24 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Zona Nyaman, PIlihan, dan 3 Lingkaran

Putu Nata Kusuma by Putu Nata Kusuma
October 13, 2018
in Esai
11
SHARES

SESUNGGUHNYA ini merupakan keresahan lama saya prihal zona nyaman yang kerap beberapa orang utarakan kepada saya. Dikarenakan ini keresahan lama yang sempat saya kubur di dalam benak, lantas bagaimana bisa muncul kembali ke permukaan?

Tentunya hal itu bukanlah tanpa musabab. Singkat cerita, saya menelepon seorang teman. Ya, dia perempuan. Lantas? Sudahlah jangan kau tanyakan statusku dengannya apakah kami lebih dari teman atau kurang dari teman.

Malam itu tepat sekitar pukul 22.00 waktu setempat, kami bercengkrama via Whatsapp ditemani sedikit suara bising dari gawai kami masing-masing. Saya dengan suara AC di kamar yang katanya terdengar di telepon, dan dari gawainya yang terdengar suara kipas angin yang jujur saja membuat bulu kuduk merinding ketika mendengarnya via telepon.

Entah kemana arah percakapan membimbing kami pada malam itu, yang jelas ada satu topik yang memicu pemikiran lama saya itu keluar. Dia berkesah tentang mata kuliah konsentrasi yang ada di jurusan kami.

Bagi kami mahasiswa semester 7, mata kuliah konsentrasi adalah wajib untuk kita ambil. Ini semacam skill tambahan jikalau kami nanti sudah lepas dari jurusan ini. Ada 3 mata kuliah konsentrasi; Tourism, TEYL dan Creative Writing. Tourism tentang kepariwisataan, TEYL tentang mengajar anak-anak di jenjang TK dan SD sedangkan Creative Writing adalah tentang menulis kreatif.

Singkat kata, teman saya mengambil Tourism dan saya mengambil konsentrasi TEYL. Kurang lebih kesahnya seperti ini..

“Duh, aku bingung. Padahal aku mau ambil TEYL, tapi orang tua ku nyuruh aku ambil Tourism,” keluhnya

“Lho kok gitu?” tanyaku dengan nada yang penasaran

“Kata mereka kan aku udah kuliah di jurusan kependidikan nih, ya sekarang biar ada ilmu tambahan di luar itu. Ya udah, aku disuruh milih Tourism. Selain itu emang sih aku juga niatnya nyari pariwisata setelah tamat nanti. Tapi ya… aku sebenarnya suka ngajar anak-anak. Apalagi di TEYL itu ada buat buat media gitu kan? Duh pasti asik banget,” sahutnya dengan penuh semangat

Mendengar jawaban teman saya, sejenak terlintas di benak saya sebuah pernyataan.

“Kamu pernah gak dinasehatin orang kayak gini, ‘Kamu tuh harus keluar dari zona nyaman mu. Jangan disitu-situ aja’, ” tanyaku.

“Pernah, pernah. Terus?” tanyanya lebih dalam lagi

“Tapi di saat yang sama, ada juga orang yang bilang ‘tekunin apa yang kamu suka. Fokus di sana’, ” jawabku yang ingin sekali membuatnya kebingungan

Inilah asal muasal bagaimana keresahan saya prihal zona nyaman itu muncul. Dalam konteks nya mengenai lingkup pelajaran dan hal-hal yang kita gemari, hal ini kerap menjadi tembok pembatas bagi sebagian orang. Tembok yang seolah-olah membuat siapapun yang hendak melewatinya merasa bingung. Haruskah saya terobos atau berputar arah?

Pertama-tama mari kita sepakati terlebih dulu apa zona nyaman itu dilihat dari konteks hal-hal yang kita gemari. Menurut saya, zona nyaman ialah hal-hal yang kita lakukan atas dasar kegemaran dan secara tak sadar mampu melatih diri menjadi lebih unggul. Mengapa tidak lebih baik? Jelas, baik itu relatif. Terlebih ini mengenai hal yang digemari jadi sudah barang tentu merajut pada hal-hal yang membuat pribadi menjadi lebih unggul.

Nah, jikalau sudah demikian, lantas yang dikatakan keluar dari zona nyaman itu seperti apa?

Mari kita gunakan analogi permainan bola volley. Beberapa atlet volley tentunya memiliki kelebihan tersendiri dalam gaya permainan atau teknik bermainnya. Ada pemain yang unggul di passing bawah, ada yang unggul di smash, ada yang unggul di blocking dan mungkin ada yang unggul di 2 jenis teknik bermain atau lebih.

Ketika seorang pemain unggul pada permainan passing bawah dimana dari passing bawahnya tersebut, ia sudah berhasil mencetak puluhan angka di setiap pertandingan dan ketika kelak ia mencoba untuk bermain menggunakan passing atas yang notabene bukan keahliannya maka atlet tersebut layak dikatakan telah keluar dari zona nyaman.

Keluar dari zona nyaman tak melulu tentang keluar mencari sesuatu yang benar-benar baru yang secara sadar ataupun tidak, itu dipaksakan agar nyaman kedalam diri kita masing-masing.

Seperti misalnya ketika seseorang berbakat dalam volley, lalu kemudian “dipaksakan” belajar bermain basket. Seseorang yang berbakat dalam basket lalu kemudian “dipaksakan” bermain musik. Apakah hal-hal tersebut salah? Tentu tidak. Itu tergantung dari area nya. Masalah nya adalah, banyak orang yang belum tau batasan-batasan sebuah zona. Menurut hasil pengamatan saya, kata “Keluar dari Zona Nyaman” memiliki 3 area.

Ibaratkan sebuah lingkaran, “keluar dari zona nyaman” memiliki 3 lingkaran luar.

Pertama lingkaran inti yaitu zona nyaman itu sendiri. Kedua, lingkaran I yaitu zona di luar zona nyaman tetapi masih dalam satu jenis yang sama. Contohnya, orang yang mahir bermain menggunakan passing bawah sekarang harus belajar menggunakan passing atas dalam permainan volley.

Orang yang mahir bernyanyi menggunakan nada tinggi sekarang harus belajar menggunakan nada rendah. Orang yang mahir bercerita panjang selama 20 menit kini harus mampu bercerita panjang selama 10 menit.

Hal-hal tersebut sudah bisa dikatakan sebagai keluar dari zona nyaman, hanya saja ruang lingkupnya yang masih kecil. Ketiga, lingkaran II yaitu zona diluar zona nyaman tetapi masih dalam satu bidang yang sama.

Misalnya, orang yang mahir bermain gitar kini harus mencoba bermain drum dalam sebuah band. Orang yang gemar menulis opini bebas kini harus mencoba menulis karya ilmiah. Orang yang biasanya menjadi penyerang kini belajar menjadi penjaga gawang dalam permainan sepak bola. Itu juga merupakan keluar dari zona nyaman hanya saja ruang lingkupnya masih seputaran bidang yang digeluti.

Nah, yang terakhir adalah lingkaran III. Mungkin area ini yang paling ekstrem sekaligus yang paling sering banyak orang tangkap mengenail definisi “keluar dari zona nyaman” itu sendiri. Misalnya, anak yang berbakat di pelajaran bahasa inggris kini harus belajar tentang fisika lagi. Orang yang passion nya menjadi seorang guru kini disuruh melamar pekerjaan marketing.

Kesimpulannya ialah kita sebagai individu atau sebagai orang tua kelak harus sadar betul akan area-area pada zona diluar zona nyaman tersebut. Jadi, memahami betul area-area tersebut sangatlah penting agar kita tidak terjatuh pada sebuah keadaan dimana keinginan kita sebenarnya adalah untuk mengembangkan diri namun malah “menjatuhkan” diri sendiri.

Keluar dari zona nyaman tak hanya tentang lingkaran III, namun bisa juga mengambil langkah kecil untuk keluar ke lingkaran I maupun II. Saya teringat dengan perkataan paman saya yang merupakan seorang dosen di salah satu kampus pelayaran di Semarang. Beliau berkata:

“Kadang mereka yang tetap berada di sekitaran zona nyaman (lingkaran I dan II) adalah mereka yang lebih hebat daripada mereka yang keluar jauh dari zona nyaman (lingkaran III) nya. Karena kita tahu, di dunia ini tak ada yang abadi selain perubahan. Tak terkecuali perubahan yang terjadi di dalam zona nyaman. Hanya orang-orang yang bertahan di dalam perubahan-perubahan dan tidak meninggalkan zona-nya lah yang bisa dikatakan manusia yang kuat” (T)

Tags: kehidupanPendidikanPengetahuan
Putu Nata Kusuma

Putu Nata Kusuma

Putu Nata Kusuma, S.Pd., Mahasiswa S2 Pascasarjana Program Ilmu Manajemen Undiksha. Hobi: menulis, menyanyi, membuat video, dan mencintai diam-diam.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Esai

Tentang Hujan

Hujan, ia seperti sebuah perjalanan pulang. Perjalanan pulang selalu ditunggu-tunggu dan menyertakan rasa rindu. Rasa rindu senantiasa meminta sebuah pertemuan ...

November 25, 2020
Opini

PNS: Harapan dan Realita

Menjadi PNS tetap merupakan harapan bagi masyarakat. Tidak seperti puluhan dekade sebelumnya, menjadi PNS dianggap pekerjaan yang tidak menjanjikan karena ...

November 7, 2019
Sumber foto: nypost.com - Shutterstock
Opini

Tangani “Ciberbullying”: Jangan Andalkan Undang-Undang Saja

Peningkatan dalam penggunaan internet ternyata membawa peningkatan dalam kasus cyberbullying di Indonesia. Saat ini, tercatat 80 persen dari penduduk Indonesia ...

December 17, 2019
SEniman baca puisi dalam acara Mengunyah Geram Melawan Korupsi di JKP Denpasar
Opini

Seniman Melawan Korupsi

  Kesadaran adalah matahari. Kesabaran adalah bumi. Keberanian menjadi cakrawala. Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. (WS Rendra, 1984) ADA anekdot ...

February 2, 2018
Dongeng

Dialog Burung Pelatuk dan Si Tupai di Perkebunan Pak Tani

Alunan nyanyian tonggeret dan kicauan burung-burung bersahut-sahutan meramaikan luasnya hamparan perkebunan tumpang sari. Di perkebunan tumpang sari itu, hiduplah pohon ...

April 17, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ni Nyoman Sri Supadmi
Esai

Teknologi Berkembang, Budaya Bali Tetap Lestari

by Suara Perubahan
January 23, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1355) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In