28 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Kepada Alit Joule “Sampai Jumpa di Rumah”

IGA Darma Putra by IGA Darma Putra
March 30, 2020
in Esai
69
SHARES

Awalnya saya tidak berniat menulis sesuatu apapun. Tapi setelah membaca salah satu tulisan Alit Joule di tatkala.co, saya merasa ada sesuatu yang harus diketik. Saat dia bilang “salam dari samudra”, saya membayangkan situasi yang melahirkan kata-kata itu. Barangkali saat dia ketik kata-kata itu, kapal yang ditumpanginya belum berlabuh. Dia mengetiknya di tengah hamparan laut super luas.

 Entah kepada siapa dia tujukan salam itu. Saya menduga, dia sedang memberi salam kepada semua pembacanya. Tapi saya juga tidak bisa berhenti menduga, kalau dia sesungguhnya sedang memberi salam pada dirinya sendiri.

Dalam bayangan saya, dia sedang berada di tengah lautan yang luas, di dalam sebuah kapal. Seberapa besarnya kapal itu, saya tak tahu. Mungkin sebesar satu banjar adat. Atau mungkin lebih besar lagi. Mungkin sebesar desa adat tapi dengan peraturan yang tidak lebih rumit. Kapal itu goyang-goyang karena air laut tidak tenang. Langit di atas bersuara pelan meniru-niru gemuruh laut. Mungkin begitu keadaannya sebagaimana saya bayangkan dari dalam kamar.

Apa yang bisa dilakukan dalam situasi seperti itu? Alit Joule memilih untuk menulis. Itu karena dia memang penulis. Tak usah diragukan lagi. Menulis adalah cara yang ditempuhnya untuk mengusir kecemasan dan kebosanan. Saya tidak yakin kalau dia penganut jargon ‘menulis untuk keabadiaan’ sebagaimana ditulis oleh Pram. Sebab jauh sebelum saya belajar menulis, dialah yang menjerumuskan saya pada dunia paling membahagiakan ini. Suatu saat seingat saya, dia pernah berpesan ‘lanturang, meskipun iraga sing di Bali tapi raga lakar terus nulis’ [lanjutkan, meskipun saya tidak di Bali, tapi saya akan terus menulis]. Saya yakin itu murni dari pemikirannya sendiri. Lalu belakangan saya menemukan kata-kata serupa dari Pram.

Pesan itu selalu saya ingat saat tidak menulis. Lalu saya lupakan saat menulis saya lakukan. Menulis adalah pekerjaan. Dari pekerjaan itu didapat kebahagiaan. Kebahagiaan yang didapat adalah kebahagiaan yang disebut wahyadhyatmika suka. Artinya kebahagiaan lahir dan batin.

Salah satu jenis kebahagiaan lahir adalah kekayaan, pengakuan, kesehatan. Kebahagiaan jenis ini konon bisa berbalik menjadi duka, kesedihan. Karena kekayaan bisa hilang, pengakuan bisa lenyap, dan kesehatan bisa sirna. Oleh sebab itu, para yogi mengajarkan untuk mencapai kebahagiaan yang penuh. Penuh berbeda dengan banyak. Karena penuh, tidak lagi ada sesuatu yang diinginkan. Tidak ada kesedihan yang terlalu. Tidak ada kebahagiaan yang sangat. Semua ada pada takaran yang pas.

Ada kebahagiaan yang tidak putus-putus. Keadaan semacam itu disebut menikmati amerta. Amerta adalah air kehidupan yang memberikan keabadian. Bukan hidup yang abadi, tapi kebahagiaan. Kebahagiaan dianalogikan seperti makanan. Bisa membuat perut kenyang tanpa harus makan. Makanan jenis ini dinikmati oleh mereka yang melakukan yoga. Dan menulis adalah salah satu bentuknya, salah satu caranya. Metodenya.

Begitulah menulis dalam pandangan saya sekarang. Kegiatan ini tidak lagi sesederhana memindahkan suara-suara pikiran ke dalam simbol-simbol aksara. Menulis kini bermakna berbeda. Karena itu, pesan dari Alit Joule kini tidak lagi saya maknai sebagai menulis dalam artian menuangkan isi pikiran dalam simbol tertulis. Menulis adalah metode yang bisa ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan. Menulis adalah yoga.

Alit Joule dalam posisinya yang sekarang, bahkan memberikan saya inspirasi untuk menulis. Kepada laut yang ia pandangi ia ucapkan terimakasih. Juga kepada ‘sepi’ yang diterimanya sebagai anugerah. Karena keadaan sepi itu, ia mendapatkan energy lebih untuk menulis.

Situasi yang dipaksakan oleh suatu wabah telah memberikan energi positif kepada seorang penulis di tengah laut. Situasi dan kondisi jelas mempengaruhi inspirasi. Kali ini dia benar, kesenyapan yang dihadiahkan oleh wabah bisa diisi dengan melakukan permenungan. Cukup sendiri, tanpa bantuan siapa-siapa. Atau dalam istilah Jawa Kuno disebut nirasraya. Hasil dari permenungan adalah keheningan pikiran yang bisa dibagikan kepada orang lain. Kebeningan demi kebeningan yang dialirkan pada banyak pikiran yang sedang keruh. Jarang sekali ada hasil permenungan yang didedikasikan demi mengajak pikiran-pikiran yang dikeruhkan oleh kecemasan, untuk kembali kepada keheningan buddhi. Buddhi adalah intelek yang bisa menimbang baik dan buruk. Buddhi bening inilah yang konon bisa menjadi lampu penerang di tengah kegelapan yang pekat. Sastra adalah nama lain dari buddhi bening itu. Bukankah dengan menggunakan sastra sebagai lampu penerang, kebahagiaan di dunia bisa didapat?

Wrettasancaya adalah salah satu puisi berbahasa Jawa Kuno yang dilahirkan dari permenungan, dari buddhi yang bening. Anehnya, kebeningan buddhi itu lahir saat pengarangnya konon menyendiri di tepi laut. Mungkin memang benar, kesendirian memberikan anugerah lain yang tidak pernah kita berikan tempat spesial. Jika direnung-renungkan sesungguhnya manusia tidak pernah sendiri karena setiap saat selalu ada yang menyaksikan segala yang dipikir, dikata, dan dilakukan. Saat terang, saksinya adalah matahari. Saat gelap, saksinya rembulan. Saat malam paling gelap, saksinya kegelapan. Saat ramai ada banyak mata jadi saksi. Saat sendiri, ada jiwa yang jadi saksi. Karena itu, manusia tidak pernah sendiri. Tidak ada kesendirian yang sesungguhnya sendiri.

Saat saya mulai mengetik kata-kata ini, saya seolah mengerti kalau di pikiran orang-orang sedang merasa cemas karena wabah virus. Wabah virus adalah wabah. Saya mengertikannya sesederhana itu. Saya tidak tahu cara paling tepat menghilangkan wabah ini. Saya hanya mendengar banyak peneliti, pembicara, perenung, pembaca, penulis yang menulis dan bicara tentang virus ini. Katanya harus begitu dalam situasi begini. Mestinya begini dalam situasi begitu-begitu. Begini dan begitu itu, saya pikir-pikir semuanya benar.

Kebenaran ternyata tidak hanya satu, tapi ada banyak kebenaran. Terus terang kenyataan itu bertolak belakang dengan konsep kebenaran yang pernah saya dengar. Katanya, kebenaran hanya satu, yang banyak adalah pembenaran. Bagaimana membedakan kebenaran dengan pembenaran? Saya jadi bingung dibuatnya. Lahir sebagai manusia adalah kebingungan. Jadi saya menerima kebingungan itu sebagai kewajaran. Lebih dari itu, kebingungan tadi saya terima bukan karena tidak mengerti, tapi karena saya bodoh.

Kebodohan yang saya miliki jika digunakan untuk memikirkan sesuatu yang sulit saya mengerti, hanya akan melahirkan kekeruhan yang lain. Jadi saya menyerahkan sepenuhnya kelanjutan dari putaran bumi yang tidak pernah saya rasakan berputar [kecuali mabuk] ini kepada para pemikir dan penindaklanjut yang berbaris menjaga keamaan pada baris paling depan. Barisan-barisan itu saya yakini akan menjaga saya yang rakyat jelata ini dari kesakitan dan kemiskinan.

Saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Tidak tahu harus melakukan apa. Saya sekarang hanya diam di rumah sebagaimana dianjurkan oleh banyak orang. Jika pergi hanya lewat satu tembok saja ke rumah saudara. Melihat nenek yang sedang nglocok base, dan mendengar orang-orang tua membicarakan ingatan mereka tentang kejadian lampau-lampau. Juga membaca beberapa tulisan yang menarik. Salah satunya adalah salam dari samudra milik sahabat saya.

Kepada Alit Joule saya ucapkan terimakasih. Karena ia membuat saya punya keinginan menulis sesuatu di tengah kegamangan. Kegamangan yang lahir dari kecemasan-kecemasan. Tidak hanya virus, tapi juga pikiran-pikiran semerawut karena terlalu banyak masalah yang dipikirkan dengan terlalu sedikit kekuatan untuk menyelesaikan.

Lit, sampai jumpa di rumah. Benar, sastra selalu menemukan jalannya [T]

Tags: kapal pesiarsastrasastra bali modern
IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
tatkala
Ulasan

Memandang Pendongeng, Menatap Selintas “Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci”

Judul: Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci (kumpulan cerpen)Penulis: Made Adnyana OlePengantar: Sugi LanusPenerbit: Mahima Institute Indonesia (cetakan ...

June 13, 2019
Drama Musikal Sukreni Wang Sistri Listuayu, Kelompok Sekali Pentas. (Foto: Adi Ngurah)
Ulasan

Sukreni, Jegeg Magledag!

Ni Widi adane dugas Sukreni enu cenik. Memene madan Men Widi sawireh panakne madan Ni Widi. Disubane gede, Men Widi ...

March 1, 2019
Seorang petani mencari rumput di Pura Desa Kalianget, Buleleng, Bali
Esai

I Segnol dan I Dangin dari Kalianget

Desa Kalianget di Buleleng, Bali, bukan hanya cerita tentang Jayaprana dan Layonsari, bahwa Kalianget juga memiliki cerita tentang I Segnol ...

June 3, 2020
SEniman baca puisi dalam acara Mengunyah Geram Melawan Korupsi di JKP Denpasar
Opini

Seniman Melawan Korupsi

  Kesadaran adalah matahari. Kesabaran adalah bumi. Keberanian menjadi cakrawala. Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. (WS Rendra, 1984) ADA anekdot ...

February 2, 2018
Foto: Mursal Buyung
Opini

Siwalatri: Bukan Penebusan Dosa, tapi Merenungkan Dosa Pikiran, Kata dan Perbuatan

KITA mulai dengan cerita Lubdaka. Ia adalah pendosa besar. Setiap hari berburu ke tengah hutan. Lubdaka pemburu ulung yang jarang ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pedagang lalapan di balik pagar  yang buka tapi tertutup
Khas

Semua Akan Ilegal Pada Waktunya | Cerita Dagang Lalapan Unik di Malam PSBB

by Agus Noval Rivaldi
January 28, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Puji Retno Hardiningtyas saat menyampaikan ringkasan disertasi dalam ujian terbuka (promosi doktor) di Universitas Udayana, Selasa, 26 Januari 2021.
Opini

Antara Keindahan dan Kehancuran | Wacana Lingkungan Alam dalam Puisi Indonesia Modern Karya Penyair di Bali Periode 1970-an Hingga 2010-an

by Puji Retno Hardiningtyas
January 28, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1363) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (5) Khas (313) Kiat (19) Kilas (193) Opini (472) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (330)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In