27 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Bagaimana Perasaanmu saat Kakak Perempuan Menikah? Ya Senang, Ya Sedih Juga

Julio Saputra by Julio Saputra
February 2, 2018
in Esai
9
SHARES

APAKAH kamu punya seorang kakak perempuan? Jika iya, mari jawab pertanyaan satu ini. Bagaimana perasaan kamu ketika kakak perempuanmu menikah?

Nah, pertanyaan itulah yang kini menghantui benak saya.

Saya punya seorang kakak perempuan, tujuh tahun lebih tua dari saya, dan beberapa waktu lalu ia menikah. Beberapa sanak mulai melempar sebuah pertanyaan yang sama. “Kakakmu menikah, bagaimana perasaanmu?”

Jujur, saya tidak mempersiapkan diri dan mental untuk menjawab pertanyaan itu. Saya sendiri bingung harus menjawab apa. Apakah saya harus senang, atau sebaliknya saya harus bersedih?

Pada akhirnya saya menjawab sebagaimana idealnya orang-orang menjawab pertanyaan seperti itu: “Saya turut bahagia”.

Sesungguhnya jawaban itu tak sepenuhnya jujur. Saya jawab cepat, hitung-hitung biar perkara jawab-menjawab ini cepat selesai. Padahal saya merasa perlu merenung dalam-dalam apa sebenarnya yang saya rasakan.

Hubungan dengan Kakak

Kalau boleh jujur lagi, hubungan saya dengan kakak saya tidak terlalu bagus. Saya dengan adik saya pun juga tidak bagus-bagus amat. Rentang usia yang terpaut jauh membuat kami memiliki minat dan ego yang sangat berbeda. Dari kecil, bak anjing dan kucing, kerjaan kami hanya bertengkar. Hari-hari yang kami lewati selalu diisi dengan sebuah pertengkaran.

Bahkan, kami 100 kali lebih sering bertengkar satu sama lain ketimbang bertengkar dengan teman sebaya kami. Bertengkarnya pun karena hal yang beragam, rebutan barang misalnya, seperti remote untuk mencari chanel TV favorit masing-masing, selisih paham, beda pendapat , sifat saya yang kekanak-kanakan, atau hanya sekadar saling ledek.

Akibatnya, tak jarang kami marahan berhari-hari, bahkan pernah juga sampai berbulan-bulan, layaknya seorang musuh. Orang tua kami sepertinya sudah lelah geleng-geleng kepala dan pusing melihat kami yang rajin bertengkar.

Tapi, itu kan dulu. Saya sendiri sadar kenapa saya bertengkar dengan kakak saya. Mempunyai saudara adalah mempunyai saingan. Ya, tak jarang saya dibanding-bandingkan dengan kakak saya, bahkan dengan sepupu-sepupu saya juga. Saya secara pribadi tidak suka dengan hal tersebut.

Di samping itu, karena umur saya masih belia, barangkali kemampuan menghargai perasaan orang lain yang saya miliki masih belum berkembang, juga kemampuan untuk mengalah dan berkompromi dengan masalah yang ada. Hal yang sama juga barangkali terjadi terhadap kakak saya.

Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia kami, pertengkaran kami surut dengan sendirinya. Semakin dewasa, sepertinya kemampuan-kemampuan yang saya sebut tadi juga semakin berkembang. Namun, jika pertengkaran kami surut apakah berarti hubungan kami juga membaik? Ya, bisa dikatakan baik, dalam artian tidak ada pertengkaran, namun hubungan kami sejatinya jauh sekali. Kami tidak pernah lagi saling berkomunikasi. Pernah memang, tapi jarang. Kami cenderung tidak berkomunikasi untuk menghindari pertengkaran, untuk menghindari masalah, apalagi misalnya suasana di keluarga juga sedang panas. Bedik ngomong, bedik pelih, begitu kata pepatah Bali.

Saya mengerti bahwa pertengkaran dalam persaudaraan adalah sebuah hal yang mutlak. Saudara di keluarga mana pun pasti akan bertengkar. Adakah saudara di luar sana yang tidak pernah bertengkar? Tidak ada. Semua pernah memiliki pengalaman bertengkar. Tidak ada satu pun saudara yang bebas dari pengalaman bertengkar. Kalau dipikir-pikir lagi, bertengkar justru sengaja diciptakan Tuhan untuk tujuan tertentu.

Lalu apakah perenungan ini sudah bisa menjawab pertanyaan yang saya dapatkan di awal tadi? “Bagaimana perasaanmu saat kakak perempuanmu menikah?” Hhhhmmm saya rasa masih belum.

Perasaan terhadap Kakak

Karena menyangkut perasaan, tentu akan ada pertanyaan seperti “Apakah kamu sayang dengan kakakmu?”

Jujur, saya sendiri sayang sekali dengan kakak saya. Itulah kenapa saya sering mengusilinya, mencari perhatiannya dengan hal-hal konyol dan lain-lain. Ya, atas dasar sayang.

Saya selalu bangga mengakuinya sebagai kakak. Saya selalu bangga mempunyai kakak yang cantik, meski pada akhirnya yang saya dapat adalah ledekan karena wajah kakak saya dengan saya tidak ada miripnya, bak langit dan bumi. Kakak saya memang terlahir cantik, saya sialnya terlahir kurang tampan, mendekati jelek. Tapi saya tidak terlalu memusingkan ledekan-ledekan macam itu. Cuma ledekan bercanda, tak ada seriusnya. Hal yang sudah biasa terjadi dalam sebuah pertemanan.

Selain itu, saya juga bangga menceritakan ke teman-teman saya bahwa kakak saya berbakat, tentang bakatnya menjadi MC sampai menjadi juara di perlombaan, tentang pengalamannya menjadi penari dalam sendratari pawai ogoh-ogoh, tentang pengalamannya terlibat dalam lomba baris berbaris sampai menjadi juara, dan masih banyak lagi. Cukup saya katakana saya bangga dengan semua itu, meski kemudian berakhir juga dengan ledekan bercandaan teman-teman saya yang mengatai saya tak bisa apa-apa.

Namun, di satu sisi, memang benci dulu pernah ada karena pertengkaran yang berlarut dengan marahan selama berbulan-bulan, tapi seiring berjalanya waktu benci itu memang sudah memudar, tapi yang terjadi selanjutnya saya dan kakak saya seperti canggung untuk berinteraksi, untuk mengobrol, untuk menyapa, atau hanya untuk jalan bareng.

Bagaimana Perasaan Ketika Kakak Menikah?

Nah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan ini berdasarkan dua renungan saya di atas. Jika nanti ada lagi yang bertanya demikian, saya akan menjawab dengan tegas “Saya senang, dan saya sedih”

Saya bahagia, ia akan melangsungkan pernikahan dengan orang yang ia pilih, laki-laki polos dan lugu yang asing dengan rokok dan kekerasan, yang saya yakini bisa membuatnya bahagia setelah kisah cintanya selama kurang lebih delapan tahun dalam status pacaran. Sebagai saudara memang sepantasnya saya bahagia. Sudah wajibnya saya mendukung kebahagian kakak saya sendiri.

Saya bersedih, karena ternyata saya sedikit menyesal. Aya menyesal karena ternyata hari-hari yang saya lalui dengan kakak saya hanya diwarnai sebuah pertengkaran. Saya merasa sedikit sekali memiliki kenangan indah bersama kakak saya, sepertinya juga hampir tak bisa dingat, kecuali pertengkaran-pertengkaran kami, dan saat kakak saya akan menikah, ia akan dimiliki sepenuhnya oleh suami dan keluarga suaminya, sementara saya merasa saya belum bisa menjadi adik yang baik dan berguna.

Keinginan untuk memiliki hubungan lebih dekat tentu ada, selalu bersama meski saling mengejek, karena menurut saya lebih baik berisik karena bertengkar ketimbang damai tapi berpisah. Berpisah selain karena jarak, juga karena saling tidak mau menyapa dan bergaul karena membenci satu sama lain. Waktu memang membawa perubahan. Pertengkaran yang sudah lama berlalu kerap membuat saya rindu masa-masa menggelikan itu. Meski menyebalkan, keberadaan kakak saya juga terkadang saya rindukan.

Teruntuk kakak saya, maaf karena saya belum menjadi adik yang baik. Saya berharap pertengkaran yang kita lalui selama ini bisa menjadi bekal hidup untuk menghadapi masalah-masalah yang akan nanti, entah apa, entah kapan. Saya bahagia kakak menikah, dan saya sedih juga kakak menikah. (T)

Tags: cintakasihkemanusiaanperasaanpersaudaraan
Julio Saputra

Julio Saputra

Mahasiswa jurusan Bahasa Inggris Undiksha, Singaraja. Punya kesukaan menulis status galau di media sosial. Pemain teater yang aktif bergaul di Komunitas Mahima

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Berpose bersama tim Bumi Bajra sebelum pulang ke Bali
Perjalanan

Laporan Pentas “The Seen and Unseen” dari Australia [4] – Pentas Terakhir Sebelum Pulang

BACA JUGA: Laporan Pentas “The Seen and Unseen” dari Australia – Hari Pertama, Pesta Kecil di TamanLaporan Pentas “The ...

March 5, 2020
Esai

Kelelahan & Kematian

“Orang mati, bukanlah karena sungai yang deras dan punya jeram-jeram terjal atau pesawat terbang dalam sekapan badai, orang mati karena ...

May 11, 2019
Ilustrasi Nana Partha
Esai

Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi pada Masa Pandemi Covid 19

            Pandemi Covid 19 telah mengubah tatanan kehidupan. Perubahan juga terjadi pada proses pembelajaran. Selama pandemi Covid 19 pembelajaran tatap ...

February 11, 2021
Foto: Mursal Buyung
Opini

Pancasila di Tanah Dewata dan Bali yang Tak Akan ke Mana-mana…

BAGI masyarakat adat atau pakraman di Bali, tanah (baca: pertiwi atau wewidangan) itu “berjiwa”. Karena “berjiwa”, maka tanah diyakini memiliki ...

February 2, 2018
Ilustrasi: IB Pandit Parastu
Opini

Pesan Toleransi dari Dapur dan Toilet Umum

Bayangkan sebuah hutan hujan tropis dengan vegetasi yang hanya terdiri dari satu jenis pohon, atau sebuah partitur musik yang notasinya ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Dr. I. Made Pria Dharsana. SH. M.Hum
Opini

Hilangnya Peran Notaris Dalam Pendirian PT UMKM

by I Made Pria Dharsana
February 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1413) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (478) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In