SEKITAR 130 lukisan memperlihatkan permainan warna, imajinasi dan intusisi yang segar dan bernas dalam Pameran Lukisan Anak-anak Buleleng Tahun 2025 di Gedung Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT), Jalan A. Yani Singaraja, Sabtu, 8 Maret 2025..
Lukisan-lukisan itu dibuat oleh 18 anak yang usianya ada pasa kisaran 6 sampai 11 tahun. Acara itu diselanggarakan oleh Rumah Seni Dewi Sri dengan tajuk “Magical Colors”. Setiap anak, memiliki kesempatan memamerkan delapan lukisan dan memberi bandrol lukisan itu dengan harga yang sesuai.
“Untuk pertama kalinya kami menyelenggarakan kegiatan pameran ini dengan mengusung tema Magical Colors yang kami maksud dengan warna-warni ajaib yang murni dari goresan tangan anak-anak ini atau seniman-seniman cilik kita ini,” kata Dewi Sri selaku tutor Rumah Seni Dewi Sri.
Pameran itu setidaknya menjadi satu ruang ekspresi untuk anak-anak dalam berimajinasi dengan warna pada kanvas, dan memamerkannya di PLUT. Ada banyak orang yang datang dan menonton pameran yang diadakan di lantai satu dan lantai dua Gedung PLUT.

Abimmanyu bersama pengunjung di depan lukisannya berjudul “Cat” yang lunas terjual | foto Adit
Dewi Sri selaku tutor menjelaskan pameran ini memiliki tujuan penting bagi anak-anaknya di Rumah Dewi Sri, tempat belajar mereka dalam hal melukis. Pertama, agar dapat mempublikasikan hasil para seniman-seniman cilik dari Buleleng ke khalayak lebih luas.
Kedua, seniman-seniman cilik ini dapat menginspirasi anak-anak lain untuk berkarya dan mengekspresikan bakat serta kemampuan seni mereka.
Kemudian yang ketiga, mengajarkan anak-anak sejak dini untuk bekerja dengan serius dan mengembangkan jiwa entrepreneur atau wirausaha melalui lukisan—melalui hobi melukis.
Pameran lukisan ini dirancang betul untuk memantik minat anak-anak pada dunia seni terutama seni lukis. Seperti pada Abimmanyu salah satunya. Umur Abimmanyu 11 tahun. Tapi soal menggambar, ia tergolong matang. Ia menggambar sejak berumur enam tahun, dan satu bulan yang lalu ia bergabung dengan Rumah Seni Dewi.

Pengunjung berpose di depan lukisan Abigail yang berjudul “Alien and Astronot” | Foto : Son

Seorang pelukis sedang berdiri di depan lukisannya berjudul “Colourful Emotion” | Foto: Son
Setelah satu bulan melukis dan dipamerkan, dan mendapat kunjungan dari penggemar lukisan, baik lokal maupun mancaranegara, juga dikunjungi para pejabat, Abimmanyu merasakan kepuasan tersendiri dan terpantik untuk terus melukis.
Biasanya, Abimmanyu hanya menggambar di kertas dengan krayon, sesekali juga ia menggambar di tembok rumahnya. “Saya senang menggambar Pura, pemandangan dan binatang-binatang,” kata Abimmanyu menceritakan kesukaannya dalam menggambar.
Di lantai satu, lukisan Abimmanyu berdiri dengan judul “Pura Ulun Danu Beratan”, menyambut pengunjung yang datang.
Bermain dengan Imajinasi, dengan Intuisi
Lukisan itu mempresentasikan alam dan manusia: Pura Ulun Danu Beratan, melambangkan keseimbangan antara alam dan manusia. Secara lokasi, Pura ini terletak di tepi Danau Beratan, yang merupakan sumber air dan kehidupan orang-orang di sekitarnya.
Di lukisan itu, pewarnaan menjadi kekuatan Abimmanyu pada lukisannya sehingga timbul kesan abstrak. Hal itu juga terlihat pada lukisannya yang berjudul “Ikan Koi” dari oil on canvas.
Di pameran, setidaknya ada empat lukisannya terjual lunas, antara lain; “Cat”, “Lady in The Moon”, “Ikan Koi” dan “Dewa Siwa”.

Istri Bupati Buleleng, Wardhany Sutjidra, sedang sambutan, mengapresiasi pameran penuh suka cita | Foto: Son

Para seniman anak-anak sedang berfoto bersama di acara pembukaan pameran | Foto: Son
Sementara Abigail, bocah berumur enam tahun itu—mengekspose kesenangan dirinya dengan gambar yang lebih terlihat kuat secara bentuk. Abigail terlihat pemalu di pameran, tetapi dalam lukisannya, imajinasi Abigail justru cukup liar. Keliaran itu tertumpahkan di kanvas.
Seperti pada lukisannya yang berjudul “Alien dan Astronot” yang sedang berteman. “Mereka ceritanya bersahabat di planet lain,” kata Abigail.
Secara intuitif, Abigail menggambarkan satu keharmonisan yang cukup kuat dengan simbol love di antara Alien dan Astronot yang sedang mengacungkan dua jari masing-masing sebagai simbol peace.
Di sana, imajinasi Abigail termanifestasikan cukup baik, sehingga lukisan sederhananya itu terkesan jadi lebih kuat secara gagasan. Bahkan, pada lukisannya yang berjudul “ROOOARR”—yang dibandrol tiga juta rupiah itu, juga memiliki makna cukup dalam.

Dua orang setia di pameran sedang berfose di lukisan Abimmanyu dengan judul “Ikan Koi” | Foto: Son

Abigail (kanan) tampak malu-malu di hadapan kamera | Foto: Son
Ada simbol-simbol yang dimainkan Abigail di dalam lukisannya. Seekor kucing hamil, dengan perutnya yang sedang mangap dan giginya yang runcing. Kemudian ada anak kucing lagi di perut kucing yang mangap itu.
Barangkali Abigail hendak mengatakan sesuatu yang penting tetang rahim dari betina kucing yang sedang hamil itu. Berikut adalah makna dari lukisan Abigial yang saya kutip dari lukisannya berjudul “ROOOARR” itu:
“Didalam hidupku yang indah, ada juga calon kehidupan baru yang akan segera lahir..lucu dan imut”
Di pameran lukisan itu, setidaknya mereka tidak sekadar menyaksikan lukisan mereka laku terjual. Tetapi lebih penting lagi, mereka benar-benar telah belajar bagaimana perasaan tumpah pada kanvas, sangat dalam. Penuh arti. [T]
Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Adnyana Ole