13 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Puisi
Salah satu karya dalam Pameran Seni Rupa di Undiksha  29 November 2019 [Foto: Mursal Buyung]

Salah satu karya dalam Pameran Seni Rupa di Undiksha 29 November 2019 [Foto: Mursal Buyung]

Puisi-puisi Nyoman Sukaya Sukawati # Di Kafe Tebing Sungai

Nyoman Sukaya Sukawati by Nyoman Sukaya Sukawati
April 4, 2020
in Puisi
51
SHARES

KATA-KATAKU


Kata-kataku adalah angin luka di dinding-dinding bukit


Jeritan burung-burung patah sayap terjerat musim di lembah-lembah


Kata-kataku derap kaki-kaki kuda pemburu

Atau risau sungai tak putus-putus mengejar muara


Kata-kataku adalah bait-bait lagu

Nyanyian pejalan yang tersesat di negeri asing

Lagu rindu kepada tanah asal


KUTULIS PUISI


Kutulis puisi seperti benih ikan di paruh burung laut

Yang terbang mencari sarangnya di pulau sunyi.


Aku tak yakin apa yang akan sampai padamu

Jeritan burung-burung kelaparan ataukah benih suara rinduku?:


Benih yang tumbuh jadi matahari pagi yang selalu membangunkan perahu-perahu di pantai agar segera bangkit dari mimpi dan selekasnya berlayar memburu rindunya yang bertebaran di horizon namun nasibnya sepenuhnya bergantung pada selembar layar yang hidupnya telah ditentukan hanya untuk mengikuti arah angin.


Benih yang tumbuh jadi angin laut yang bertugas menyemangati ombak agar tak pernah putus asa memburu rindunya di pantai namun nasibnya sepenuhnya ditentukan pasir yang ditakdirkan selalu menghisap habis segala yang sampai padanya hingga semuanya kembali sunyi.


SUARA PEDALAMAN


kau dengarkah suara-suara pedalaman itu?


dalam puisi suara-suara itu tumbuh

menjadi pohon-pohon keheningan

pohon dengan daun-daun melambai

selembut sungai mengalir menuju senja


kau dengarkah erangan angin

di puncak musim badai

atau tangisan binatang malam memenuhi kegelapan rimba?


tapi adakah kau dengar suara-suara di belakangnya

sehalus kabut merayap dari pohon ke pohon?


di pedalaman kata-kata, pohon-pohon sedang merayakan puisi

setiap kata bergerak dengan suara keheningan


di jalan tak berujung kita melacak jejak keindahan tanpa akhir

dan kita di sini merayakan puisi

seperti pohon-pohon mencintai sungai


dan kita mencintai pohon-pohon puisi

ketika keheningannya menggubah suara-suara

menjadi sungai senja di pedalaman hatimu


DI KAFE TEBING SUNGAI


Malam menciptakan kenangan melalui kerlip bintang di aliran sungai

dalam nada samar suara gitar dan bayang-bayang lampu yang berayun


Inikah waktunya mengingat kembali rumah ibu?

Rumah yang terlupakan di desa sunyi?


Di sudut bar, seseorang menyanyikan syair memuja negeri asing


Di dahan tanpa daun, burung-burung terisak, meratapi cuaca yang berubah cepat.


Warna-warni lampu tak dapat menghapus bayangan muram lantai

Ketika orang-orang menatap hampa ke dalam gelas yang kosong

Setiap orang seperti menunggui nisannya sendiri


Busa wiski terakhir pecah di sudut bibir

Jadi tiruan gapura puri yang runtuh dalam bayangan gelap arca Dewi Padi

Mengingatkan pada kisah tanah leluhur yang telah menjadi arang

dibakar di punggung lembu pada upacara pengantar ke alam kematian


Musik kafe terus menyamarkan kabut dingin yang datang ke halaman

Menyamarkan hening malam dengan menirukan kerumunan siang hari


Tapi itu tidak juga membuat rasa kesepian pergi

Di tengah hilir-mudik para pelancong


Di antara kehangatan alkohol dan lagu-lagu asing

Patung-patung batu menjadi monumen kemurungan

Lagu anak-anak desa menjadi suara kebisuan

Lukisan dinding adalah masa lalu yang hilang


Tetapi seluruh kata-kata tak kuasa menerjemahkan tanda-tanda ini


Di jendela, angin bergerak menjauh dengan sisa gerimis dan hawa pegunungan

Lalu sebuah kenangan tersampaikan lewat segelas minuman

namun tak jua menghangatkan perasaan hampa

serta sebait puisi tak kuasa merangkum kegelisahan ini


Di tebing ini entah berapa waktu dibutuhkan 

musim untuk mampir dan berlalu

Seperti hidup dan kematian yang datang berulang

dengan meninggalkan jejak retakan di dinding cadas


Seperti wajah ibu. Batu-batu ini perlahan-lahan lapuk menjadi serbuk

lalu hanyut bersama sungai yang mengering


ABSTRAKSI MATA


Tiba di ujung teluk ia berpendar di tiang dermaga

Jadi penanda bagi kapal berlabuh di malam hari


Dia berkedip seperti rambu lalu lintas 

Dari hijau ke kuning lalu pindah ke merah

Memberi waktu pada sekelompok pemabuk 


Menyeberang di jalan ramai


Lalu menjelma lampu merkuri

Membawa kota keluar dari kegelapan

Menyalakan cahaya di kepala mereka

Yang tersesat dalam bayangan muram gedung-gedung


Mata itu menggerakkan tanganku

Menggali sumur kata-kata di kedalaman hati

Menimba bahasa rindu yang tak mampu diucapkan oleh suaraku


Mata itu juga yang meredupkan senja

Memanggil burung-burung pulang ke sarang

Bernyanyi riang untuk jiwa-jiwa 

yang terperangkap kabut kesedihan


Sekali waktu ia menderas bersama sungai

Membawaku berziarah kembali ke masa silam

Lalu hanyut memburu batas samudera terjauh


Bila gunung menaburkan letusannya di lembah

Mata itu jadi batu pertapa di dasar kali

Mengajariku bertahan dengan rasa perih 

Yang menjalar sepanas lahar di aliran darah


Seperti sayap burung, mata itu selalu terbuka

Melayang dan berjaga-jaga di antara rasi bintang

Bersinar meliputi sudut-sudut paling gelap di langit sunyimu


BAYANG-BAYANG


Bayang-bayang itu

Datang serupa lintasan cuaca

Dan pasang surut sungai


Tapi sungguh dia sangat samar

Sesamar suara di pedalaman hutan gema


Di belakang derai yang bergerak perlahan

Dia menjauh lalu menghilang

ke dalam bayangan langit muram


Seluruh kata-katamu tak kuasa mengenalinya

Tak dapat menyentuh dan mencatatnya


Sampai engkau merasakan 

Sesaat ia tiba-tiba mendekat selembut warna senja

Bergerak sehalus kabut mengikuti irama mantra 

di puncak hening puisimu

Tags: Puisi
Nyoman Sukaya Sukawati

Nyoman Sukaya Sukawati

lahir 9 Februari 1960. Ia mulai aktif menulis puisi sejak 1980-an di rubrik sastra surat kabar Bali Post Minggu asuhan Umbu Landu Paranggi. Dia pernah bergiat di dunia kewartawanan. Pada 2007 bukunya berjudul Mencari Surga di Bom Bali diterbitkan berkat bantuan program Widya Pataka Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Bali bekerja sama dengan Arti Foundation, Denpasar.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Istimewa
Opini

Bangun Literasi, Demi Bangsa Berbudaya

DNA literasi berbangsa terbentuk sungguh unik sejak dulu kala. Nenek moyang bangsa Indonesia merupakan penutur andal di dunia. Ini dibuktikan ...

February 2, 2018
Foto: Mursal Buyung
Esai

Di Bali Utara Cuaca Panas-Dingin, Hatiku Juga

Saya merasa bahwa cuaca sedang menguji standar humor saya. Ya bagaimana tidak,  cuaca terus saja 'berkomedi' setiap hari, dan tentu ...

November 15, 2019
Tjokorda Gde Rake Sukawati {foto dari penulis diambil dari sumber-sumber sejarah]
Khas

Tjokorda Gde Rake Sukawati: Presiden NIT dan Diplomat Kebudayaan Bali

TAK banyak generasi kini mengenal nama Tjokorda Gde Rake Sukawati. Dalam sejarah politik dan kebudayaan, nama ini sebenarnya sangat menggema. ...

February 21, 2021
Pentas cak SMA Dwijendra Denpasar
Kilas

Cak Modern SMA Dwijendra dan SMAN 4 Bangli: Terkesan Wah, tapi Kurang Rasa Cak

  PENTAS Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya menampilkan SMA Dwijendra dan SMKN 4 Bangli. Penampilan kedua sekolah ...

February 2, 2018
Gambar video Wayan setiawan
Khas

Kisah Caleg Perjuangkan Bebotoh dan Legalkan Tajen: Bukan Kampanye Buduh-buduhan

Suatu hari, akhir Maret 2019, seorang teman wartawan sehabis memberikan materi jurnalistik di RRI Singaraja bertandang ke markas tatkala.co. Ia ...

April 8, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Suasana upacara ngusaba kadasa di Desa Kedisan, kintamani, Bangli
Khas

“Ngusaba Kadasa” ala Desa Kedisan | Dimulai Yang Muda, Diselesaikan Yang Muda

by IG Mardi Yasa
April 10, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gde Suardana
Opini

Tatkala Pandemi, (Bali) Jangan Berhenti Menggelar Ritual Seni dan Budaya

by Gde Suardana
April 10, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1455) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (342)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In