10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kenapa Hindu Jawa Kuno & Bali Tidak Mentuhankan Sri Krishna?

Sugi LanusbySugi Lanus
March 22, 2022
inEsai
HINDU & KEJAWEN BERHALA?

— Catatan Harian Sugi Lanus, 22 Maret 2022.

Hindu India mengalami perubahan secara radikal dalam mentuhankan Sri Krisna karena salah satu sebab terpentingnya adalah kemunculan kitab BRAHMA-SAṀHITĀ, yang baru ditulis sekitar tahun 1300 Masehi. Inilah yang menjadi salah satu rujukan atau babon terpenting dari “pentuhanan Sri Krishna” yang berkembang di India secara luas. Kitab tersebut tidak menyebar di Jawa dan Bali.

Kitab BRAHMA-SAṀHITĀ adalah sebuah teks Pancharatra berbahasa Sanskekerta yang terdiri dari syair-syair doa yang diucapkan oleh Dewa Brahma yang memuliakan atau mentuhankan Krishna atau Govinda pada awal penciptaan. Dalam kitab inilah disebutkan bagaimana Dewa Brahma menyembah Sri Krishna. Demikian juga di sini disusun cerita bahwa Gayatri dan ayat Weda bersumber dari Sri Krishna. Kitab-kitab Weda tidak menyebutkan demikian. Kitab ini berkembang dan dikembangkan menjadi dihormati dan menjadi pedoman dalam Gaudiya Vaishnavisme, yang didirikan abad ke-16 oleh Chaitanya Mahaprabhu (1486-1534), yang menemukan kembali sebagian dari karya tersebut, 62 ayat dari bab lima, yang sebelumnya telah hilang selama beberapa abad, di Kuil Adikesava Perumal, Kanyakumari di India Selatan. BRAHMA-SAṀHITĀ mempengaruhi munculnya tradisi pikir dan berbagai teks yang “MENTUHANKAN-KRISHNA”.

Seorang pakar peneliti khusus kitab ini, Mitsunori Matsubara, dalam bukunya ‘Pañcarātra Saṁhitās and Early Vaisṇava Theology’  menyebutkan bahwa kitab BRAHMA-SAṀHITĀ  ditulis sekitar tahun 1300 M. Dalam teks inilah tersebut berisi deskripsi yang sangat esoteris tentang Krishna bertempat tinggal di Goloka.

PENTUHANAN KRISHNA dari fragmen atau kutipan BRAHMA-SAṀHITĀ, pada bab kelima, syair pertamanya dengan jelas MENTUHANKAN Sri Krishna, sebagai berikut:

īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇaḥ sac-cid-ānanda-vigrahaḥ
anādir ādir govindaḥ sarva kāraṇa kāraṇam

Terjemahannya:

“Krishna, yang dikenal sebagai Govinda , adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dia memiliki tubuh spiritual bahagia yang abadi. Dia adalah asal dari segalanya. Dia tidak memiliki asal lain dan Dia adalah penyebab utama dari semua penyebab.” 

Teks tersebut pertama kali diterjemahkan dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Inggris oleh Bhaktisiddhanta Saraswati pada tahun 1932 dan sering dinyanyikan atau dibacakan baik sebagai teks renungan maupun filosofis, dengan terjemahan Inggeris sebagai berikut:

“Krishna, who is known as Govinda, is the Supreme Personality of Godhead. He has an eternal blissful spiritual body. He is the origin of all. He has no other origin and He is the prime cause of all causes.”

HINDU & KEJAWEN BERHALA?

PENTUHANAN SRI KRISHNA makin berkembang semenjak dalam terjemahan pengikutnya secara sistematis memakai sebutan istilah bahasa Inggeris “GODHEAD” (Tuhan Tertinggi) untuk Sri Krishna, sementara dewa lainnya adalah “DEMIGODS” atau ‘setengah-dewa’ atau di bawah ‘Godhead’ (Tuhan Tertinggi). Terjemahan dengan istilah Inggeris ‘Godhead’, dipakai dalam terjemahan buku-buku sekte keagamaan Hare Krishna dan mendudukkan bahwa Sri Krisna yang Tuhan Tinggi, dan secara konsisten dan sistematis menempatkan dewa-dewa lain diterjemahkan sebagai ‘demigods’ atau ‘setengah-dewa’ sebagai bawahan ‘Godhead’ (Krishna). AC Bhaktivedanta Swami Prabhupada, pendiri International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) menerjemahkan kata Sansekerta “dewa” sebagai ‘demigods’ (“setengah dewa”) dalam terjemahan-terjemahannya, dan mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan Yang Maha Esa yaitu Sri Krishna sebagai “GODHEAD” (Tuhan Tertinggi) dan semua dewa-dewi yang lain hanyalah hamba Krishna. Namun, terjadi pengecualian ketika menterjemahkan kata “deva”, setidaknya ada tiga kejadian dalam bab kesebelas Bhagavad-Gita di mana muncul kata “deva”, yang digunakan untuk merujuk kepada Dewa Krishna, diterjemahkan sebagai “Tuhan”. Gelar “deva” diterjemahkan sebagai Tuhan Yang Maha Esa atau “GODHEAD” kalau diikuti nama Krishna, sementara kalau gelar “deva” diikuti oleh nama lain, maka diterjemahkan sebagai “DEMIGODS” atau hanyalah hamba Dewa Krishna.

Kitab BRAHMA-SAṀHITĀ dan isinya tidak pernah ditemukan jejaknya secara jelas dalam peninggalan lontar-lontar keagamaan di Bali.

Ketika BRAHMA-SAṀHITĀ yang menjadi “PENDOMAN PENTUHANAN KRISHNA” disusun di India sekitar tahun 1300-an Masehi, Hindu di Jawa dan Bali telah berkembang pesat di Kerajaan Singasari dan kemudian dilanjutkan Kerajaan Majapahit. Di era ini di Jawa dan Bali telah mengembangkan kitab-kitab Hindu-Buddha dalam versi Jawa Kuno yang diserap dari kitab-kitab yang lebih kuno lain, yang merujuk pada teks-teks Weda. Sementara itu, era kerajaan Majapahit hubungan Hinduisme di Jawa dan Bali bisa dikatakan terputus dengan tanah Bharata Warsa (premodern India), sehingga secara hubungan tekstual atau intertektualitas di antara keduanya semakin jauh. Barangkali karena keterputusan hubungan Jawa-Bali dengan India di sekitar abad 14-15 menjadi penyebab kitab BRAHMA-SAṀHITĀ atau teks-teks sejenis yang “MENTUHANKAN-KRISHNA” yang berkembang di India di abad ke 14 tidak pernah populer di Nusantara.

KENAPA PEDANDA ŚIWA DI BALI (JUGA) MEMUJA NĀRĀYAṆA?

Lontar-lontar Stava-Puja dan Widhi-sastra banyak mengandung jejak Weda kuno. Lontar-lontar Itihasa  mengandung banyak jejak Purana. Lontar-lontar Tatwa banyak mengandung jejak berbagai teks Upanisad. Tetapi tidak ditemukan secara gamblang teks-teks yang punya paham seperti kitab BRAHMA-SAṀHITĀ dalam lontar-lontar Bali. BRAHMA-SAṀHITĀ terhitung kitab baru jika dibandingkankan isi lontar-lontar Jawa Kuno era yang berisi teks dari era Medang dan Kediri. Kitab Brahma-saṁhitā di India tersebut terhitung sebaya dengan lontar-lontar yang ditulis di akhir kejayaan Singasari dan awal Majapahit, seperti Kakawin Nāgarakṛtâgama (atau Deśawarnana), Kakawin Sutasoma, Kakawin Śiwarātrikalpa, yang isinya bernuansa Śaiwa-Baudhha dan tidak ditemukan adanya jejak teks-teks yang “mentuhankan Bhatara Kresna” di era ini.  

Apakah tidak ada pemuliaan Sri Krishna dalam tradisi lontar ‘puja-stawa’ di Bali?

Ada. Tetapi, secara umum sosok Sri Krishna berkedudukan sebagai Awatara dari Wisnu, seperti dalam Kakawin Bhisma Parwa versi Jawa Kuno, yang berisi percakapan Krishna dan Arjuna tentang keabadian. Dalam kakawin ini Krishna disebut sebagai Bhatara Krishna. Sementara itu dalam puja-stava, seperti contoh dalam lontar mantra RAMA-KAVACA yang diwarisi di Bali sebagai puja perlindungan diri (KAVACA), Sri Krishna disebut sebagai salah satu dewa di antara dewa-dewa yang lainnya, tanpa pernah disebut sebagai Tuhan Tertinggi dan tidak ditemukan ada jejak meletakkan dewa-dewa yang lainnya sebagai bawahan Sri Krishna.

Lebih jauh ke belakang, jika kita lihat dalam jejak teks-teks dalam berbagai lontar dari abad ke 9 dan 10 masehi, seperti KAKAWIN RAMAYAN dan AGASTYA PARWA, tidak ditemukan PENTUHANAN KRISNA. Bisa dikatakan tidak pernah ditemukan temuan ke arah sana di era kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa dan Bali. Dalam era Kerajaan Gelgel, yang punya tradisi kesenian wayang yang sangat kuat, memang ada sosok wayang Krishna, yang perannya sebagaimana sosok Sang Krishna dalam Kakawin Bhisma Parwa, sebagai awatara yang membantu dalam perang Mahabhatara, tapi tidak ada “pentuhanan Krishna”. Sekalipun Kakawin Bhisma Parwa menyebutkan Krishna sebagai Bhatara Kresna, tidak sekalipun ada disebutkan  bahwa Bhatara Krishna sebagai jalan satu-satunya untuk memahami hakikat tertinggi ketuhanan Hindu. Dalam era Kerajaan Gelgel, jejak Hindu Majapahit sangat kuat, hakikat KEDEWATAAN yang terdapat ajaram dalam DEWATA-NAWASANGA yang dipakai secara luas dalam Yadnya di Kerajaan Gelgel. DEWATA-NAWASANGA sebagai HAKIKAT HYANG MAHA TUNGGAL yang mengejawantah dalam berbagai ritual untuk KEDEWATAAN NAWASANGA. HAKIKAT MAHATUNGGAL dari DEWATA NAWASANGA inilah yang menjiwai berbagai lontar-lontar kepanditaan Hindu Bali, yang bersumber dari Weda-Puja-Stawa dengan pengantar bahasa Jawa Kuno. HAKIKAT MAHATUNGGAL dari DEWATA NAWASANGA  disebut dengan gelar WIDHI, BHATARA WIDHI, WIDHIWASA, HYANG WIDHI, IDA HYANG WIDHI. Dan inilah, ketika terbentuk PHDB (Parisada Hindu Dharma Bali) penyebutan Tuhan Tertinggi untuk Hindu di Bali secara aklamasi disebut sebagai IDA SANG HYANG WIDHI WASA — gelar untuk Brahman atau Tuhan Tertinggi bagi Hindu di Nusantara yang memuliakan tradisi Catur Weda.

Catatan dari Pura Meduwekarang 2003: GEMPA BALI 1917, BOM BALI 2002

PENTUHANAN KRISHNA di Bali baru muncul semenjak terbitnya terjemahan buku-buku berbahasa Inggeris yang menterjemahkan Dewa Krishna atau Sri Krishna sebagai “GODHEAD” — dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Tuhan Tinggi atau Tuhan Yang Maha Esa; sementara “deva” lainnya adalah disebut dalam bahasa Inggeris sebagai “DEMIGODS” — yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai ‘setengah-dewa’ atau dewa bawahan dari dari ‘Godhead’ (Krishna). Ini tidak terjadi dalam buku-buku terjemahan Bhagavad Gita yang dikerjakan oleh tokoh-tokoh Hindu, seperti Prof Ida Bagus Mantra, Nyoman S. Pendit, Made Menaka (yang menterjemahkan Bhagavad Gita ke dalam bahasa Bali). Mereka secara konsisten memberikan penjelasan bahwa sosok Sri Krishna dalam Bhagavad Gita adalah salah satu dari awatara Wisnu. Para tokoh Hindu di Bali tidak pernah menyebut Krishna sebagai ‘Godhead’, karena istilah ini tidak dijumpai dalam naskah Bhagavad Gita aslinya dalam bahasa Sansekerta. Istilah dan pemisahan antara “Godhead” dan “demigods” juga tidak dikenal dalam cara pikir para penulis kitab-kitab lontar Hindu Jawa Kuno dan Bali. [T]

Tags: hinduHindu BaliHindu Nusantarajawa kuno
Previous Post

Mau Cari Berbagai Jenis Rempah? Datanglah ke Arab, Eh, ke Toko Arab di Singaraja

Next Post

Seni Rupa Bali dan Persoalan Arsip

Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi. IG @sugi.lanus

Next Post
Seni Rupa Bali dan Persoalan Arsip

Seni Rupa Bali dan Persoalan Arsip

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co