KEDAI TUA JALAN KAKATUA
Di ujung belokan tajam jalan menuju pulang
Nampak merona apel-apel marah
Kawan si apel malang
Perlahan-lahan rayu pandang
Mengarah hilang matahari
Paksa langkah bulu-bulu kaki
Peluk terotoar ompong yang penuh daki
Di ujung belokan tajam jalan menuju hilang
Nampak meronta-ronta
Anggur kawanan penghibur
Menanti di arah datang matahari
Terbuai hangat selimut dan semangkok bubur
Yang dibawa pulang
Menuju syukur
ARUS COKELAT
Di celah-celah
Mengalir air kata
Engkau tidak pulang
Kata air
Aliran air kata
Bergulir
Lagi-lagi engkau tiada datang
Aliran air kata
Kata air
Datang bergilir
Menyambut hatinya yang terkilir
Menantang takdir
BIRU JINGGA
Kilat cahaya cantik
Lepas dari pelukan atmosfer
Menuju mata hatimu
Sembunyikan matahari
Di balik langit yang malu
Sepasang bola asin
Menerawang di balik karang
Pastikan udang dan cumi
Berkomunikasi bisu
Berkisahkan pilar bumi angkuh
Perlahan meluruh
SARASVATI
Di tengah danau
Pemburu nectar
Kecup teratai
Tarik gerak matahari
Menuju senja – Nya
PONDOK -PONDOK BAMBU
Perayaan-perayaan hari
Menyambut awal rotasi
Kaki-kaki asap
Ber-guyub menuju timur
Membuka tatapan sinis
Merobek kantung presipitasi hasil muson barat
Lahirkan tanda-tanda
Menyambut akhir menuju seduh
Campuran ramuan-ramuan
Nelangsa dan niscaya
Kedalam cangkir-cangkir pikir
Perhelatan tamu pondok
Penulis: Ira Apryanthi
Editor: Adnyana Ole
[][] Klik untuk BACA puisi-puisi lain