Selamat pagi Ubud!
Begitulah, pagi itu kami menyapa Ubud yang asri. Memasuki Banjar Nyuh Kuning, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali, keasrian lingkungan Ubud sudah terlihat. Tidak ada sampah. Pohon-pohon kamboja merindangi jalan. Bule-bule lari pagi memakai singlet, dengan raut muka menyala oleh keringat. Warga banjar nampak sedang menyapu bunga kamboja, yang mungkin tadi malam terlepas dari tangkainya.
Kami berempat memasuki Ubud. Saya, Putu Murahman, Kadek Riski dan Agung Darma. Mengayuh pedal dengan riang gembira. Rekreasi di hari Minggu.
Dari Banjar Nyuh Kuning itu kami menuju Monkey Forest, salah satu destinasi andalan Ubud. Melewati sebuah jalan pintas di tepi hutan Monkey Forest. Jalan yang agak rusak, membuat pantat kami terasa tidak nyaman, sebab roadbike yang kami bawa adalah jenis sepeda tanpa alat peredam kejut.
Sepagi itu kera-kera sudah banyak berkeliaran. Mereka ternyata rajin bangun pagi. Seekor kera sedang bermalasan-malasan, tidur sambil memeluk anaknya di bale bengong. Tingkah mereka mirip kita ya. Jangan-jangan, teori evolusi Darwin itu mendekati kebenaran.
Kami berempat berfoto di depan Monkey Forest, spot wajib bagi para pesepeda yang melewati daerah ini. Kemudian kami gowes mengeliling Ubud. Ubud yang baru saja terbangun dari tidurnya, dan sedang berdandan pagi ini. Restoran-restoran belum pada buka.
Kami mengelilingi Ubud yang seperti metropolitan mini. Sebuah miniatur tempat tinggal bagi penghuni lintas negara. Ubud kecil yang namanya sudah sebesar bola dunia. Saking terkenalnya, sebuah film besar yang dibintangi artis terkenal Julia Robert pernah mengambil beberapa adegan di Ubud ini. Dan Antonio Blanco, pelukis besar itu, jatuh cinta dan tinggal di Ubud sampai meninggal dunia.
Bicara tentang Ubud, saya selalu teringat dengan semangkok bubur kacang ijo di Banjar Nyuh Kuning. Harum bubur itu tercium sampai di Marga di tempat tinggal saya di Tabanan. Bukan cuma sampai Marga, tapi sampai di Kuta. Buktinya, seorang pesepeda jauh-jauh dari Kuta ke Ubud, hanya untuk menikmati semangkok bubur kacang ijo ini, terus balik lagi ke Kuta.
Bukan sekedar bubur kacang ijo biasa. Itu adalah bubur kacang ijo yang khas. Ada irisan ketela, pisang, keladi, injin, santan dan kacang ijo yang menyatu untuk membuat rasa yang lezat. Sehingga semangkok bubur ini membuat saya jatuh cinta. Kacang ijo yang menerbitkan rasa rindu untuk dicari. Kuliner khas Nyuh Kuning, dari sebuah warung kecil sebelah selatan lapangan bola.
Pas, ketika menikmati bubur ini, pandangan kita akan tertuju pada hijaunya rumput lapangan bola itu. Sering anak-anak bule latihan bola di sana. Minggu kemarin, sekelompok orang latihan olah gerak dan pernafasan di atas rumput hijau itu.
Iya, setelah keliling Ubud sampai berpeluh, kami kemudian memarkir sepeda di depan warung bubur Nyuh Kuning itu. Trio Colnago yang ditemani satu Polygon terpakir rapi. Merek impor dan merek asli Indonesia. Sampai saat ini saya masih setia memakai merek Polygon, tak tergoyahkan, belum tergoda oleh merek impor.
Sambil menikmati bubur kacang ijo yang lezat, kami ngobrol ngalor ngidul, mengalir ke mana-mana. Tentang sepeda, tentang cara bersepeda yang benar, dan juga mengenang kembali almarhum Nanang Made Sukanada yang telah berpulang ke alam lain. Sepeda roadbikemerek Colnago peninggalan Nanang, sekarang diwarisi anak laki-lakinya. Sepeninggal beliau, Kadek Riski, anak Nanang laki satu-satunya, sekarang aktif bersepeda. Gowes dengan semangat menyala-nyala.
“Ternyata bersepeda itu menyenangkan, Pak,” ucap Kadek Riski suatu ketika.
Dan mungkin gowes perdana ini bisa merintis awal dari terbentuknya Marga Roadbike Community, sebuah komunitas sepeda pecinta gowes jalan raya. Setidaknya sekarang, dengan kehadiran Kadek Riski dan Agung Darma ini, dua perjaka tingting ini akan meramaikan sekaa gowes di Marga. Entah, masihkah mereka perjaka di jaman now ini ya…hehehe
Ngobrol sekitar satu jam di warung bubur itu, kami pun bergegas lagi. Gowes pulang ke Marga. Iya, harum bubur Nyuh Kuning telah menggoda kami untuk gowes ke Ubud.
Selamat Ubud! Kami akan datang lagi ke Ubud, khususnya menikmati bubur kacang ijo Nyuh Kuning ini di pagi-pagi yang akan datang. [T]