17 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Dongeng
Ilustrasi: Suar Adnyana

Ilustrasi: Suar Adnyana

Legenda Dusun Batu Megaang di Busungbiu

I Ketut Suar Adnyana by I Ketut Suar Adnyana
December 6, 2020
in Dongeng

Legenda ini menceritakan terjadinya suatu dusun. Dusun itu bernama Dusun Batu Megaang. Dusun itu merupakan wilayah Desa Pucaksari. Desa Pucaksari terletak di daerah pegunungan dengan ketinggian 750 meter dari permukaan laut. Desa Pucaksari  merupakan wilayah Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Bali. Desa Pucaksari merupakan daerah yang sangat subur dengan udara yang begitu sejuk. Mata pencaharian penduduk Desa Pucaksari sebagai petani kopi dan tenaga kerja migran di Kota Denpasar.

Sifat kegotong royongan penduduk Desa Pucaksari masih sangat tinggi. Penduduknya begitu ramah dengan pendatang dan memiliki sifat keterbukaan terhadap pembaharuan. Ada kearifan lokal (berupa legenda) yang belum diketahui penduduk desa tersebut yang berkaitan dengan asal-usul terjadinya Dusun Batu Megaang (megaang ‘merangkak’). Batu Megaang artinya batu yang merangkak.         

Penulisan cerita ini bertujuan untuk mendokumentasikan satra lisan yang merupakan  kearifan lokal yang dimiliki masyarakat. Kearifan lokal tersebut akan tetap diketahui oleh generasi sekarang maupun generasi mendatang sehingga keraifan lokal tetap terjaga secara turun-temurun.

Dahulu kala, ada sekelompok masyarakat yang mendiami suatu wilayah yang diapit oleh perbukitan. Ada aliran sungai yang mengalir dekat wilayah itu. Wilayah tersebut merupakan wilayah pertanian yang subur. Bentangan sawah membuat wilayah itu begitu asri. Mata pencaharian penduduknya adalah bertani (sawah).

Setiap hari penduduk pergi ke sawah  untuk mengolah sawah. Petani mengolah sawah seharian penuh. Ketika bulan purnama petani bisa bekerja di sawah sampai larut malam. Petani dengan tekun mengerjakan sawah dengan bergotong royong.

Pada saat bulan purnama terjadi keanehan di wilayah itu. Penduduk mendengar suara bergemuruh. Penduduk ketakutan. Dengan segera, penduduk yang masih mengerjakan sawah pulang ke rumahnya.  Suara gemuruh tersebut diakibatkan oleh pergerakan batu besar mengarah ke bukit. Ada seorang penggembala itik yang  berani mendekati batu besar itu.

Penggembala Itik     :

“ Hai batu besar. Kehadiranmu menimbulkan ketakutan bagi penduduk. Apa sebenarnya  keinginanmu? ”

Batu Besar                  :

“ Penggembala itik, aku akan menjadikan wilayah ini menjadi danau.”

Penggembala Itik      :

“ Kamu jangan main-main Batu Besar.”

Batu Besar                  :

“ Aku tidak main-main. Siapapun yang menghalangi niatku akan aku kubur  di dasar  danau.”

Pengembala Itik        :

“  Jangan kamu mengancam, Aku akan menghalangi niatmu.”

Batu Besar                  :

“ Hai, pengembala itik. Aku bisa mencelakai kamu. Minggirlah!”

Pengembala Itik        :

“ Aku tidak akan minggir Batu Besar.”

Batu Besar                  :

“ Minggirlah. Jika kamu tidak menghalangi niatku. Aku akan berikan apapun yang  kamu mau.”

Pengembala Itik        :

“ Aku tidak butuh harta Batu Besar.” Aku ada di sini untuk menyelamatkan penduduk.”

Batu Besar                  :

“ Besar juga nyalimu Pengembala Itik. Minggirlah!”

Pengembala Itik        :

“ Aku tidak akan minggir.”

[Dengan kekuatannya, Batu Besar itu mulai bergerak dan tanah yang dilalui amblas. Melihat kejadian itu  Penggembala Itik  terus menghalangi niat Batu Besar itu. Penggembala Itik  berharap  pagi segera datang. Dengan itu, niat Batu Besar  dapat dihentikan. Tidak disadari, langit di ufuk Timur  berwarna merah. Itu menandakan pagi segera datang. Dengan sigap, Penggembala Itik memukul kentongan berulang-ulang.]

[Penduduk berhamburan ke luar rumah menuju ke suara kentongan. Alangkah terkejutnya, penduduk melihat batu besar bergerak.]

Penduduk                   :

“ Batu besar, batu besar.”

[Teriakan itu membuat Batu Besar menghentikan niatnya. Batu itu berhenti bergerak dan diam selamanya]

Pengembala Itik        :

“ Terima kasih semuanya. Kalian telah membantu usahaku menghentikan niat Batu Besar.”

Penduduk                   :

“ Siapakah Tuan sebenarnya?”

Pengembala Itik        :

“ Aku adalah Dewa Wisnu datang menyelamatkan kalian dari niat jahat Batu Besar.”

Penduduk                   ;

“Terima kasih Dewa, atas pertolongan Mu.”

[Pengembala Itik segera menghilang. Penduduk kembali ke rumah masing-masing. Sejak saat itu penduduk menamai wilayah tempat tinggalnya dengan nama  Batu Megaang (Batu Merangkak). Batu itu sampai sekarang masih ada di tegalan penduduk.]

________

  • Diceritakan oleh  : I Ketut Suar Adnyana
  • Informan               : Kumpi Rai (alm., Batu Megaang), Ni Nyoman Nalin (alm.), dan I Wayan Belayag (Alm.)
  • Terima kasih disampaikan kepada informan Kumpi Rai, dan kedua orang tua penulis ( I Wayan Belayag dan Ni Nyoman Nalin) yang sudah meluangkan waktu untuk mendongeng tentang Legenda Batu Megaang sebagai pengantar  tidur.
I Ketut Suar Adnyana

I Ketut Suar Adnyana

Lahir di Kabupaten Paling Utara Pulau Bali (Buleleng), pada tanggal 15 Mei 1967. Bintang Taurus, memiliki hobi melihat bunga yang sedang mekar dan mengoleksi bonsai dengan kata gori murah meriah

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Rumah, Liburan, Teater dan Kehidupan Sehari-hari / Oleh Satria Aditya
Esai

Rumah, Liburan, Teater dan Kehidupan Sehari-hari

Oleh: Satria Aditya -- Jembrana Teater adalah seni pertunjukan yang sangat saya kagumi saat ini. Teater bukan hanya sebuah seni ...

March 29, 2020
Potret kemiskinan (Google)
Opini

Kaum Urban vs Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu kenyataan yang belum dan takkan pernah terhapuskan dari muka bumi ini. Hal itu dikarenakan konsep dan pengertian ...

January 24, 2020
Ilustrasi diolah dari Google
Opini

Revolusi Industri Tanpa Pendidikan Teknologi

LIMA tahun lalu. kala itu, hangat dibincangkan tentang peluncuran kurikulum terbaru pada ranah pendidikan di Indonesia. “Ah bodo amat!” Kalimat ...

November 12, 2018
Esai

Kekerasan Seksual Terhadap Anak Sebagai Bentuk Degradasi Moral

Esai ini meraih Juara 3 dalam  Lomba Esai Kategori Umum Menyongsong HUT ke-36 Peradah Indonesia dan HUT ke-816 Kota Bangli ...

February 24, 2020
Foto: Mursal Buyung
Opini

Kuliah Masih Penting Gak Ya? Jawabnya: Oh, Tentu Saja!

  WELL, beberapa waktu terakhir issue tentang penting enggaknya kuliah kembali mencuat di kalangan masyarakat kita. Banyaknya sarjana yang masih ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gus Bass [Foto dokumentasi penulis]
Esai

Gus Bass, Bumbu Sate dan Tempe | Catatan Orang Tua tentang Menu untuk Anak

by Gus Surya Bharata
January 17, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1349) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In