yang ada di Kabupaten Badung yang kita warisi saat ini. Di kala usianya yang senja, kita tahu mereka masih ada. Mereka patut kita hargai. Mereka patut untuk diketahui oleh generasi kini terlebih oleh seniman muda. Mereka patut kita hormati sebagai maha guru dalam ajang Gema Raga.
Penghargaan Seniman Tua
Gema Raga#1 telah dilaksanakan pada 16 Januari 2022, dengan mengundang tokoh I Wayan Widia dan diikuti oleh 6 orang penyaji, di antaranya; I Made Aristanaya, Agus Pastika Putra, I Komang Sandyasa Putra, Kadek Karunia Artha, Putu Anggradana Suka, I Nyoman Swandana Putra dan Moderator; I Nyoman Mariyana dan I Wayan Muliyadi.
Pada kegiatan Gema Raga#2 dilaksanakan pada tanggal 3 September 2022, yang diikuti oleh 5 orang penyaji karya, dan penghargaan seniman tua diberikan kepada tokoh I Made Persib. Namun sayang Bapak Made Persib berhalangan hadir karena sakit. Beliau diwakilkan oleh putranya dalam penerimaan penghargaan seni dari Panitia Gema Raga diserahkan oleh Sekda Badung I Wayan Adi Arnawa.
Penyerahan penghargaan kepada tokoh I Made Persib diwakili oleh putranya | Sumber: Dokumentasi Panitia Gema Raga Tahun 2022
Turut juga pada kegiatan Gema Raga ini, dicetuskan Tim Manajemen Gema Raga yang bertugas di balik layar menyiapkan dari sebelum acara hingga pelaksanaannya.
Tim manajemen itu adalah Konseptor (Ketua) I Nyoman Mariyana, S.Sn.,M.Sn., Inisiator (Sekretaris) I Made Aristanaya, S.Sn., Mentor (Bendahara) I Wayan Mulyadi, S.Sn.,M.Sn., dan Stage Manager I Wayan Andino S, S.Sn.
Dilengkapi juga dengan Crew/Perlengkapan, yakni Eka Widiadi Sucipta, S.Sn., Putu Angga Putra Utama, S.Pd., I Made Putra Aryasa, S.Sn., dan I Putu Trisna Nugraha, S.Sn.
Bertindak selaku Lightingman adalah I Putu Widia Antara, S.PdH., lalu ada Soundman yakni Wirahadi Sastra Baladinata, dan Pendanaan dibidangi oleh Adi Pratama Putra dan I Putu Gede Aditya Sukma Pratama S.M. Lalu, Dokumentasi digarap Putu Risky Mulyastra dan I Putu Dehan. Kemudian Konsumsi dibidangi Wiska Mirib Setiawan dan Erik Aditya.
Sesi Penyajian Karya Seni
Penyaji pertama pada Gema Raga#2 ini yakni I Nyoman Wiradarma Yoga membuat garapan berjudul Laku Kempyung. Ini sebuah karya yang mendeskripsikan dinamika pergolakan nurani menembus ruang imajiner, ego idealisme turunkan rendah, seruan dogma kooperatif, kumandangkan, harmoniskan rasa dan logika.
Karya ini adalah penyikapan kembali terhadap teknik kempyungan. Sebuah komposisi dengan titik tekan olah pada sistem Kumbang Atarung Gamelan Gender Wayang, dalam medium Gambang dan Selonding.
Para pemain dikeluarkan secara bertahap. Dari karya yang disajikan, nampak pemain pertama berjumlah 5 orang. Mereka memainkan gamelan Selonding dan gangsa gambang.
Pada bagian selanjutnya datang 6 pemain lagi yang memainkan gambang dan gong kempur. Pola harmoni terjalin antara ritme Gambang dan Selonding. Terdapat adopsi pukulan nyading sebagai teknik pukulan pada permainan gamelan Gambang. Karya ini patut diapresiasi dan sangat menarik untuk dianalisis.
Karya I Nyoman Wiradarma Yoga | Sumber: Dokumentasi Panitia Gema Raga Tahun 2022
Selanjutnya penyaji ke-2 oleh Adi Mahendra. Adi Mahendra membuat karya berjudul Gema Raga.
Gema dimaksud di sini ialah suara yang dipantulkan atau suara yang berlanjut setelah suara asli, jika dikorelasikan kedalam kontek karya ini merupakan interpretasi dari penata terhadap pepatah, wejangan, tutur-tutur sebagai penuntun kususnya pada seni agar tetap menjadi pijakan serta sebagai pertimbangan dalam melakukan sesuatu.
Sedangkan raga yang dimaksud di sini ialah kekuatan tubuh atau diri dalam mengaplikasikan suara yang dikeluarkan sehingga mendapatkan keseimbangan pada perkataan dan perbuatan. Hal ini diungkapkan melalui bentuk karya tari yang memfokuskan pada kekuatan kaki beranjak dari kekuatan seorang dalang saat bersila memukul kropak serta menyelaraskan antara vokal yang disajikan.
Pesan yang ingin disampaikan di sini; I Made Persib adalah tokoh serta aset berlian bagaikan kilauan cahaya yang dapat menuntun regenerasi agar dapat menjadikan meraka sebagai I Nyoman Persib selanjutnya di bidang mereka masing-masing.
“bersembunyilah di kala benderang dan jadilah cahaya cahaya dalam kegelapan”.
Pendukung karya ini dari Komunitas Ghora Geni. Karya ini ditarikan oleh 2 dancer. Bentuk karyanya jenis tarian kontemporer. Musik iringannya bersumber dari vokal yang digemakan. Pada bagian karya ini penari menggunakan carawista yang diikatkan di kepala. Pakaiannya sederhana dengan balutan kain di pinggang.
Karya Adi Mahendra | Sumber: Dokumentasi Panitia Gema Raga Tahun 2022
Penyaji ketiga yakni Yoga Mayura dengan judul karyanya ALTER EGO. ALTER EGO merupakan perubahan identitas yang terjadi pada individu seseorang. Dimana perubahan identitas pada orang yang memilliki ALTER EGO terjadi dalan keadaan sadar dan masih dalam kendali dirinya sendiri.
Terinspirasi dari tokoh seorang dalang yang mampu merubah kepribadiaannya baik dari segi warna suara, karakter, ataupun intonasi demi memerankan masing-masing tokoh dalan pertunjukan wayang, penata kemudian mengkemas sebuah karya musik, dimana dalam karya ini penata menonjolkan warna suara yang dimiliki dari instrumen riong, pola-pola dari setiap pemain, yang kemudian dipadukan menjadi satu kesatuan dalam sebuah karya musik kontemporer yang berjudul ALTER EGO.
Karya ini menggunakan instrumen reong semarandana dengan 4 player. Pola ritme terjalin dan sesekali dimainkan motif gending pengrangrang. Terdapat pola perpaduan patet. Dalam penampilannya ada empat pemain berpindah posisi.
Karya Yoga Mayura | Sumber: Dokumentasi Panitia Gema Raga Tahun 2022
Penyaji keempat yakni Ida Bagus Yodhie Hariscandra (Gus De) dengan judul karya NYANTRIK.
Lihat….. coba…..
Coba….. lihat……
Coba….. coba…..
Karya ini didukung oleh Sanggar Dharmawangsa. Gus De menciptakan karya dengan merentangkan karet berwarna putih yg dipegang oleh 4 orang penari lainnya. Kain ini dipegang dan diikatkan di kaki para penari.
Musik iringan tari ini menggunakan musik midi. Kostum 3 penari menggunakan celana kain panjang berwarna coklat dan selendang berwarna putih tanpa baju. Sedangkan sang komposer menggunakan celana kain yang sama dilengkapi dengan penggunaan jubah.
Karya Gus De Yodhie | Sumber: Dokumentasi Panitia Gema Raga Tahun 2022
Sebagai penyaji terakhir Gung Ade nama akrabnya menampilkan karya berjudul CANGAK KECOH sebuah karya yang memadukan teknologi dalam penciptaan karya seni. Sajian karya ini merupakan sebuah eksplorasi terhadap media wayang dan ekspermen terhadap teknis dan teknik wayang dengan mengangkat salah satu kisah tantri sebagai wahana karya.
Iringan karya ini menggunakan 4 buah instrumen Gender Wayang. Menarik pertunjukan wayang tantri ini dikemas dengan mamdukan teknologi bias cahaya melalui proyektor dan pantulan ke layar melalui pengolahan aplikasi zoom. Sajian karya ini didukung oleh komunitas Wayang Ental. Model karya ini berbentuk animasi tentang burung cangak yang mati dijapit kepiting karena ulahnya yang rakus memakan ikan-ikan.
Karya Gung Ade | Sumber: Dokumentasi Panitia Gema Raga Tahun 2022
Selesai pagelaran 5 karya, selanjutnya dilakukan sesi diskusi karya yang dipandu oleh moderator Agus Pastika Putra dan I Nyoman Mariyana yang menggantikan Komang Sandyasa Putra.
Sesi diskusi diawali dengan pemaparan konsep masing-masing penyaji selanjutnya sesi tanya jawab. Dari hasil diskusi ini menitikberatkan pada kekaryaan masing-masing penyaji mengacu pada tokoh ciptaan I Made Persib. Sesekali ada juga pernyataan kritik bagi panitia penyelenggara terkait tempat dan kemasan sajian untuk disempurnakan dalam pelaksanaan berikutnya. [T]