19 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Status Medioker atawa Semenjana, Bukan Akhir Segalanya

dr. Ketut Suantara by dr. Ketut Suantara
August 24, 2019
in Esai
67
SHARES

“Pak dokter, nanti ikut turnamen tenis khusus lansia ya! Untuk memperingati 17 Agustusan, biar rame,” kata Pak S sambil menyeka keringat, di pagi yang cerah itu.

”Saya boleh ikut, Pak, umur saya kan baru 42 tahun,” sergah saya.

”Ya, untuk Pak Dokter dapat dispensasi khusus untuk ikut,” lanjutnya menyemangati.

Ada rasa getir di sudut hati menerima ajakan itu. Saya yang baru umur 40-an dianggap memiliki kemampuan setara dengan bapak bapak yang menjelang pensiun itu. Tapi hanya sebentar, langsung perasaan itu saya netralisir.

Baguslah, sudah diajak main daripada cuma jadi penonton yang manis. Begitu saya menghibur diri. Inilah nasib seorang medioker (dalam hal kemampuan bermain tenis pastinya) kadang dipandang sebelah mata oleh sesama penggemar tenis di lapangan.

Mediocrity atau mediocritas dalam dalam bahasa Latin, merupakan sebuah istilah yang sering dipakai untuk mengungkapkan hal yang standar. Maksudnya, kualitas atau tingkat kesuksesannya biasa biasa saja.  Mediocrity sama sekali tidak istimewa. Oya, dalam bahasa kita istilah ini cukup indah untuk status ini, SEMENJANA

 Di zaman millenial ini, istilah mediocrity dinilai lebih tajam lagi. Medioker dianggap mencerminkan sifat yang setengah setengah.

Senista itukah sifat medioker?, sehina itukah seorang medioker?

Saya yang merasa seorang medioker, dalam satu sisi kehidupan, ingin sedikit meluruskan tentang argumentasi ini. Menurut saya status medioker banyak kita temukan di masyarakat, bahkan kalau kita lapang dada, status negara kita pun boleh dibilang medioker di antara bangsa bangsa luar sana, bahkan sekelas ASEAN sekalipun.  

Bukti sahihnya ada di lapangan hijau. Timnas senior kita terakhir juara tingkat ASEAN adalah tahun 1991. Hampir 30 tahun yang lalu.Setelah itu kita lebih banyak menjadi penonton negara negara tetangga  kita menjuarai turnamen tingkat regional itu. Begitu banyak faktor yang menghasilkan manusi a atau masyarakat kelas semenjana ini.

Mungkin seharian kita berdebat, sampai keluar urat leher, tak akan menemukan kesamaan pendapat. Tapi saya berani menyampaikan tiga penyebab pokoknya. Karakter bangsa yang permisif, budaya kekeluargaan yang menafikan individu, dan terakhir sistem pendidikan kita yang menjejalkan begitu banyak hal ke otak anak anak kita. Membuat mereka tahu banyak, tapi tak tahu sama sekali.

Untuk tiga hal tadi mungkin akan saya bahas pada tulisan lain setelah diskusi dengan pakarnya. Pada kesempatan ini saya cuma ingin membahas mengapa saya tak dianggap pintar di lapangan tenis, itu saja titik.

Tenis, adalah olahraga ke-4 yang saya tekuni setelah sepakbola, bulutangkis dan futsal. Sepak bola sudah saya gandrungi sejak tahun 1986, saat Maradona mengantar Argentina menjadi Juara Dunia. Bulutangkis merupakan olahraga wajib untuk kami yang berasal dari desa Pandak, Tabanan, Belum lengkap rasanya kalau tak mampu meneplok si  bulu. Bahkan waktu kecil saya punya cita cita kalau tak jadi pemain bola seperti Maradona, bolehlah menjadi pemain bulutangkis nasional seperti    idola saya Liem swie King yang terkenal  dengan smashnya yang keras dan tajam, sampai diber julukan khusus “King Smash”.

Khusus untuk olahraga tenis, saya menekuninya sejak 5 tahun yang lalu, bersama teman teman guru SMA yang bertugas di daerah Busungbiu atas termasuk  daerah tetangga di Pupuan. Saya ingat sekali waktu pertama kita mengenal olahraga ini, sampai tak kenal waktu. Kadang di hari Jumat atau Sabtu jam 12 siang pun kami masih di lapangan.

Untungnya tempat kami main berada di punggung gunung Batukaru, di daerah Pujungan, jadi teriknya surya  diimbangi oleh dingninya angin yang berhembus dari puncak gunung . Olah raga ini memang lebih sesuai dengan umur saya yang menginjak 40-an, dibandingkan dengan sepakbola  dan bulutangkis yang mengutamakan kekuatan dan kecepatan. Di tenis kita bisa menyesuaikan kemampuan kita dengan kecepatan bola dan kekuatan diri kita sendiri. 

Pengalaman menekuni olahraga ini meyakinkan saya akan kebenaran beberapa petuah  orangtua kita dulu.” Usaha tak akan mengkhianati hasil”,” Practice make perfect”. Satu kata kunci untuk sukses di olahraga ini, bahkan olahraga apapun. Dan juga kehidupan itu sendiri adalah latihan dan ketekunan. Saya sendiri merasakan kebenarannya. Mengalami fase benyah latig sebagai pemain tenis.


Penulis bersiap main tenis

Dulu kalau saya ke lapangan, semua orang yang ada di lapangan selalu menghindar  jadi pasangan saya, karena permainan saya yang berantakan. Tapi seiring wakktu dan seringnya latihan, saat ini kalau saya datang teman teman berebut untuk jadi pasangan saya, terutama para pensiunan seperti yang saya ceritakan  tadi. Dan saya bisa menyimpulkan orang yang lebih bagus permainannya dari saya adalah mereka yang lebih dulu mulai mengenal tenis, dan yang lebih sering pergi ke lapangan untuk berlatih. Jadi latihan dan ketekunan memang kunci utamanya, bahkan mengalahkan bakat menurut pandangan saya.

Dan akhirnya yang menjadi acuan saya dalam menjalani hobby dan juga kehidupan ini barangkali hampir serupa. Kalu kau tak cukup mahir pada satu bidang, maka kau perlu memperbanyak bidang yang kau kuasai walaupun tak terlalu lihai. Barangkali ini penyebab saya  menerima status semenjana seperti saat ini. Main tenis bisa sedikit, bulu tangkis tak mengecewakan, sepak bola masih kuat melawan seumuran saya, apalagi cuma profesi dokter seperti saya.

Dan setidaknya saya mendapat beberapa manfaat dari situasi ini. Selain tetap diajak main oleh lebih banyak orang. Khusus untuk kemampuan olahraga saya,barangkali salah satu yang bisa saya tonjolkan minimal di lingkungan sesama dokter. Jadi  teman teman dokter di Buleleng mengenal saya sebagai si maniak olah raga. Setiap ada kegiatan olahraga biasanya saya didapuk sebagai kordinatornya.

Baiklah cukup sampai disitu pembelaan saya, biar tak terlalu malam tidur, besok masih ikut turnamen tenis lansia itu.Siapa tahu bisa jadi juara,  biar tak dianggap medioker lagi. Pesan saya untuk yang merasa  senasib dengan saya, saat kau berstatus semenjana di satu bidang, cobalah menutupinya dengan kelebihan di bidang lain, kalau bisa di lebih banyak bidang lagi. Pasti  anda akan lebih sukses dari saya, dijamin. [T]

Tags: doktermediokerolahragatenis
dr. Ketut Suantara

dr. Ketut Suantara

Dokter. Lahir di Tista, Busungbiu, Buleleng. Kini bertugas di Puskesmas Busungbiu 2 dan buka praktek di Desa Dapdaputih, Busungbiu

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Ilustrasi tatkala.co/Nana Partha
Esai

Imajinasi John Lennon Kini Seakan Nyata: Tak Ada Negara, Agama dan Surga – [Kontemplasi #dirumahaja]

Pandemi COVID-19 memberikan efek samping tak langsung bagi berbagai kalangan masyarakat. Ekonomi mati karena sebagian besar kantor/usaha non-esensial ditutup. Karyawan ...

March 26, 2020
Foto: Agus Wiryadi
Puisi

Puisi-puisi Pranita Dewi # Benteng, Episode, Chaplin

BENTENG Mayat yang tertidur itu kaku. Tak terkubur tak berumur. Ia telah mengenal kekalahan dengan nafsi, dan tahu pasti, ia ...

June 15, 2019
Ilustrasi diolah dari sumber Google
Esai

Kekerasan di Dunia Pendidikan: Coba Cek, Tersebab Siswa Bandel atau Gurunya Lapar

SERING kita jumpai kasus kekerasan dalam dunia pendidikan. Bacalah media massa, baik media cetak, elektronik atau media online. Ada sejumlah ...

July 1, 2020
Sumber foto Google
Esai

Bonsai: Tentang Memahami Pohon – [2]

BACA JUGA ; Bonsai: Seni, Botani, dan Boleh Sekadar Ikut-Ikutan – ______ Kaum pemeluk bonsai adalah salah satu dari ...

July 16, 2020
Esai

Foto Kyai Madura dan (Wakil) Presiden – Catatan Harian Sugi Lanus

MALAM sebelum Presiden RI memberi penghargaan ke Kyai D. Zawawi Imron, saya makan malam dengan beliau. Beliau bercerita 10 humor ...

December 10, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi diambil dari Youtube/Satua Bali Channel
Esai

“Satua Bali”, Cerminan Kehidupan

by IG Mardi Yasa
January 18, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1350) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In