25 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan

Membuktikan Ada Tuhan dalam Buku Falsafat Agama Prof. Dr. Harun Nasution

Jaswanto by Jaswanto
February 2, 2018
in Ulasan
61
SHARES

 

MALAM minggu. Malamnya para pecinta untuk bercengkrama. Muda-mudi saling mecinta. Berjanji untuk saling tidak mendua. Bersabarlah bagi yang belum punya. Dan yakinkan serta usahakan agar cepat didekatkan, kemudian dijodohkan.

Grup Perpustakaan Jalanan Lentera Merah setiap malam minggu di Taman Kota bukan grup sembarangan. Isinya mahasiswa vokal semua, pengamat politik nirlaba, penggiat filsafat, sok aktivis. Meski kadang, rata-rata jarang sholat, juga sembahyang, tapi kualitas analisis, argumentasi mereka seringkali lebih canggih dibanding rombongan narasumber ILC.

Tak terkecuali malam Minggu kemarin, ketika saya dan Bayu datang agak awal. Kemudian, Riyan dan Faruq menyusul. Bayu membuka percakapan sembari memasang muka agak gelisah.

“Aku tuh kok bingung ya, apa yang menyebabkan orang-orang itu tidak percaya dengan adanya Tuhan, Mas? Dan, ketika aku nanti bertemu dengan orang yang demikian, apa yang harus aku jawab?”

“Emang sudah ada yang nanya sama kamu masalah itu, Bay,” Saya menimpali dengan melihat suasana hiruk-pikuk Taman Kota. “Ketika ada orang yang bertanya demikian, gampang untuk menjawabnya.”

“Oh soal itu sih aku belum pernah ditanya, Mas. Seandainya ditanya. Gampang gimana Mas? Orang pembahasan seperti itu hubungannya pasti ke filsafat.”

Saya menunggu kelanjutan kalimat Bayu. Dan dia pun tak membuang waktu.

“Terus, gimana menjawabnya Mas, kalau seandainya aku ditanya seperti itu?”

“Lho kamu kan kader HMI, Bay. Jawab pakai NDP Bab I, lah. Bab I tentang Dasar-dasar Kepercayaan itu, loh.”

“Wah ini-ni. Masuk HMI aja baru, Mas.”

“Oke. Tidak memaksa. Karena kamu dua pertemuan gak datang kelas NDP, aku maklumi. Untuk pembahasan NDP cukup malam Jum’at saja. Tapi, perkataanmu tadi menarik untuk dibahas. Apakah Tuhan itu ada? Atau bagaimana caranya membuktikan bahwa Tuhan itu ada.”

“Iya, Mas. Bagaimana pembahasannya itu?”

“Oke, malam ini kita akan membahas itu. Kamu pernah baca buku judulnya, Falsafat Agama, karangannya Prof. Dr. Harun Nasution?”

Dia menggelengkan kepala.

“Buku itu adalah kumpulan-kumpulan dari kuliah-kuliah yang diberikan di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang saat ini sudah bertransformasi menjadi UIN dan kumpulan ceramah-ceramah yang disampaikan kepada Kelompok Diskusi Agama Islam di Kompleks IKIP Jakarta di Rawamangun, pada tahun 1969/1970,” saya menjelaskan.

“Jadi, salah satu bab dalam buku itu menjelaskan tentang Ketuhanan. Argumen-argumen tentang adanya Tuhan. Kalau gak salah, dalam bagian III pembahasannya itu. Dan buku itu bisa kita jadikan sebagai salah satu referensi untuk memahami NDP Bab I.”

Bayu masih tampak bingung mendengar ceceran saya.

“Nah, dalam buku itu, untuk membuktikan Tuhan itu ada, Harun Nasution menuliskan ada empat pendapat ilmiah yang dapat membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Keempat argumen itu ialah: Argumen Ontologis, Argumen Kosmologis, Argumen Teleologis, dan Argumen Moral. Mari kita bedah satu persatu argumen tersebut.

Pertama, argumen Ontologis adalah argumen tradisonal yang diberikan oleh falsafat agama. Ontologis (Ontos = sesuatu yang berwujud, Ontologi = teori tentang wujud tentang hakekat yang ada). Argumen ini tidak banyak berdasarkan pada lama nyata ini, sebagai halnya dengan argumen kosmologis dan argumen teleologis yang akan kita perbincangkan kemudian.

Argumen ini berdasarkan pada logika semata-mata. Argumen ontologis ini dibawa oleh Plato (428-348 SM) dengan teori idenya. Tiap-tiap yang ada di alam nyata ini menurut Plato mesti ada idenya. Yang dimaksud dengan idea ialah definisi atau konsep universil dari tiap sesuatu. Idea-idea bukan bercerai-berai dengan tak ada hubungan satu sama lain, tetapi semuanya bersatu dalam idea tertinggi yang diberi nama Idea Kebaikan atau The Absolute Good yaitu Yang Mutlak Baik. Yang  Mutlak Baik itu adalah sumber, tujuan dan sebab dari segala yang ada. Yang Mutlak Baik itu disebut juga Tuhan.”

Bayu makin tampak kebingungan. Mungkin, itu adalah bahasa-bahasa baru yang dulu belum pernah didengarnya. Saya melanjutkan…

“Bagaimana, satu pendapat sudah ada gambaran?” dia menggelengkan kepala.

“Ada banyak tokoh yang termasuk golongan ontologis ini seperti, St. Agustine, St. Anselm dan Rene Descartes. Nah, ini yang saya pikir mudah dipahami. Pendapat Descartes. Rene Descartes mengambil perumpamaan adanya zat yang Maha besar dan Maha Sempurna dari ilmu pasti. Ia katakan dapat membayangkan suatu segitiga yang tak mempunyai wujud pada hakekatnya. Tetapi begitupun segitiga yang mempunyai wujud hanya dalam bayangan ini mempunyai sifat-sifat yang tak bergantung pada bayangan tetapi pada hakekatnya.”

“Aduh, aku makin gak ngerti, Mas.”

“Begini. Ketika kamu menggambar sebuah segitiga, apakah segitiga yang tertuang di kertas itu kekal atau tidak? Tidakkan? Akan tetapi, dalam pikiranmu masih ada gambaran segitigakan? Nah, itulah yang dimaksud Descartes. Yang ada di dunia ini hanya fotocopy dari pikiran. Pikiran itulah yang mutlak. Sampai disini mengerti?”

“Iya, Mas. Aku mulai mengerti.”

“Oke. Kita lanjutkan kepembahasan yang kedua. Kosmologis. Argumen kosmologis ini disebut juga argumen sebab-musabab, yang timbul dari faham bahwa alam adalah bersifat mungkin dan bukan bersifat wajib dalam wujudnya. Dengan kata lain karena alam adalah alam yang dijadikan, maka ada zat yang menjadikannya.

Argumen kosmologis ini adalah argumen yang tua sekali seperti halnya dengan argumen ontologis. Kalau argumen ontologis berasal dari Plato, maka argumen kosmologis berasal dari Aristoteles, murid Plato. Pendapat ini juga didukung oleh Al-Kindi yang mengatakan bahwa, segala yang terjadi dalam alam mempunyai hubungan sebab dan musabab. Sebab mempunyai effek kepada musabab.

Rentetan sebab-musabab ini, berakhir kepada sebab pertama yaitu Tuhan Pencipta Alam. Begitu halnya dengan Al-Farabi, alam bersifat mumkin wujudnya dan oleh karena itu berhajat pada suatu zat yang bersifat wajib wujudnya untuk merobah kemungkinan wujudnya kepada wujud hakiki: yaitu sebagai sebab bagi terciptanya wujud yang mungkin itu. Dialah sebab pertama dari segala yang ada, Dia satu dan Dialah yang disebut Tuhan.

Kemudian Ibnu Sina membagi wujud ke dalam tiga macam: wujud mustahil, wujud mungkin, dan wujud mesti. Thomas Aquitas juga mengambil argumen Aristoteles. Tetapi Tuhan dalam perenungan diri-Nya yaitu, dalam mengetahui dirinya sendiri, mengetahui seluruh alam pula sampai keperincianya. Ia tahu jumlah rambut yang ada di kepala seseorang, tahu kita sedang belajar filsafat agama di Taman Kota ini, dan Tuhan itu, Tuhan pencipta, bukan sebab pertama saja.”

“Coba berikan satu contoh mengenai yang ini, Mas. Kok, sondok jlimet, e. Gak mudeng aku.”

“Jadi gini. Kosmologis itukan bisa dikatan sebab-musabab, toh. Nah, ada kamu karena ada orangtuamu. Ada orangtuamu karena ada kakek-nenekmu dan seterusnya sampai ada Adam dan Hawa. Dan adanya Adam-Hawa karena adanya Tuhan. Sampai disini tidak usah ditanya, karena Tuhan dalah awal dan akhir.”

“Aku lanjut ya… argumen yang ketiga. Argumen teleologis. Alam teleologis (Telos berarti tujuan: teleologis berarti serba tuju) yaitu alam yang diatur menurut sesuatu tujuan tertentu. Dengan kata lain alam ini dalam keseluruhannya berevolusi dan beredar kepada suatu tujuan tertentu.

Bahagian-bahagian dari alam ini mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lain dan bekerja sama dalam menuju tercapainya suatu tujuan tertentu. Ringkasan menurut argumen teleologis, alam ini mempunyai tujuan dalam evolusinya. Alam sendiri tak bisa menentukan tujuan itu. Yang menentukannya haruslah suatu zat yang lebih tinggi dari alam sendiri, yaitu Tuhan.”

Saya di atas angin. Obrolan makin seru dan Bayu makin ngelu.

“Yang terakhir ialah argumen moral. Diantara argumen-argumen yang ada tentang adanya Tuhan, argumen morallah pada pendapat ahli-ahli filosofi agama yang terpenting dan terkuat. Argumen moral ini banyak dihubungkan dengan nama Immanuel Kant (1724-1804). Menurut Kant argumen-argumen ontologis, kosmologis, dan teleologis, semuanya mempunyai kelemahan dan tak dapat membawa kepada keyakinan tentang adanya Tuhan. Menurut pendapatnya argumen moral inilah yang benar-benar membawa kepada keyakinan.

Kant berpendapat bahwa manusia mempunyai perasaan moral yang tertanam dala jiwa dan hati sanumbarinya. Orang merasa bahwa ia mempunyai kewajiban untuk menjahui perbuatan-perbuatan buruk dan menjalankan perbuatan-perbuatan baik.

Argumen moral ini dapat disederhanakan lagi seperti berikut. Kalau menusia merasa bahwa dalam dirinya ada perintah mutlak untuk mengerjakan yang baik dan menjauhi perbuatan buruk, dan kalau perintah ini bukan diperoleh dari pengalaman, tetapi telah terdapat dalam diri manusia, maka perintah itu mesti berasal dari suatu zat yang tahu akan baik dan buruk. Zat inilah yang disebut Tuhan.

Perbuatan baik dan buruk mengandung arti nilai-nilai. Nilai-nilai itu bukan berasal dari manusia tetapi telah terdapat dala dirinya. Nilai-nilai ini berasal dari luar manusia, dari suatu zat yang lebih tinggi dari manusia, dan zat inilah yang disebut Tuhan. Selanjutnya adanya nilai itu mengandung arti adanya penciptaan nilai. Pencipta bilai, itulah yang disebut Tuhan. Bagaimana, mengerti gak?”

“Hehehe… sulit e, Mas. Njelimet pakai BGT.”

“Ah, gak juga. Wong, bisa dibaca kok bukunya.”

Kawan-kawan datang. Diskusi makin menjadi. Dari filsafat agama, sampai membahas tentang cinta. Lain kali saya tuliskan. (T)

Tags: agamaBukuTuhan
Jaswanto

Jaswanto

Kader HMI Cabang Singaraja, penulis novel Munajat Hati.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Peristiwa

Jelang Debat Pilkada Buleleng: PASS Kuasai Soal, SURYA Mungkin “Menyerang”

JANGAN berharap membandingkan debat pasangan calon (paslon) kepala daerah di DKI Jakarta dengan debat di Pilkada Buleleng. Jauuuuuuh… Debat Pilkada ...

February 2, 2018
Acara

Gugusan Energi Alam Batin Wirantawan dalam Pameran Tunggal di Danes Art Veranda

Judul Pameran: Pameran Tunggal Putu Wirantawan "Gugusan Energi Alam Batin Wirantawan”Seniman: I Putu WirantawanPenulis I Made Bakti Wiyasa Pembukaan Pameran: ...

February 25, 2020
Esai

BALAH

Edisi 2/9/2019 KOPLAK tidak suka jika hidupnya terlalu banyak diatur, hal inilah yang saat ini jadi masalah yang membuatnya selalu ...

September 2, 2019
Sapi masuk sekolah di sebuah desa di pedalaman Karangasem [Foto Wayan Paing]
Esai

Covid-19, Siswa Belajar di Rumah, Sapi Masuk Sekolah, dan Renungan Sekolah Alam

Akibat Covid-19, siswa dirumahkan, eh, diputuskan untuk belajar di rumah. Banyak cerita yang terjadi saat anak-anak sekolah harus belajar mandiri ...

March 18, 2020
Ilustrasi: Juli Sastrawan
Esai

Permainan Kids Zaman Old: Menjadi “Polisi” atau “Maling”, Sama Asyiknya

MASA anak-anak adalah masa yang paling asyik. Selain belajar disekolah,  sehari-hari kita ya bermain. Bahkan dalam sehari rasanya waktu kita ...

February 27, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Iin Valentine | Teater Kalangan
Esai

Mencari Titik Temu antara Lintasan Teater dan Sekitarnya

by Iin Valentine
February 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1410) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (477) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In