23 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Shastra Tentang Meninggalkan dan Mengikuti

IGA Darma Putra by IGA Darma Putra
June 11, 2019
in Esai
66
SHARES

Jangan sedih jika meninggalkan sesuatu. Anggap saja itu salah satu cara untuk move on dari zona nyaman. Meninggalkan tidaklah harus dirayakan dengan air mata, apa lagi air mata buaya. Tidak juga harus disambut dengan kebahagiaan, apa lagi di atas penderitaan orang lain. Sesuatu ditinggalkan, karena memang sudah semestinya begitu. Katakanlah bahwa itu hukum alam.

Karena hukum alam, makanya tidak ada yang benar-benar langgeng. Semua makhluk hidup tahu itu. Tetapi mengetahui sungguh berbeda dengan menjalani. Banyak yang tahu cara setia, tapi tidak banyak yang mau menjalani kesetiaan. Kadangkala, justru orang yang setia dituduh bodoh. Dituduh sok. Dituduh munafik. Dituduh sombong. Dan banyak lagi tuduhan-tuduhan lainnya. 

Orang yang tidak setia, oleh sebagian orang, diberikan posisi lebih tinggi. Lebih terhormat. Dianggapnya, dia adalah penjelmaan Arjuna yang dapat menguasai hati tujuh bidadari sekaligus. Atau penjelmaan Pancali yang mendapatkan lima suami. Benar sekali, banyak cerita yang bisa dijadikan bayangan untuk menjalani hidup. Tapi si pembaca cerita juga harus bijak pada penilaiannya, karena yang dilihat hanya bayang-bayang cerita. 

Seperti melihat arah matahari, tanyakan kepada bayangan. Bayangan dan matahari bekerja dengan cara berbeda. Matahari di timur, bayangan di barat. Matahari di barat, bayangan di timur. Matahari ada di tengah-tengah, bayangan menghilang. Matahari menghilang, bayangan menyelimuti dunia jadi gelap. Cara membaca cerita, barangkali juga begitu. Meski tidak seratus prosen terbalik, cerita mesti didudukkan dengan cara yang bijak. Caranya adalah dengan hati-hati, pelan-pelan, sabar.

Seperti mengupas bawang. Selama kita tahu cara menjaga “jarak” dengan bawang, dan cara mengupasnya, air mata tidak akan meleleh. Bukan berarti karena tidak ada air mata yang jatuh, kita tidak mengerti rasa bawang. Rasa itu tetap ada, dengan atau tanpa air mata! Itu hanya tentang cara mengungkapkan. Tidak lebih.

Meninggalkan adalah salah satu cara mengungkapkan perasaan. Bagi seekor sapi, rerumputan adalah makanan yang dapat memberikannya kehidupan. Jika sebuah tempat yang ditinggalinya tidak lagi ditumbuhi rumput, jangan salahkan sapi karena meninggalkan tempat itu. Dan sungguh tidak mungkin, akan ada binatang pemakan rumput lainnya yang datang ke sana.

Seekor burung Cangak, kesenangannya adalah berada di pinggir telaga atau sungai yang dipenuhi air. Jika air surut dan kering, jangan salahkan Cangak kalau ia pergi dari sana. Sebab air adalah sumber kehidupannya.

Seorang perempuan sejatinya tidak akan betah dengan lelaki yang hina dan kurang cekatan. Lelaki hina dalam konteks ini, bisa berarti kurang hartanya, kurang kemampuan pikirnya, kurang perasa hatinya, kurang cinta kasihnya, kurang pendiriannya. Maka jangan salahkan jika kemudian lelaki semacam itu ditinggalkan.

Lebih-lebih jika ada pemimpin yang arogan dan kurang perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Jangan harap, mereka akan setia pada pemimpin seperti itu. Bukan tidak mungkin, mereka akan meninggalkannya dengan senang hati. Jika ada yang arogan tapi para pendukungnya masih setia, pasti ada sesuatu yang menyebabkan kesetiaan itu masih berakar di sana. Bisa jadi, pendukung-pendukung itu sama arogannya dengan si pemimpin. Konon sesuatu yang tidak beres, tidak akan dapat bertahan pada lingkungan yang beres. Seperti pohon kelapa, tidak akan tumbuh di Kutub Utara.


baca cangak lain

KLIK

“I CANGAK”


Maka sesungguhnya, jika seseorang atau sesuatu ditinggalkan, mestinya diteliti dahulu sebab-sebabnya. Bukan berarti yang meninggalkan tidak setia. Mungkin saja yang ditinggalkan memang tidak pantas untuk diberikan kesetiaan.

Jadi antara yang ditinggalkan dan yang meninggalkan, mesti ditimbang lagi baik buruknya. Dicari-cari sebabnya. Jika sudah demikian, barulah diambil keputusan. Telinga kiri mendengarkan yang kiri, telinga kanan mendengarkan yang kanan. Otak haruslah berada di tengah-tengah, meski punya kecenderungan, berat ke otak kiri atau kanan. Itu gunanya otak.

Kalau kita baca-baca cerita lama, ada cerita tentang mendengarkan. Seekor kura-kura terjebak di dalam telaga yang mengering, dan diselamatkan oleh dua ekor angsa. Ia diterbangkan dua ekor angsa dengan cara membentangkan sebatang kayu. Kura-kura mengigit kayu itu dan tidak boleh bicara. Seekor anjing menghasut kura-kura dengan omongannya yang lebih busuk dari aroma pembuangan sampah di pinggir laut sana. Kura-kura terhasut, membuka mulutnya, jatuh, dan mati menjadi makanan anjing.

Cerita itu diketahui oleh banyak orang. Maka kebanyakan orang tidak mau mendengarkan perkataan orang lain. Ia takut, kalau-kalau menjawab harus mati jadi makanan anjing. Begitu kemampuan cerita dapat mempengaruhi otak. Otak kemudian tidak lagi memikirkan kemungkinan lain dari cerita tadi. Tidakkah mungkin angsa-angsa itu hanya suruhan dari burung pemakan bangkai yang mengancam akan memakan anak-anak angsa yang baru menetas?

Mungkinkah anjing-anjing tadi memang bermaksud untuk menyelamatkan kura-kura dari niat licik angsa dan burung bangkai namun sayang kura-kura jatuh tidak di sungai dekat telaga tadi? Sosok anjing tidak selalu menjadi pencibir, penghasut, licik dan lain sebagainya. Dalam satu epos yang lain, anjing justru adalah perwujudan dari Dewa Dharma. Dewanya kebijaksanaan.

Itulah cara kerja tafsir. Dari masa ke masa selalu begitu. Setiap cerita, bisa dicari sambung menyambungnya pada cerita lain. Syaratnya sangat mudah. Cukup mengetahui banyak cerita. Karena dengan cerita, otak bisa di-ninabubuk-kan. Otak yang bubuk itu menjadi cita-cita sebuah ajaran. Karena konon dengan mem-bubuk-kan otak, orang dapat masuk ke dunia yang konon dekat tapi terasa jauh di dalam dirinya. Dengan bubuk orang bisa sadar. Bukannya itu kontradiktif? Siapa yang tahu. Who knows?

Kalau bicara tentang ajaran, ada lagi satu ajaran yang juga diketahui dan dipahami banyak orang. Ajaran ini tidak hanya tentang meninggalkan tapi juga mengikuti. Menurut ajarannya, segala jenis harta yang dimiliki saat hidup haruslah ditinggalkan saat mati. Karena harta itu tidak dapat mengikuti ke alam kematian.

Keluarga yang juga dimiliki, juga harus ditinggalkan. Tidak mungkin semua keluarga bisa mengikuti sampai ke alam kematian. Mereka hanya mampu mengikuti sampai di kuburan, berhiaskan kerlingan air mata, kidung tangis sedu-sedu, tarian gerak tangan saat menghapus air mata dan keringat, apinya adalah mata yang memerah, gambelannya adalah suara langkah kaki saat berjalan. Keluarga yang mengikuti itu, seperti ritual kecil kematian yang tidak kita pahami betul-betul meski kita lihat dan dengar.

Lalu apa yang mengikuti sampai tujuan? Menurut ajarannya, yang mengikuti adalah baik buruk perbuatan. Baik buruk itu konon yang menempel terus menerus. Mengikuti seperti bayangan. Sebagaimana bayangan ia akan muncul dan hilang oleh cahaya. Yang dimaksud cahaya oleh shastra adalah dharma dan sadhana. [T]

Tags: cangakfilsafatkemanusiaanrenungansastra
IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Esai

Pisau dan Peradaban – Catatan Harian Sugi Lanus

Jika berkeliling memperhatikan ribuan relief batu di Borobudur, mata yang dipenuhi pikiran peperangan, mungkin melihat semua sosok pada relief di ...

October 12, 2019
Ilustrasi: Polenk Rediasa
Ulasan

Buku Cupak Tanah: Teater Kampung di Panggung Modern

Judul Buku: Cupak Tanah – Enam Naskah Drama Pengarang : Putu Satria Kusuma Penerbit : Mahima Institute Indonesia Tahun Terbit ...

February 2, 2018
Peluncuran buku Suaka-Suaka Kearifan karya Riki Dhamparan Putra dengan pembicara mantan Menteri Bappenas Andrinof A Chaniago, Direktur Perludem Titi Anggraini, serta Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Hamka Desvian Bardansyah yang dimoderasi oleh Heru Joni Putra, M.Hum.
Kilas

Buku “Suaka-Suaka Kearifan”, Terbit di Bali Menggugah Batin Indonesia

Jaringan Intelektual Berkemajuan (JIB) menggelar diskusi buku kumpulan esai “Suaka-Suaka Kearifan” karya Riki Dhamparan Putra, di Auditorium Perpusatakaan Nasional, Jalan ...

July 16, 2019
Esai

Gempuran Obat Herbal, Bagaimana Sikap Kita?

Di tahun delapanpuluhan, saat masih kanak-kanak, merupakan hal rutin keluarga saya di desa membuat loloh atau jamu. Loloh adalah ramuan ...

September 4, 2019
Esai

Kuliah di Pendidikan Teknik Informatika, Nanggung, Nggak Cukup S-1

Sebelum membaca, saya ingin menjelaskan bahwa tulisan ini tidak ada maksud sama sekali merendahkan pihak manapun, apalagi kampus yang menaungi ...

November 13, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ni Nyoman Sri Supadmi
Esai

Teknologi Berkembang, Budaya Bali Tetap Lestari

by Suara Perubahan
January 23, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1355) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In