SAAT mendengar kata wisata, yang terbayang dalam benak orang adalah perjalanan ke satu destinasi wisata untuk bersuka-cita. Berwisata karenanya identik dengan menikmati pemandangan indah di pegunungan, bermain ombak di pantai, atau bercanda di taman rekreasi.
Ternyata tak sekadar itu. Berwisata juga bisa berdimensi religi dan spiritual. Itulah wisata ziarah. Perjalanan yang bertujuan untuk mengunjungi tempat-tempat suci atau bersejarah yang memiliki nilai spiritual atau religius.
Wisata ziarah merupakan perjalanan ke lokasi-lokasi yang dianggap memiliki nilai dan kepercayaan tertentu, seperti situs bersejarah, makam tokoh agama, dan tempat yang memiliki kekuatan spiritual. Indonesia memiliki wisata ziarah di berbagai daerah, seperti makam Walisongo.
Kegiatan wisata ziarah hampir sama dengan wisata religi. Wisata ziarah sering melibatkan unsur doa, meditasi, atau ritual khusus yang berhubungan dengan tempat suci. Sedangkan wisata religi lebih bersifat umum, mencakup kunjungan ke berbagai situs yang memiliki nilai religius, termasuk tempat-tempat suci, gereja, masjid, kuil, atau bahkan museum dan pusat pendidikan yang berhubungan dengan agama.
Wisata religi melibatkan tidak hanya aspek spiritual, tetapi juga unsur budaya, sejarah, dan pendidikan agama. Sebagai contoh, mengunjungi Gereja Santo Petrus di Vatikan, masjid-masjid bersejarah di Timur Tengah, atau kuil-kuil besar di Asia.
Mengharap Berkah
Salah satu tujuan utama dari wisata ziarah adalah mencari berkah. Dalam konteks ini, berkah yang diharapkan seringkali mengacu pada manfaat spiritual, religius, dan kadang-kadang juga material yang diharapkan diperoleh dari perjalanan ke tempat-tempat suci atau religius.
Bermacam berkah diharapkan, tergantung motivasi wisatawan. Banyak peziarah melakukan perjalanan ke situs-situs suci untuk meningkatkan kedekatan mereka dengan Tuhan atau kekuatan spiritual yang mereka percayai. Mereka berharap bahwa ziarah akan membawa lebih dekat pada pengalaman religius yang mendalam.
Melalui ziarah ke tempat suci, wisatawan memohon berkah, perlindungan, atau jawaban atas doa-doa mereka. Mereka percaya bahwa doa yang dilakukan di tempat-tempat suci memiliki kekuatan spiritual yang lebih besar.
Lokasi wisata ziarah banyak dipercaya oleh wisatawan sebagai tempat membersihkan diri secara spiritual. Ada pula yang percaya bahwa wisata ziarah dapat membawa berkah bagi penyembuhan dan pemulihan secara fisik maupun emosional.
Bukan hanya itu, lokasi wisata ziarah juga dipercaya membawa berkah material, seperti keberuntungan, rezeki, dan kesuksesan dalam usaha bisnis. Semua tergantung pada motivasi dan lokasi wisata ziarah. Tidak semua wisatawan bertujuan mencari berkah material; dan tidak semua lokasi wisata ziarah dipercaya membawa berkah material.
Potensi dan Kendala
Destinasi wisata ziarah di Indonesia sangat banyak, baik berdasarkan latar belakang sejarah maupun agama. Makam para wali yang menyebarkan Islam di Jawa, seperti Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Bonang sering dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah untuk berdoa dan menghormati para wali.
Wisata ziarah bagi umat Kristiani dilakukan di berbagai gereja yang memiliki nilai sejarah maupun disain arsitekturnya yang menarik, seperti Gereja Katedral Jakarta dan Gereja Santa Maria di Surabaya. Selain gereja, banyak pula gua yang menjadi tujuan wisata ziarah bagi umat Kristen, misalnya Gua Maria Mojosongo di Surakarta.
Umat Hindu dan Budha memiliki destinasi wisata ziarah candi Prambanan dan candi Borobudur. Selain candi Prambanan, umat Hindu juga memiliki objek wisata ziarah di Jawa Tengah, seperti candi Sukuh dan candi Cetho di Kabupaten Karanganyar. Sedangkan candi Borobudur merupakan situs Buddhist terbesar di dunia yang banyak dikunjungi wisatawan.
Wisata ziarah yang sudah populer memang banyak dikunjungi wisatawan. Akan tetapi masih banyak pula objek wisata ziarah di daerah yang kurang berkembang karena keterbatasan aksesibilitasnya. Kendala amenitas atau fasilitas umum juga kerap dijumpai objek wisata ziarah di daerah.
Kendala pengembangan wisata ziarah di daerah acapkali berkaitan dengan pendanaan untuk konservasi. Dana perawatan situs wisata ziarah dari pemerintah daerah sangat kecil. Sedangkan perilaku wisatawan kadang mengancam kerusakan situs wisata ziarah yang bernilai sejarah dan budaya tinggi.
Sebaliknya, komersialisasi objek wisata ziarah juga berdampak buruk. Komersialisasi yang berlebihan dapat mengubah karakter budaya dan spiritual dari situs ziarah, serta merusak orisinalitas tradisi masyarakat setempat. Kesakralan objek wisata ziarah akan berkurang ketika banyak pungutan yang dilakukan kepada wisatawan.
Promosi dan masalah sumber daya manusia (SDM) menjadi kendala pula dalam pengembangan wisata ziarah di daerah. Banyak objek wisata ziarah di daerah yang berkembang tanpa didukung oleh promosi yang maksimal.
Begitu pun dengan keterampilan SDM objek wisata ziarah. Diperlukan pemandu wisata yang terampil untuk menjelaskan serta menarasikan objek wisata ziarah secara baik dan benar. Sehingga wisatawan berkunjung bukan hanya melakukan aktivitas spiritual, namun juga mendapat informasi lengkap tentang objek wisata ziarah itu.
Pada dasarnya, sebagian wisatawan berziarah untuk mendapatkan berkah. Bukan fasilitas maupun pelayanan mewah. Karenanya perlu dijaga kelestarian dan kesakralan objek wisata ziarah. Agar tetap punya marwah. [T]
BACA artikel lain dari penulis CHUSMERU