20 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan

“Self-Acceptance” Pada Realitas Hidup – [Ulasan Buku Kumpulan Cerpen Kereta Tidur]

L Margi by L Margi
July 9, 2019
in Ulasan
15
SHARES
  • Judul               : Kereta Tidur
  • Penulis             : Avianti Armand
  • Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
  • Tebal               : 152 halaman
  • Tahun              : Juni 2018

***

Sebagian manusia memiliki keterbatasan dalam memahami apa yang ada dalam pikiran dan hatinya. Tak sedikit yang menjadi korban dari ketidakmampuan mengatasi konflik batin dan pada akhirnya memicu melakukan tindakan-tindakan di luar nalar.

Hidup itu haruslah ideal, baik-baik saja, tak perlu ada kegagalan, tak boleh ada kecewa. Siapa yang tak ingin semua ini? Tapi pada kenyataannya hidup itu dinamis. Beberapa hal tersebut penyebab manusia selalu memelihara rasa takut. Terlebih hal ini akan terjadi pada orang yang dalam hidupnya selalu ada pada zona nyaman.

Avianti Armand mencoba mengusik pembaca dengan hal-hal unik seperti konflik cinta; ketidakharmonisan keluarga; beberapa pertanyaan atas eksistensi manusia. Dalam bukunya, ia menyajikan kumpulan cerpen dengan alur cerita yang tak terduga-duga.

Judul buku kumpulan cerita “Kereta Tidur” diangkat dari salah satu cerpen dari lima belas cerita di dalamnya. Saya mencoba lebih awal menebak sejumlah cerpen di dalam buku ini pasti berkisah tentang sebuah petualangan atau mungkin saja perjalanan hidup seseorang. Dan ternyata di luar ekspektasi, pada cerpen “Kereta Tidur”, Avianti Armand—sebagai penulis buku ini—jauh menceritakan tentang petualangan batin dua manusia, bagaimana mereka menjaga rasa pada sebuah relationship yang tak wajar.

“Kita akan lupa,” Naomi mengeluh, sedikit sedih sedikit khawatir, meski tak bisa berbuat lagi. Mereka memang harus cukup puas dengan memori yang melekat pada benda-benda kecil.

“Kelak,” ujar lelaki itu yakin, “kita akan punya tempat untuk memajangnya. Ketika bulan lega dan segaris oranye di kaki langit.” (Kereta Tidur: 101)

Manusia—mungkin saja diantaranya saya, kamu, atau kalian—terlalu sibuk menciptakan kenangan-kenangan dalam setiap tipak perjalanan hidup, tetapi kita sering lupa menjaganya. Dalam cerpen ini, Avianti begitu jelas memotret tentang cerita yang bertolak belakang dengan kehidupan ideal atau kisah cinta yang wajar. Tentang sebuah perasaan sayang pada orang dan waktu yang tidak tepat, namun tak pernah ada kata korban atau dikorbankan. 

Avianti berusaha menegaskan pada cerita ini bahwa bahagia itu begitu sederhana, sesederhana Naomi (tokoh dalam cerita) menamai diri mereka: pengumpul “souvenir”- hal-hal kecil yang mampir sejenak, mengikat dia, lelaki itu, dan tempat-tempat. Seperti subuh ini, kamar ini, surat kabar kemarin, genggaman tangan di bawah bantal, remah keringat pada selimut, rambut kusut, senyum mengantuk, kopi asam yang tak pernah habis, dan cangkir biru laut yang menyisakan asap.

Namun, saya sangat yakin, jika salah satu dari kita membaca cerpen ini lalu menarik pada pemahaman agama, tentu kita akan memicingkan mata berusaha mencari di mana letak kebenaran dalam hubungan terlarang antara Naomi dan lelakinya.

Tidak jarang antara agama dan sastra memunculkan pertentangan esensial, namun sering pula keduanya menunjukkan satu kesamaan perspektif. Begitu pula beberapa cerita pada buku ini. Kita lihat saja bagaimana tokoh dalam cerpen berjudul Matahari begitu sibuk mempertanyakan tentang Tuhan pada kekasihnya: ”Bagaimana kita tahu bahwa Tuhan bukanlah matahari?”

Atau pada cerita berjudul Ayah yang mengisahkan lelaki tua yang selalu memberikan ciuman pada malaikat kecilnya dengan meninggalkan perih dan bekas yang semakin membuat ia meringis kesakitan,” Kamu seorang perempuan sekarang, ujarmu, dulu kamu adalah malaikat. Aku lebih suka disebut bejat. Sebab kini kita telah bercinta, di batas antara tanah dan air, di bawah ribuan bintang dan sapuan ombak, walau aku tahu itu tabu.” (Kereta Tidur: 110).

Inilah kenapa kita tidak selamanya bisa memperdebatkan karya sastra dengan dalil agama yang hakikatnya selalu mempunyai batasan-batasan yang mengikat, sedangkan jelas sekali berbeda dengan hakikat sastra sebagai sesuatu yang lentur dan tidak terikat. Istilah chatarsis yang dikemukakan oleh Aristoteles menandakan bahwa sastra adalah pembebasan atas jiwa, pembebasan atas apa yang terikat, karena itu pula, dalam dunia sastra dikenal istilah licensia poetica, yakni kebebasan atau hak dan wewenang seorang sastrawan dalam berkarya. Pada tataran itulah sastra dan agama menjadi dua entitas yang kontradiktif.

Dalam buku ini, kalian juga akan temui sebuah cerpen yang paling pendek diantara cerpen lainnya: Pelajaran Terbang, cerita sebuah pertentangan batin manusia, antara mimpi dan realita, juga segala konsekuensinya. Avianti mengawali cerita dengan membenturkan manusia pada ketakutan-ketakutan yang seringkali menghentikan kita pada perbatasan. Antara rasa takut dan berani, waras dan gila.

“Kamu takut, tapi juga bergairah. Kamu akan sedih karena keterbatasanmu, tapi juga sadar, bahwa ini hanyalah soal pilihan. Pulang – tanpa pernah mencoba – dengan utuh dan selamat, atau sekali saja, hanya sekali saja sebelum mati, kamu merasakan terbang. Kamu mungkin mati, mungkin juga tidak.” (Kereta Tidur: 121)

Manusia tidak bisa menghindari perasaan takut, bahkan pada titik tertentu manusia berusaha menyelamatkan dirinya dari rasa takut dengan cara yang terkadang diluar dari prediksi kita. Misalkan saja sebuah kasus, seorang manusia yang ingin menangis, berteriak tapi takut dianggap gila, atau manusia yang ingin mati tapi takut bunuh diri, atau manusia petualang yang setelah melampiaskan birahinya, menghilang karena takut akan kehancuran karir dan nama baiknya. Memutuskan memilih zona aman adalah salah satu reaksi yang bisa dilakukan untuk merespon kasus-kasus tersebut.

Dalam cerpen ini, Avianti berhasil menarasikan dengan baik bagaimana manusia harus melawan  dirinya sendiri. Ia memberi sebuah gambaran bahwa hidup bukan hanya sekedar bagaimana kita  merangkul rasa sakit dan takut, melainkan bagaimana sebuah keberanian menentukan pilihan mengakhiri rasa sakit dan takut dengan segala konsekuensi.

Hal ini nampak pada ending cerita, di mana “aku” telah berhasil menyelesaikan pemberontakan dalam batinnya,”jika aku bisa terbang, maka aku akan melayang di udara seperti elang. Jika Tidak, aku cukup bahagia untuk jatuh.” (Kereta Tidur: 122)

Buku tentang sebuah perjuangan

Buku kumpulan cerita Kereta Tidur adalah sebuah gambaran realita hidup di sekitar kita yang bisa dialami oleh siapa saja. Kisah tentang perjuangan baik dalam kewajaran maupun ketidakwajaran. Perjuangan bagaimana mencintai, mendapatkan cinta, menunggu, meninggalkan, menjaga kenangan, melawan rasa takut, bahkan perjuangan meyakini sesuatu yang tidak semua orang mampu paham.

Apakah perlu membaca semua cerpen dalam buku ini setelah apa yang saya tulis?

Tentu, setidaknya kita akan tahu betapa hidup itu tak hanya putih atau hitam, dan sedikit belajar bertanggung jawab atas rasa yang sudah kita bangun. Lebih dari itu, yang sangat menarik dari buku Kereta Tidur, sebuah cerita penutup yang mengajarkan betapa sebuah keyakinan itu dibutuhkan dalam setiap relasi.

Pembaca bisa melihat begitu kuat keyakinan tokoh pada cerpen: “Tak Ada yang Lebih Tepat Berada di Sini Selain Kamu.” dalam mencari cintanya. Ia menulis sebuah pesan dalam botol: “Aku akan mencarimu, sampai kau hilang lagi.” [T]

Tags: Bukuresensi bukusastra
L Margi

L Margi

Lahir dan besar di Surabaya

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Foto-foto: Hardianta
Khas

Kisah dari Sebuah Desa: Tiga Bocah Yatim-Piatu, Kerupuk dan Cita-Cita…

ANGIN perbukitan di sekeliling rumah di Dusun Sangburni, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali, itu berhembus pelan. Hari itu, Minggu, ...

February 2, 2018
Sumber ilustrasi: Youtube
Opini

Jangankan “Online”, Laptop pun Tak Punya – Realitas Guru Pembelajar Daring

GENERASI yang cerdas dan berakhlak mulia terwujud dari adanya guru yang cerdas dan berkompetensi. Sebuah ungkapan sederhana namun memiliki banyak ...

February 2, 2018
Foto: Ole
Esai

Catatan Harian Sugi Lanus: Rumah yang Membawa Petaka

LELUHUR kita menuliskan pengalaman buruk dan baik di masa lalu. Mereka tulis dalam lontar. Isinya pengalaman hidup berabad-abad yang diseleksi ...

February 2, 2018
Esai

Ada yang Tercecer dari Sebuah Kecepatan

Catatan awal tahun ini adalah catatan kedua saya bersama Teater Kalangan, itu berarti ini adalah tahun kedua saya berproses bersama ...

January 20, 2020
Prof. Sardono W Kusumo, Prof. Timbul Haryono, Prof F.X. Mudji Sutrisno, Prof Sumarsam
Esai

Prof. Gondrong vs Prof. Cepak (?) – Catatan Harian Sugi Lanus

ASYIK bercakap dengan Prof. Timbul Haryono (arkeolog UGM), Prof F.X. Mudji Sutrisno (filsuf dan romo), Prof Sumarsam (maestro gambelan, guru ...

June 16, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Gowes di jalur Desa Siakin, Kintamani dan -Desa Les, Tejakula
Khas

Dulu & Kini | Desa Les dan Siakin – Jalan Hutan Terasa Dekat, Jalan Aspal Terasa Jauh

by Nyoman Nadiana
January 19, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Bangli Abad XII | Dan Potensi Masa Kini

by IGA Darma Putra
January 20, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1352) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (3) Khas (309) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In