9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Aku dan Diriku

Dian Ayu LestaribyDian Ayu Lestari
October 20, 2019
inCerpen
Aku dan Diriku

Lukisan karya Komang Astiari

35
SHARES

Cerpen Dian Ayu

Sore ini masih sama. Pantulan kaca menampilkan aku yang sedang asyik menyisir rambut. Perlahan. Helai demi helai. Persis seperti yang ibu lakukan biasanya.

“Shiva…!”

Aku menengok.

Seseorang masuk ke kamarku. Kulihat, tangan kanannya membawa tas belanja dan tangan kirinya membawa dompet hitam yang cukup lusuh.

”Kok kamu lama sekali, Sayang? Katanya mau ikut Ibu ke pasar buat masak nanti malam. Gak jadi?”

Aku memiringkan kepalaku dengan satu alis yang ikut terangkat. Apa yang dia bicarakan? Ibu? Pasar?

“Ibu, ini siapa? Aku ini Nina, bukan Shiva. Lagian siapa juga yang mau ke pasar? Ibu ini gila ya?!” Aku kesal. Aku juga bingung. Kenapa dia lancang sekali masuk ke rumahku? Dia ini siapa sebenarnya?

“Ya ampun, Shiva… Ibu mohon jangan lagi, Sayang.”

Ia mendekat ke arahku dengan gurat wajah yang sedikit khawatir. Matanya juga berkaca-kaca. Aku jelas was-was. Aku pun refleks berdiri untuk menjauh darinya. Sepertinya dia ini memang orang gila yang salah masuk ke rumahku. Apa-apaan juga terus memanggilku dengan nama Shiva?!

“Ini Ibu, Sayang. Ibumu. Ibu yang selalu menyisir rambutmu, memasakkan opor telur kesukaanmu, dan juga yang selalu menemanimu menanam bunga mawar di taman belakang. Ini ibu kamu. Ayo, kamu coba ingat ya, Sayang. Tolong kembali…!” ucapnya dengan senyum yang sedikit dipaksakan, juga air mata yang perlahan menetes.

Menyisir rambut? Opor telur? Taman belakang?Dia ini sebenarnya kenapa? Demi apapun, aku benar-benar bingung. Aku mencoba berpikir dan sedikit mengingat-ingat. Ah. Tapi kenapa kepalaku mendadak menjadi sangat pusing?

*****

Aku terbangun dengan perut yang keroncongan. Jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 8 pagi. Oh, ini langka. Biasanya ibu pasti sudah menggedor pintu kamarku kalau aku belum bangun pukul 7. Padahal menurutku, itu masih terlalu pagi kalau sedang musim libur begini. Hehe… mungkin ibu sedang dalam mood yang baik hari ini. Aku memutuskan bangun untuk mencuci muka dan langsung sarapan. Sungguh aku begitu lapar sekarang. Apa kemarin malam aku belum makan ya? Ah, aku lupa.

Kulihat tudung saji sudah terpasang epik di meja makan. Aku bergegas untuk mencuci mukaku dan akan segera menyantap masakan ibu. Aku benar-benar lapar!

“Bu…, Ibu di mana? Shiva lapar, Bu. Shiva udah gak kuat, rasanya mau mati karena kelaparan!”Hehehe… Aku terkikik geli karena mendramatisir ucapanku untuk menggoda ibu. Tapi sungguh, aku sudah sangat lapar. Apalagi kini aku lihat ada opor telur favoritku di meja makan. Kalau begini kan semakin lapar jadinya perutku. 

Cukup lama aku menunggu, sahutan ibu aku tidak dengar sama sekali. Di mana ibu? Apa di kamarnya? Ah, rasanya tidak mungkin. Pasti ibu sudah menyahut kalau sedang di kamarnya. Atau sedang di taman belakang? Hm, kupikir itu mungkin. Ibu pasti sedang mencabuti rumput liar yang mengganggu bunga mawarku. Makanya ibu tidak dengar. Aku pun bergegas menuju taman belakang. Mencari ibu untuk makan bersama. Rasanya tidak enak kalau makan sendiri. Kalau sama ibu kan ada teman mengobrol, apalagi kalau disuapi, nasiku berjuta kali akan terasa lebih nikmat sampai aku mau lagi dan lagi.

“Yah...Shiva kemarin kambuh lagi. Ibu takut, Yah. Takut kalau Shiva yang sebenarnya bakalan hilang. Coba Ayah dulu gak sekeras itu sama mimpi Shiva. Pasti gak bakal jadi kaya gini, Yah.Dia itu cuma mau jadi guru buat anak-anak. Tapi Ayah malah terlalu maksa dia buat ngikutin Ayah. Jadi dokter. Ayah juga sama sekali gak bisa kendaliin emosi Ayah. Selalu main pukul. Shiva perempuan, Yah. Seharusnya Ayah sadar. Ayah juga gak pernah dengar apa kata Ibu. Lihat kan, sekarang Shiva malah jadi kaya gini. Dia trauma. Dia terus terngiang-ngiang.Ibu gak tega. Ibu bener-bener takut, Yah. Ibu masih butuh Ayah buat bantu jaga anak kita.”

Suara ibu bergetar. Ibu menangis. Kulihat tangannya membawa foto ayah. Ibu sedang rindu ayah. Simpulku. Tapi, mendengar ibu bicara seperti itu membuat hatiku sesak. Ibu sedang takut akan penyakitku. Ibu sedang sedih karena aku. Ini semua karena aku. Aku buat ibu kecewa. Aku buat ibu menderita. Ini karena aku. Kuulangi lagi, ini karena aku. Aku dan selalu aku! Aku memang anak yang tidak bisa diandalkan. Tak bisa membuat orang tua ku bahagia walau dengan hal kecil sekali pun.

Aku terlalu memaksakan kehendakku untuk menjadi guru. Padahal ayah selalu ingin aku menjadi dokter sepertinya. Aku memang anak yang tak diharapkan. Makanya ayah selalu memukulku kan? Ayah juga sering menampar juga menjambak kapan pun aku membangkang. Ini bukan salah ayahku yang tempramental. Ini juga bukan salah ayahku yang ingin aku menjadi dokter.  Ini karena aku! Aku yang tak patuh. Aku yang tak mengerti apa kemauan ayah. Aku yang tak mengerti apa sebenarnya maksud ayah. Aku yang bodoh karena ego tinggi ku yang selalu ingin ku penuhi. Ini karena aku, aku, aku,aku dan selalu aku!

“Argh!” Kepalaku pusing. Mataku berkunang-kunang. Siapa wanita paruh baya yang sedang berjongkok dengan daster bunga-bunga itu? Kenapa juga aku ada di taman?

“Shiva?!”

Kulihat wanita itu terkejut melihatku. Kenapa dia memanggilku Shiva? Sedang apa sebenarnya dia d irumahku? Mengapa ia menangis? Ada begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk di pikiranku. Kepalaku semakin pusing. Sialan.

“Hei… Kamu kenapa Shiva? Kamu dengar omongan Ibu ya? Tolong Shiva, jangan dipikirkan ya.” Wanita itu gelagapan. Suaranya semakin bergetar tertahan. Air matanya semakin deras berjatuhan.

“Aku Fikri! Siapa kamu?! Kenapa bisa masuk kerumahku!” Aku menepis tangannya yang berusaha memegang wajahku. Lancang sekali wanita ini, pikirku.

”Sayang, kamu ini Shiva. Bukan Fikri. Dan juga ini Ibu, Shiva. Ibu kamu. Ibu mohon, jangan seperti ini lagi. Ibu takut. Shiva…”

”Argh! Banyak bicara! Sudah kubilang kan, aku ini Fikri! Bukan Shiva! Apa juga yang kamu katakan? Aku tak mengerti. Lebih baik kamu pergi sekarang juga!” Aku menuju kedalam rumah. Kepalaku sakit. Kupingku panas mendengar ocehan tak masuk akalnya.

“Tenang, Sayang, kamu harus tenang. Tolong jangan ingat-ingat tentang ayah lagi. Di sini ada Ibu, Sayang, Ibu janji akan menjagamu!”

“Cukup!” Aku menghentikan langkah wanita yang kini mengikutiku ke kamar. Sialan. Mendengar kata ayah membuat ingatanku semakin melayang-layang. Rasa sakit malah semakin terasa nyata. Tanda merah-merah kebiruan bekas pukulan ayah terus menghantuiku. Kepalaku semakin bertambah sakit. Mata ku panas entah mengapa ingin menangis.

“Shiva…”

“Pergi!” Aku mendorong bahunya kesal. Lalu berbalik lagi ke dalam kamar dan menuju lemari besar. Kubuka  laci sebelah kanan. Kuambil silet, lalu kusilang-silangkan di tanganku. Demi apapun, aku mohon hilangkan ingatan tentang rasa sakit dari ayahku. Aku tak sanggup lagi dengan semua ini.

“Aah… S-sakit…!”Aku menangis merasakan sakit pada tanganku. Aku juga menangis karena mengingat perlakuan ayah kepadaku. Aku hanya ingin dukungan. Bukannya penyiksaan seperti ini. Sakit. Sakit sekali. Sampai aku ingin mati. Aku tak kuat.

“Shiva! Berhenti!” Wanita itu menangis semakin menjadi sambil merampas silet ku dengan begitu cepat. Ia membuangnya, lalu memelukku dengan begitu erat.

“Arg !  Apa yang kau lakukan!” Aku mendorongnya kasar. Melempar semua benda yang ada d idekatku untuk menghilangkan rasa sakit juga ingatan-ingatan sialan yang selalu menggangguku.

“Shiva! Kamu harus dengar Ibu! Cukup!” Ia susah payah berdiri lalu memelukku lagi. Aku berontak. Memukul-mukul tubuhnya yang semakin mengeratkan pelukannya.

“Hei…dengar Ibu. Kamu di sini sudah aman. Semua sayang sama kamu. Gak ada lagi yang menghalangi mimpimu. Tolong. Kamu harus kuat Shiva. Jangan kalah sama pikiranmu. Ibu sayang kamu… Sayang sekali, Shiva.”

Ia terus memeluk ku erat sambil mengusap lembut rambutku. Hangat. Nyaman. Namun Kepalaku terus bertambah sakit. Kaki ku melemas. Mataku juga semakin berat ingin tertutup.

*****

“Iya. Dok, akhir-akhir ini Shiva memang sering kambuh lagi. Kemarin sama persis seperti dua bulan lalu yang ia menyayat tangannya dengan silet. Saya tidak tega terus melihat anak saya seperti ini. Bagaimana cara menyembuhkannya, Dok? Tolong saya, Dok. Saya mohon.”

“Maaf, Bu Natya, Dissociative Identity Disorder ini memang tidak bisa disembuhkan, Bu. Hanya bisa diterapi untuk meminamilisir kemungkinan pasien kambuh. Selain terapi, Ibu Natya harus lebih memperhatikannya lagi, Bu. Jangan sampai ia berada dalam keadaan tertekan ataupun melihat keadaan yang mengingatkannya dengan kejadian yang membuatnya trauma. Kalau dia teringat lagi akan kenangan buruk yang sudah terjadi sebelumnya, itulah yang akan menyebabkan kepribadian lainnya muncul. Ini merupakan respon otak sebagai mekanisme pertahanan diri. Jadi saya sarankan, Ibu harus lebih berhati-hati menjaga Shiva agar kemungkinan ia untuk mengingat kejadian dahulu itu tidak terjadi.”

Air mataku merembes jatuh mendengar perbincangan Ibu dengan Dokter Sani, teman Ayah yang sering mengobatiku. Kulihat tangan kiriku yang terdapat bekas sayatan silet. Aku pasti kambuh lagi. Aku pasti menyakiti Ibu lagi. Air mataku semakin mengalir. Jujur saja aku lelah dalam keadaan seperti ini. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri. Aku yang asli. Bukannya aku yang selalu berganti-ganti pribadi karena terperangkap oleh masa lalu.  [T]

Tags: Cerpen
Previous Post

Festival Seni Pelajar Jembrana, Ekspresi Anak Muda Negaroa

Next Post

TAWON

Dian Ayu Lestari

Dian Ayu Lestari

Lahir di Singaraja, 22 Juni 2000 dan sedang menempuh pendidikan di Undiksha Singaraja dengan prodi Manajemen. Kini aktif di Teater Kampus Seribu Jendela

Next Post
RIPUH

TAWON

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co