25 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Tuak Adalah Nyawa: Tetap Macho, Jangan Kacau!

Putu Arya Nugraha by Putu Arya Nugraha
September 6, 2019
in Esai
70
SHARES

Betul sepertinya, apapun yang ada di dunia ini pasti ada gunanya. Segala ciptaan Tuhan memang seharusnya punya maksud kebaikan. Dalam dunia medis, kami menyadari realitas ini sehari-hari. Sebutlah tinja yang menjijikkan, itu dapat menentukan dasar penyebab seseorang yang mengalami anemia (kurang darah merah) yaitu cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus).

Kentut yang memalukan, itu menjadi salah satu syarat seorang pasien yang habis operasi usus buntu boleh pulang. Atau dahak yang jorok adalah petunjuk baku apakah seseorang menderita TBC atau bukan dan masih banyak lagi. Bahkan saat hal-hal tersebut telah dikaitkan dengan keburukan bahkan kejahatan, sesungguhnya ia selalu punya kegunaan. Manusialah yang selalu membuatnya buruk. Sebutlah seks, heroin atau alkohol.

Alkohol, minuman memabukkan ini sepertinya paling menarik untuk dibicarakan. Kenapa? Berbeda dengan heroin yang tak bebas penggunaanya, alkohol cenderung sangat bersahabat dan lebih gaul bagi penikmatnya. Seks pun masih membuat orang malu-malu mau jika ingin melakukannya secara bebas. Saking euforianya, di kalangan anak-anak muda Bali ada slogan yang viral berbunyi “Tuak Adalah Nyawa” dan telah dimantapkan dengan satu nyanyian mars berjudul sama.

Tuak adalah adalah sejenis minuman beralkohol Nusantara yang merupakan hasil fermentasi dari nira, beras, atau buah yang mengandung gula. Saat bertugas di pedalaman Kalimantan Utara dulu, saya beberapa kali mabuk karena ikut menenggak ciu, minuman dengan kadar alkohol sangat tinggi yang berasal dari fermentasi ketela pohon atau singkong. Minum ciu merupakan tradisi penghormatan kepada pendatang di wilayah adat suku Dayak.

Kisah mengesankan itu telah saya ceritakan lebih panjang pada buku saya Merayakan Ingatan – Catatan Seorang Dokter: Dari Bali Melanglang di Pedalaman Kalimantan. (Mahima, 2019). Mungkin inilah maksud anak-anak muda tersebut dengan slogan mereka, “Tuak Adalah Nyawa”, yakni sebuah nilai-nilai kebersamaan yang diikatkan oleh sensasi alkohol yang telah membuat kita merasa lebih ringan rileks dan percaya diri, walau ada hantu yang selalu mengintip di sana, di antara kegelapan yang mulai menutupi mata-mata kita.

Di negara-negara barat, penyakit gagal hati (liver), sedemikian banyak disebabkan oleh karena alkohol. Sampai-sampai seringkali penyakit liver tersebut dibedakan penyebabnya oleh karena alkohol dan bukan alkohol yang meliputi virus, kelainan metabolik, toksin, antibodi atau efek samping obat-obatan tertentu. Berdasarkan data dari RISKESDAS (riset kesehatan dasar) tahun 2007, sebanyak 5,5 persen penduduk Indonesia usia 15-24 tahun gemar peminum alkohol. Angka ini terus meningkat menjadi 6,7 persen pada penduduk usia 25 sampai 34 tahun.

Pengalaman empirik saya sebagai dokter, tradisi minum tuak di wilayah Bali timur memberikan dampak, cukup banyak pasien yang saya tangani mengalami kanker hati. Hingga saat ini penyakit ini belum dapat disembuhkan dan sejak didiagnosis rata-rata dalam 4 bulan penderitanya akan meninggal. Namun yang lebih mengerikan lagi adalah, saat sekelompok peminum yang karena ketidakpahamannya, lalu mencampur alkohol yang ia biasa konsumsi dengan metanol, atau apa yang sering disebut dengan arak oplosan, ia akan dapat mati seketika beramai-ramai!

Pada tahun 2009, Sudhana W dkk, dari RSUP Sanglah Denpasar Bali, melaporkan sebanyak 31 lelaki berusia 18-57 tahun dari Bangli telah menenggak alkohol yang telah dicampur metanol. Mereka datang dengan berbagai gejala dan keluhan antara lain kesadaran menurun, gangguan pengelihatan, nyeri perut dan muntah-muntah. Empat belas orang meninggal dunia dalam perawatan dan 17 orang yang selamat sebagian telah menjalani terapi cuci darah untuk mengatasi keasaman darahnya yang sangat mematikan akibat efek metanol.

Metanol (methyl alchohol) merupakan senyawa alkohol yang digunakan dalam kegiatan industri dan juga terdapat pada cairan pembersih kaca mobil, antifreeze dan bahan bakar model pesawat terbang. Wajarlah mahluk hidup akan melayang jiwanya ke langit ketujuh jika minum zat yang tak layak dan sangat berbahaya ini.

Alkohol dalam konsumsi yang tak berlebihan secara medis takkan menimbulkan gangguan kesehatan. Ini karena tubuh, sampai pada batas-batas tertentu mempunyai mekanisme eksresi atau membuang zat-zat yang kurang baik untuk tubuh, terutama melalui ginjal. Karena berasal dari pengolahan gula maka alkohol sebetulnya mengandung kalori yang bermafaat bagi tubuh.

Bahkan dalam tradisi satu agama tertentu, minum alkohol (anggur) bukan sebuah larangan, namun di situ disebutkan tak boleh sampai mabuk atau dengan menggunakan kalimat berikut, manusia tak boleh diperbudak oleh apapun jua, termasuk alkohol. Kalau demikian halnya, betul sudah ungkapan apapun di dunia ini niscaya ada gunanya, ada baiknya. Mari bersulang! [T]

Tags: arakarak balidokterkesehatanpenyakittuak
Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Ulasan

Buku Miles Over Me: Hitam-Putih Kehidupan Pramugari

  Judul Buku: Miles Over Me – Hidden Stories of a Flight Attendant Pengarang: Radinna Nandakita Penerbit: Mahima Institute Indonesia ...

February 2, 2018
Wayan Redika. Purity-of-Universe-2002-Oil-Acrylic-on-Canvas-100x135cm
Puisi

Julio Saputra# Puisi: Anak-anak Sekolah Minggu, Senja di Dhammadesa

. SENJA DI DHAMMADESA Bersama Patria Buleleng Aku menaruh hati Pada sayur mayur menebar sapa Buah jambu mengharap senyum Rumput ...

February 2, 2018
Pementasan Dongeng Tantri dari Bumi Bajra Sandhi di Festival ke Uma, Sabtu 24 Juni 2017./ Foto-foto: Kardian Narayana
Ulasan

Dongeng Tantri Bumi Bajra Sandhi di Festival ke Uma: Seakan Bukan Manusia

PENTAS drama Dongeng Tantri dalam Festival ke Uma, di Subak Uma Ole, Banjar Ole, Marga, Tabanan, Sabtu 24 Juni 2017 ...

February 2, 2018
Acara

Sinema Bentara: Cerita Sastra dalam Film Kita

  FILM-FILM unggul, peraih berbagai penghargaan internasional atau nasional, tak jarang berangkat dari karya sastra semisal novel, roman sejarah, bahkan ...

February 2, 2018
Dokumentasi Studio Hanafi
Ulasan

Pulang dan Rumah untuk Hanafi – Catatan Pameran “Coming Home” di Ubud

Mari kita berbicara kepulangan dan rumah melalui jalan yang baru, jalan yang lain, yang di dalamnya mengandung kerinduan sekaligus keraguan ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Lambang Garuda Pancasila Logam buatan tim pengrajin di Nursih Basuki Art Studio, Kotagede Yogyakarta
Khas

Kerajinan Logam Kotagede: Masa Lalu dan Masa Kini

by Luki Antoro
February 24, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

CITRAWILĀPA | Dari Sastra Kawi ke Jajanan Pasar Jawa

by Sugi Lanus
February 24, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1409) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (339) Kiat (19) Kilas (196) Opini (477) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In