Tak sengaja, meski kerap terjadi, saya bertemu pengetahuan lokal yang penuh kebijakan. Ini terjadi, mulanya, saya hanya hendak menyatakan akan suka kedamaian suasana alam, saat melihat asiknya seorang petani, di Subak Ganggangan, Penebel, Tabanan, Bali..
Petani itu, menurut saya, memang punya kecerdasan managemen lokal dalam ketahanan pangan dan keuangan. Sebagai petani penggarap, ia kini berhasil memiliki ketahanan pangan dengan stok padi sepanjang tahun dan ternak sapi dan kerbau yang cukup banyak.
Sapi dan kerbaunya semua telah dilatih membajak sawah. Juga sapinya bisa terus beranak pinak kedepannya. Salah satu kalimat menarik dari petani itu, “Hingga kini saya belum pernah membeli beras meskipun saya sudah prediksi akan pacekilik 1.5 tahun karena musim kemarau beberapa waktu lalu!”.
Lalu ia menjelaskan hidupnya yang sederhana, cukup, dan tenang.
Meskipun ia petani penggarap, namun hasil panen yang ia simpan di lumbung, dijual seperlunya saja untuk stok uang belanja. Jika hasil panen dari sawah yang digarap 1.5 hekatar itu sebagai petani pengarap dapat hasil panen setengahnya, yaitu 75 are , jika dijual semua, maka bisa habis setelah jadi uang.
“Sebab pipise nak bisa kecog-kecog nike laut saget telas!” katanya. Artinya, uang bisa loncat sendiri, tak terasa, tiba-tiba sudah habis.
“Yening kari padi tileh nike kan dados selip dadosan tiang baas. Yening ajeng dogen sareng keluarga buin atiban ten telas nike ngantos nepuk panen buin ping pendo nike!“
Terjemahan bebasnya, kalau padi disisakan, tinggal olah saja jadi beras. Kalau dimakan sekeluarga tak akan habis selama setahun, sampai bertemu panen lagi berikutnya.
Ia memang petani yang jenaka. Ketenangan membuat rasa humorya tumbuh dan stres hilang entah ke mana.
“Semeng,atinjakan samput,tiang sampun bangun, sawatara jam 6 semeng sampun ke carik ngarit 3 keranjang ngantos jam 9 pagi sampun puput. Jam 9.30 sampun ngopi jumah, dan bisa garap yang lainnya!”
Terjemahan bebasnya: pagi, sekali terjangan selimat, saya sudah bangun, sekitar jam 6 sudah ke sawah menyabit rumput 3 keranjang, sampai jam 9 semuanya sudah selesai. Jam 9.30 sudah ngopi di rumah dan bisa garap kerjaan lain.
Ia melanjutkan, jam 3 ia balik ke sawah menyabit rumput 2 keranjang. Satu hari memerlukan 5 keranjang rumput untuk 5 ekor sapi dan kerbaunya. Rumput tiada pernah kurang, rumput ini laba bagi dia.
Selain itu, sapi dan kerbau semua bisa dan terlatih mebajak bisa sampai membajak seluas 4.5 hektar .”Seluas itu saya membajak sawah dikawasan ini istilahnya buruh bajak sawah hasilnya per are saya nikmati tinggal dijumlahkan dengan luasnya. Hasil buruh bajak sawah berupa uang cashkami simpan,,” katanya.
Rejeki berupa uang kini bisa disimpan, juga yang berupa padi. Selebihnya ia bisa tiduran di sebelah kandang sambil melihat Gunung Batukaru, Gunung Batur dan Gunung Agung. “Kadang jika rindu kedamain di sini jam 2 menjelang pagi saya kesini disawah ini memang terasa damai…,” katanya.
Beliau tersenyum damai. Dan sangat mencintai pertanian dan peternakannya Harganya jangan ditanya seharga motor yang modis keluaran terbaru seekornya. [T]