21 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan
Foto: Eka

Foto: Eka

Pameran TRIP – Jejak Perupa Muda di Medan Seni Rupa

Eka Prasetya by Eka Prasetya
February 2, 2018
in Ulasan
67
SHARES

PINTU besi itu terlihat mencolok. Pintu besi berkarat itu benar-benar menonjol. Saat memasuki galeri pameran Bentara Budaya Bali, pintu besi itu langsung menarik perhatian.

Sepintas, jika dilihat dari kejauhan, tak ada yang istimewa dengan pintu itu. Hanya tiga buah pintu besi karatan setinggi 2,5 meter, yang dihadirkan sebagai sebuah seni instalasi. Namun saat dilihat dari dekat, terlihat ada ukiran aksara Bali.

pameran trip2“Om bhur bhuwah swah, tat sawitur warenam. Bargo dewasya dimahi, diyo yo nah pracodayat”. Demikian tulisan pada salah satu pintu besi itu. Dari tiga pintu besi itu, masing-masing pintu diukir dua bait mantram puja tri sandhya.

Pintu besi dengan ukiran puja tri sandhya itu merupakan salah satu seni buah karya Nyoman Suyadnya, yang dipamerkan di Bentara Budaya Bali, dalam pameran bertajuk “Trip” yang akan berlangsung hingga Rabu, 3 Agustus.

Karya milik Nyoman Suyadnya itu berjudul Ruang Dalam (tiga panel plat besi 100×250 cm. 2010). Suyadnya seolah ingin berdialog dengan Sang Pencipta lewat karyanya. Ia ingin menyampaikan kisah perjalanannya sebagai seorang perupa, yang tak lepas dari iringan doa kepada Tuhan. Pintu besi berkarat sekaligus menjadi perlambang bahwa Tuhan telah menyediakan jalan bagi seseorang untuk maju, meski wujudnya tak terlalu menarik.

Karya Ruang Dalam itu adalah satu dari lebih dari 30 karya yang dipamerkan dalam pameran tersebut. Total ada 18 orang perupa muda Bali yang tergabung dalam Bali Emerging Artist yang ikut ambil bagian dalam pameran tersebut.

Mereka yang ikut ambil bagian dalam pameran adalah I Gede Jaya Putra alias Dekde, I Gede Sugiada alias Anduk, I Komang Trisno Adi Wirawan, I Made Agus Darmika, I Made Putra Indrawan alias D’Awan, I Made Suartama alias Bijal, I Nyoman Suarnata alias Rako, I Putu Aan Juniartha, I Putu Adi Suanjaya “Kencut”, I Wayan Sudarsana, IB Komang Sindu Putra, Kadek Jefri Wibowo, Made Pande Giri Ananda, Ngakan Putu Agus Arta Wijaya, Nyoman Suyadnya, Putu Sastra Wibawa, Rio Saren, dan Widhi Kertiya Semadi.

Bukan hanya karya Suyadnya yang menarik. Karya instalasi milik Rio Saren juga menarik. Rio menghadirkan lebih dari seratus buah artefak karyanya ke dalam ruang pameran. Artefak karya itu ditata dalam ruangan khusus berukuran 2×3 meter. “Seni instalasi itu diberi judul Bring to the World. Strategi Wanen Rio Saren”.

Dalam karya instalasi itu, secara harfiah Rio menghadirkan studionya ke ruang pameran. Tape kompo mengalun memutar lagu-lagu dari radio Bali FM ia letakkan di sudut barat laut. Televisi yang memutar siaran Kompas TV namun bisu tak bersuara, ia letakkan di sudut timur laut.

Artefak seni ia letakkan sedemikian rupa di atas meja. Belasan artefak lainnya digantung di tembok. Diantara deretan artefak yang diletakkan di atas meja, terselip sebuah botol kaca dengan gelas sloki pada bagian tutup. Botol itu berisi minuman Arak Bali.

Dua karya yang sempat dipamerkan dalam pameran tunggal “Waiting the Light” yang dilangsungkan pada Mei lalu, digantung di sisi timur ruang galeri. Sebuah koper penuh lukisan juga ia letakkan di sisi barat tembok galeri.

Rio menyatakan dirinya memang membawa studionya ke ruang pameran secara harfiah. Sebagian besar isi studionya ia boyong ke ruang pameran. Isi studio itu merupakan bagian proses perjalanan Rio sebagai seorang perupa. Artefak seni itu juga menjadi bagian dirinya untuk terus mendapat inspirasi-inspirasi karya.

Namun dari sekian banyak artefak, sebuah koper yang kemudian ia beri nama “Bring Me to the World” (cat akrilik pada koper. 65x45x21 cm. 2013), dianggap paling penting oleh Rio Saren. Koper itu menjadi wadah membawa karya-karyanya ke Bali, semasa ia sempat tinggal di Jepang beberapa tahun silam.

“Studio saya memang bagian dari perjalanan dan inspirasi saya dalam berkarya, termasuk koper itu yang jadi titik pemicu saya sebagai perupa. Saya ingin menghadirkan studio saya dalam pameran ini. Radio yang bersuara, televisi yang bisu, memang harus begitu saat saya berkarya. Termasuk arak itu juga untuk memicu saya dalam berkarya,” jelasnya seraya menyodorkan satu sloki arak Bali.

Karya-karya perupa muda Bali yang tergabung dalam Bali Emerging Artist itu memang menarik untuk dicermati. Para perupa memaknai kisah perjalanan kehidupannya sebagai perupa, dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang membuat karya baru, ada yang memamerkan karya lama, ada pula yang memboyong artefak karya mereka ke dalam ruang pameran, dan membentuk sebuah seni instalasi.

Kurator pameran I Made Susanta Dwitanaya dalam catatan kuratorialnya menyatakan, para perupa muda yang ikut ambil bagian dalam pameran, berusaha menampilkan kisah perjalanan mereka saat berjuang pada medan seni rupa. Kisah perjalanan mereka terekam pada catatan, artefak, sketsa, serta catatan harian.

“Pameran ini sangat penting bagi kita dan mereka. Bisa saja dari pameran ini kita bisa membaca kemungkinan estetik apa lagi yang akan mereka tawarkan di dunia kesenian. Karena sebagai perupa muda, jalan mereka di jalur kesenian masih sangat panjang,” kata Susanta. (T)

Tags: PameranSeniSeni Rupa
Eka Prasetya

Eka Prasetya

Menjadi wartawan sejak SMA. Suka menulis berita kisah di dunia olahraga dan kebudayaan. Tinggal di Singaraja, indekost di Denpasar

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Ilustrasi foto: Mursal Buyung
Esai

Idulfitri yang Berbeda & Kepura-puraan Kita

Seorang awam sepertiku, bisa merampungkan puasa Ramadan sebulan penuh—tentu atas izin-Nya—dengan susah payah, adalah sebuah prestasi yang sangat menggembirakan. Ya, ...

May 23, 2020
Gus Bass [Foto dokumentasi penulis]
Esai

Gus Bass, Bumbu Sate dan Tempe | Catatan Orang Tua tentang Menu untuk Anak

Sejak mengenal makanan berupa nasi, Gus Bass tidak mau kalau makan dengan lauk beragam. Cukup satu jenis lauk saja. Satu ...

January 17, 2021
Foto: FB/Wayan Gde Yudane
Esai

Musik Fusion – Sejumlah Pertanyaan Sejumlah Jawaban

It is better to make a piece of music than to perform one, better to perform one than to listen ...

February 2, 2018
ILustari tatkala.co | Nana Partha
Esai

Para Pemuja, Kegelapan dan Mimpi

Jñana. Sederhananya berarti pengetahuan. Orang yang berhasil memahaminya, konon akan terlepas dari suka dan duka. Memahami Jñana bukanlah persoalan mudah. ...

December 14, 2020
Obrolan di Atas Sampan Menuju Nusa Lembongan. Sumber foto: warnahiduptashya.com
Opini

“Basa Nosa”, Bahasa Bali Dialek Nusa Penida yang Mirip Dialek Bali Aga?

Nusa Penida (NP) memiliki bahasa yang khas. Masyarakat NP lumrah menyebutnya dengan istilah “Basa Nosa”. Basa Nosa merupakan bahasa Bali ...

May 17, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Foto : Dok. Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan
Acara

Lomba Tari Bali dan Lomba Busana | Festival Budaya XI Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan

by tatkala
January 20, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Bangli Abad XII | Dan Potensi Masa Kini

by IGA Darma Putra
January 20, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1352) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (3) Khas (309) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In