19 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan

Seni Rupa untuk Menyembuhkan Derita Bangsa

Faisal Kamandobat by Faisal Kamandobat
July 16, 2019
in Ulasan
32
SHARES

Cinta ibarat anggur.

Barang siapa meneguknya,

ia akan merasa semakin dahaga

– Jalaluddin Rumi


Kita baru saja melangsungkan bulan-bulan politik yang penuh dengan persaingan dan perseteruan antar kelompok. Tak jarang, perseteruan tersebut dibawa ke wilayah pribadi hingga memisahkan silaturahmi kita dengan kerabat, sahabat dan tetangga. Akibatnya, kita mengalami kebingungan karena tak adanya pedoman moral yang dapat dipercaya serta terluka secara mental akibat pertikaian yang dihayati terlalu dalam.

Keadaan tersebut memerlukan usaha mediasi secara politik di level elite, rekonsiliasi di level sosial, dan efisasi atau penyembuhan di level mental. Dalam rangka hal itu, sejumlah seniman mengajak masyarakat luas, baik profesional seni maupun masyarakat umum, untuk berpartisipasi dalam pameran seni rupa bertajuk Tanda Cinta yang akan diselengarakan di Parak Seni, Yogyakarta—sebuah ruang persemaian kultural yang dididirikan oleh pematung monumental Basrizal Albara. 

Pameran tersebut akan diikuti oleh para seniman berpengalaman yang memiliki keragaman teknik dan tematik, yaitu Basrizal Albara, Robert Nasrullah, Laksmi Shitaresmi, Ahmad Sobirin, Rismanto, Ampun Sutrisno, Nugroho, Watie Respati, Yaksa Agus dan Purwanto. Pameran akan dikuratori oleh penyair Faisal Kamandobat yang sehari-hari bekerja sebagai peneliti di Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanities Universitas Indonesia (AWCPH-UI), Jakarta. Pameran akan dibuka oleh pendiri dan direktur ArtJog, Heri Pemad dan dimeriahkan oleh pertunjukan musik dari Ikhlas Experience dan art performer Yakob Varame.

Di mata para seniman, cinta dapat menjadi wahana untuk menyembuhkan luka-luka batin bangsa akibat pertikaian yang tak berkesudahan. Tentu saja cinta tersebut bukan cinta layaknya di masa remaja, melainkan cinta yang telah digali lewat renungan yang mendalam serta dikembangkan secara kreatif ke dalam berbagai dimensi dan material artistik. Hasilnya adalah cinta yang memiliki makna kemanusiaan dan spiritual, melampaui perbedaan pilihan politik, kelompok sosial, ideologi dan agama.


Patung dari batu andesit karya Nugroho, Dancing

Di samping alasan kontekstual, tema cinta dipilih oleh para seniman karena memiliki kandungan pemikiran yang kaya dan dalam. Dalam sejarah seni, mungkin tak ada tema yang lebih populer dan langgeng sebagaimana cinta. Ia selalu menggoda para seniman dengan misteri yang tak habis-habis diurai, digambarkan dan diciptakan secara berkelanjutan. Ia ibarat buku yang tak habis dibaca karena selalu memberi makna sebanyak yang kita minta.

Dapat dikatakan bahwa misteri dan energi cinta adalah misteri dan energi umat manusia sendiri dengan wajah kehidupan yang dijalani—sebagaimana pernyataan sebagian mistikus dan filsuf. Jejaknya tak hanya ditemukan pada buku-buku, lukisan-lukisan, komposisi musik dan drama, melainkan juga pada batin setiap insan pada bentang berbagai peradaban.

Adam dan Hawa berani memakan buah terlarang mungkin karena mereka tahu buah itu merupakan kunci yang harus diambil untuk menemukan cinta. Dengan kata lain, demi cinta mereka rela kehilangan surga. Maka terjadilah: perkenalan mereka yang menggetarkan dengan nama-nama sebagai layar untuk mengenal dunia, perjumpaan kembali Adam dengan Hawa yang menggetarkan, tragedi perkawian anak-anak mereka sebagai muasal lahirnya konsep baik dan buruk, serta butiran keringat yang mengucur sebagai mata uang untuk ditukar kembali dengan firdaus yang hilang serta kesucian insani yang telah pudar.

Sejak itu, puisi-puisi ditulis dan dinyanyikan, kuil-kuil dibangun dan istana-istana didirikan sebagai pernyataan cinta. Manusia rindu pada surga yang telah hilang dan mencoba memperolehnya kembali lewat kerja keras sepanjang titian zaman. Bersama itu, lahir para seniman, pemikir, sultan dan ratu yang hidup sebagai bagian dari cinta. Kegelisaan mereka dalam mengalami cinta –perjumpaan dan perpisahan, kesetiaan dan pengkhianatan, kelahiran dan kematian—menjadi energi yang mendorong perkembangan sejarah manusia.


Lukisan karya Ahmad Sobirin, Mata Matahari

Pameran seni rupa Tanda Cinta merupakan usaha memenuhi panggilan arus kolosal di atas. Para seniman telah mengamati, menggambarkan dan mencipata ulang cinta; begitu dekat tetapi begitu gaib, begitu kuat tapi juga begitu lembut. Data-data objektif bisa ditemukan pada jutaan lembar mitologi dan etnografi, namun untuk menjadi daya kreatif, cinta tak cukup sekedar sebagai pemikiran atau hasil pengamatan, melainkan juga sebagai sebiah pengalaman, penghayatan dan pengorbanan. Hanya dengan itu cinta bisa menjadi jalan kembali menuju firdaus yang silam.

Dalam seni kontemporer—di mana butiran cahaya surga yang dipetik oleh para seniman tak hanya ditaruh di kuil dan museum—cinta telah menjelmakan dirinya ke dalam kreasi artistik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kita tak perlu bersuci dan membayar tiket untuk mengenal aura lukisan-lukisan dan arca-arca; kisah cinta pun tak semata tentang roman para raja dan ratu serta brahmana dan kesatria, tetapi tentang cinta yang telah menjadi kebiasaan setiap insan—apapun latar belakang pekerjaan, jenis kelamin dan pendidikannya, masih-masing mendapat “jatah” cinta.

Dalam pameran ini, kita menemukan cinta yang purba pada paras bongkahan batu yang dipahat dengan teknik yang piawai, liukan pohon yang diserut demi menghasilkan unsur musikal, gambar perabot teknologi yang membawa gelombang hati pada getaran atom di udara, rumpun bunga yang menggeliat layaknya kobaran gairah, atau lambang tradisi yang mengajak kita mengingat kosmologi para moyang, serta wajah batu yang ditatah sebagai manifestasi pencarian spiritual. Begitulah cinta mengungkapkan dirinya pada beragam bentuk dan warna, rupa-rupa benda dan kandungan batinnya.


Lukisan karya Yaksa Agus, Great Memories

Dengan cara itulah cinta dalam seni kontemporer tak semata  wawasan yang dibayangkan layaknya karya seni di kuil-kuil dan museum-museum yang berisi kisah para dewa, melainkan cinta yang dapat dialami dan dihayati layaknya sepotong senyuman yang biasa kita jumpai namun tiba-tiba dapat menggetarkan hati. Para seniman telah mendedikasikan bakat, keringat dan waktunya untuk menebus surga yang jauh dan tinggi agar menjadi dekat dan membumi. Dan seperti yang kita saksikan, usaha yang mereka lakukan tidak sia-sia.

Demikian kami sampaikan gambaran dari pameran seni ripa Tanda Cinta. Sebuah kebahagiaan bagi kami atas partisipasi para sahabat media dan masyarakat secara umum sebagai usaha meningkatkan kesadaran kemanusiaan melalui medium seni dan kreativitas. [T]

Tags: PameranPameran Seni RupaSeniSeni RupaYogyakarta
Faisal Kamandobat

Faisal Kamandobat

kurator pameran; penyair dan peminat seni rupa, peneliti di Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanities Universitas Indonesia (AWCPH-UI), Jakarta

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Foto: Ditha
Opini

Tentang Indonesia Raya – (Mestinya) Bukan “Di Sana”, tapi “Di Sinilah Aku Berdiri”

Indonesia tanah airku Tanah tumpah darahku Di sanalah aku berdiri Jadi pandu ibuku ……. TIAP kali menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia ...

February 2, 2018
Ulasan

Nyanyian Jagat Hancur – Catatan Kecil Rembug Sastra di Puri Gede Blayu Tabanan

  Rembug Sastra membahas Geguritan Bhuwana Winasa di Puri Gede Blayu, Tabanan, Minggu, 24 September 2017 ...

February 2, 2018
Lekuk liku persawahan di Desa Mayong Seririt Buleleng
Khas

Lekuk Liku Subak Poh Asem – Surga Tersembunyi di Bali Utara

  DI pinggir jalan, beberapa turis tampak menikmati pemadangan sawah nun jauh di seberang lembah. Sesekali sibuk mengarahkan kamera, dan ...

February 2, 2018
Esai

Masker, Dari Kontroversi Hingga Peluang Bisnis

Di negeri ini, di mana semangat demokrasinya lagi on fire, apapun dapat dibakar menjadi kontrovensi. Asapnya seakan-akan telah memberi efek ...

October 31, 2020
Esai

Perempuan Menikah: Tujuan, Pilihan, atau Nasib?

“Pak, Buk... Sepertinya aku tidak mau menikah” Ucapan itu keluar begitu saja dari mulutku. Suasana makan pagi yang biasanya hangat, ...

October 31, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi diambil dari Youtube/Satua Bali Channel
Esai

“Satua Bali”, Cerminan Kehidupan

by IG Mardi Yasa
January 18, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1350) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In