17 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Foto: Mursal Buyung

Foto: Mursal Buyung

Filosofi-filosofi(an) Bunga

Ozik Ole-olang by Ozik Ole-olang
January 21, 2019
in Esai
7
SHARES

Saya mencoba menitu tren masa kini, di mana segala sesuatu ada filosofinya. Nah sekarang, pernah kepikiran ndak, kenapa setiap ada yang meninggal biasanya orang-orang pada bawa bunga sebagai wujud bela sungkawanya?

Bunga-bunga ditabur di atas pemakaman. Bingkai-bingkai papan ucapan duka yang biasanya terbuat dari gabus atau sterofoam pun biasanya diberi hiasan bermotif bunga-bunga. Apa memang bunga adalah lambang duka cita? Atau mungkin lambang kematian?

Tapi ketika orang pacaran kenapa lantas si kekasih memilih bunga sebagai ungkapan perasaannya? Lelaki memberi bunga pada wanita karena dia sayang dan cinta. Bunga jadi lambang perasaan suka, cinta, dan romantisme.

Dalam segi bahasa pun “bunga” selain bermakna sebagai wujud bunga itu sendiri tapi jika diberi imbuhan ber dan ditambah pengulangan kata sehingga jadi “berbunga-bunga” maka maknanya akan jadi senang atau gembira.

Hal ini juga semakin diperkuat lagi dalam frasa “bunga tidur” yang maknanya adalah mimpi. Kata bunga dalam idiom itu merujuk pada makna hiasan yang bila diruntut lagi akan mengarah pada keindahan dan kebahagiaan. Dalam bahasa Madura pun, ungakapan bahasa halus dari senang adalah “bhunga”.

Aneh, apa sebenarnya makna bunga? Apakah ketika memberi bunga untuk mengiring kematian itu artinya sedang berbunga-bunga (bahagia)? Tentu tidak kan!? Atau sedang jatuh cinta? Pada siapa? Orang mati? Tentu tidak juga kan!? Atau ketika memberi bunga pada kekasih itu artinya kita sedang berduka? Kan bunga juga diberikan ketika ada orang mati.

Bunga juga digunakan sebagai ungkapan kecantikan dan keelokan. Seperti idiom bunga bangsa dan kembang (bunga) desa. Bunga itu lambang kecantikan. Juga, bunga biasanya diidentikan dengan wanita, kecewek-cewekan, feminis. Kalau ada cowok suka bunga atau motifmotif bercorak bunga, maka biasanya akan dikatai banci.

Sampai di sini, takdir bunga nyatanya hanya ada dua. Kalau tidak diberikan ketika ada kematian ya akan jatuh ke tangan wanita. Tapi tetap tidak bisa diterima, kalau bunga diidentikan dengan wanita dan keindahan memang masuk akal karena bunga itu memang indah begitu juga wanita.

Tapi dalam hal kematian, kenapa harus bunga yang dijadikan lambang pengungkap rasa duka? Dari keindahan ke kematian, kan jauh amat dan gak nyambung. Atau jangan-jangan kematian itu indah lantas ditaburi bunga-bunga? Tapi bila memang indah kenapa orang-orang berduka ketika mengunjungi pemakaman, kok bukan bahagia (berbunga-bunga)?

Sampai di sini mungkin kita bisa menyetujui apa yang dikatakan Pasha Ungu dalam salah satu lirik lagunya bahwa “Bunga adalah bahasa rasa” dengan bunga orang-orang mencoba mengungkapkan perasaannya baik duka, suka, cinta, maupun bahagia. Cukup dengan bunga, semua apa yang ingin diungkapkan telah terwakilkan tanpa berpanjang lebar mengatakannya.

Persoalannya sekarang, ungkapan perasaan yang mana yang bisa diwakili dengan memberi bunga? Atau itu hanya konstruksi budaya saja? Ok, perbedaan adalah keniscayan.

Lalu apa gunanya saya menulis ini? Atau lebih baik aku beri kamu bunga saja biar kamu ngerti? Eaaa. (T)

Tags: bungafilosofitrend
Ozik Ole-olang

Ozik Ole-olang

Pemuda asal Madura yang lahir di Lamongan dan berdomisili di kota Malang.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Foto: Google Image
Esai

Puisi dan Konsumsi

I Puisi menggelayut di antara dua kutub: pamflet dan khotbah. Sebagai salah satu bentuk ujar manusia, dalam bentuk kata-kalimat, puisi ...

February 2, 2018
Rumah, Masakan Ibu dan Gravitasi Kasur/ Oleh Ari Anggarini
Esai

Rumah, Masakan Ibu dan Gravitasi Kasur

Oleh: Kadek Ari Anggarini - SMAN Bali Mandara “Hei, bagaimana kau bisa sampai di sini?” ucap seseorang dengan cangkul di ...

March 29, 2020
Ulasan

Inilah 1.001 [Seribu Satu] Alasan Kenapa Buku “Nyujuh Langit Duur Bukit” Penting Dimiliki dan Dibaca

Toean2 dan njonja2, perlu kiranya dikabarkan pada toean2 dan njonja2 semuanya bahwa sudah terbit sebuah buku sastra Bali modern (yang ...

December 26, 2019
Processed with VSCO with k3 preset
Esai

Aku, Si Raksasa Baik | Kalian Boleh Jauhi Aku, Tapi Jangan Serang Aku

Percaya atau tidak, ini sebuah kisah nyata. Ya, raksasa hanya ada di dongeng tapi tidak kali ini, raksasa itu adalah ...

January 14, 2021
Foto: eka Prasetya
Ulasan

Ake Buleleng: “Sing Ngamah Ulian Cai”

NAMA grup band ini Ake Buleleng. Dari namanya tahulah di mana mukim band itu. Dari nama “apa adanya” itu tahu ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

MISIONARIS DE VROOM DIBUNUH DI BULELENG | Tragedi Kristenisasi di Bali

by Sugi Lanus
January 17, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1348) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In