PARIWISATA menjadi sektor yang paling sensitif terhadap bencana alam, musibah, dan isu-isu keamanan. Banyak kasus membuktikan, ketika satu destinasi wisata tertimpa bencana akan berdampak besar terhadap angka kunjungan wisatawan dan pendapatan negara.
Banjir bandang yang melanda Spanyol belum lama ini berdampak serius terhadap sektor pariwisatanya. Ratusan nyawa melayang dan infrastruktur kota menjadi porak-poranda. Wisatawan tentu saja membatalkan kunjungan ke negara itu.
Bencana dan cuaca ekstrem acapkali mendorong wisatawan untuk mempertimbangkan kembali rencana perjalanan mereka. Salah satu faktor pertimbangan mereka adalah keselamatan. Menurut World Travel Market sebagaimana diungkap The Independent, sebanyak 29% wisatawan menghindari destinasi tertentu karena kekhawatiran terhadap cuaca ekstrem (traveldetik.com, 11/11/2024).
Indonesia sering ditimpa bencana dan musibah yang berdampak pada lesunya industri pariwisata. Itu semua lantaran Indonesia merupakan negara yang luas dengan potensi alam yang berisiko menimbulkan bencana. Curah hujan yang tinggi akan cepat menyebabkan banjir. Tsunami mengancam sebagian besar pantai. Gunung berapi begitu banyak yang masih aktif, dan dapat meletus setiap saat.
Erupsi Gunung Agung di Bali yang terjadi pada tahun 2017 misalnya, telah berdampak luar biasa terhadap industri pariwisata Tanah Air. Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai ditutup untuk sementara waktu. Itu berarti terhentinya kedatangan wisatawan dari serta menuju Bali. Sejumlah maskapai penerbangan asing menunda penerbangan ke Bali.
Dikutip dari berbagai sumber, erupsi Gunung Agung bukan hanya berdampak pada lingkungan, namun juga membawa implikasi ekonomi yang serius. Kerugian ekonomi dari sektor pariwisata menyentuh angka 11 triliun rupiah. Kunjungan wisatawan mancanegara mengalami penurunan sebesar 4,54 persen.
Kasus terbaru adalah meletusnya Gunung Lewotobi Laki-Laki di Nusa Tenggara Timur pada 3 November 2024. Dampaknya, Bandara Internasional Komodo di Labuhan Bajo ditutup. Angka hunian kamar hotel langsung anjlok drastis. Wisatawan pun harus menggunakan jalur laut untuk menuju Lombok dan Bali, lantaran Bandara di Bali pun menunda beberapa rute penerbangannya.
Penanganan Jangka Pendek
Bencana alam dan musibah memang sulit untuk diprediksi, bisa terjadi kapan saja. Oleh sebab itu diperlukan manajemen penanganan bencana di setiap daerah yang memiliki destinasi wisata. Tujuan utamanya adalah meminimalisasi terjadinya korban jiwa. Apalagi korban jiwa yang menimpa wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Manajemen penanganan bencana di suatu destinasi wisata acapkali dilakukan pasca terjadinya bencana. Padahal jika orientasinya adalah menyelematkan jiwa wisatawan, maka manajemen penanganan bencana juga harus dilakukan sebelum terjadinya bencana.
Penanganan pasca bencana dapat dilakukan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Rekonstruksi fisik di destinasi wisata merupakan tahapan penting dalam jangka pendek. Seluruh infrastuktur, sarana dan prasarana pariwisata secepatnya dilakukan perbaikan, agar dapat dimanfaatkan kembali oleh wisatawan.
Dampak bencana alam akan merambah pada bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Jasa transportasi terhambat. Pelayanan kepada wisatawan juga terganggu. Begitu pula dengan aktivitas seni dan budaya yang terhenti. Maka tahap penanganan bencana selanjutnya adalah melakukan rehabilitasi berbagai sektor pendukung pariwisata yang terdampak.
Sinergi perlu dibangun secepatnya dengan berbagai pemangku kepentingan pariwisata. Proyek pencitraan (imaging project) pasca bencana harus segera dilakukan. Pencitraan bertujuan untuk menciptakan kesan aman dan nyaman destinasi wisata, sehingga siap untuk dikunjungi pasca bencana.
Langkah penting jangka pendek selanjutnya adalah program promosi wisata secara masif. Sektor akomodasi, transportasi, restoran, dan objek wisata secara bersamaan memberikan potongan harga dan cinderamata kepada wisatawan yang berkunjung. Memang menimbulkan beban biaya tinggi; namun itu perlu dilakukan untuk mengundang kembali wisatawan datang pasca bencana.
Penanganan Jangka Panjang
Langkah penting yang perlu disiapkan dalam jangka panjang adalah membuat sistem manajemen penaganan bencana (disaster management system) di destinasi wisata. Apa yang harus dilakukan komponen pariwisata dan wisatawan saat terjadi bencana. Siapa saja yang perlu bersinergi dalam handling tourist.
Jangan sampai terjadi, saat bencana melanda suatu destinasi, wisatawan terlantar lantaran tidak ada yang menghandel. Bantuan terlambat datang. Kondisi ini akan berdampak pada persepsi pasar wisata yang menganggap manajemen penanganan bencana sangat buruk, sehingga membuat wisatawan tidak mau lagi berkunjung.
Mengutip dari Kompas.com (14/11/2024), sejumlah wisatawan Australia mengeluh di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali karena pembatalan sejumlah penerbangan ke negara asalnya akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. Mereka tidak mendapat informasi yang baik terkait kepastian penjadwalan ulang penerbangan maupun refund tiket pesawat.
Sesungguhnya manajemen pencegahan dan penanganan bencana di sektor pariwisata secara sistemik sangat diperlukan sebagai salah satu upaya mitigasi bencana. Itu semua karena pariwisata adalah satu sistem yang melibatkan pemerintah, industri pariwisata, dan wisatawan.
Manajemen informasi kebencanaan, misalnya, harus selalu terkoordinasi dan terbarukan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh pihak terkait lainnya agar informasi kepada masyarakat dapat tersampaikan dengan optimal. Kalangan industri pariwisata harus memiliki sistem informasi yang terkoneksi dengan lembaga-lembaga terkait cuaca dan kebencanaan. Sehingga, ketika ada informasi awal tentang buruknya cuaca, mereka dapat menginformasikan kepada wisatawan.
Panduan tentang hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi bencana di destinasi wisata perlu dibuat. Wisatawan diharapkan menaati informasi yang disampaikan pemerintah terkait bahaya cuaca, maupun imbauan untuk menghindari destinasi yang rawan bencana. Pengelola objek wisata dapat saja menutup atau menghentikan operasionalnya jika memang ada peringatan dini kebencanaan dari sumber yang kredibel dan akurat.
Manajemen penangan bencana di destinasi wisata bukan hanya bertujuan mencegah kerusakan sarana dan prasarana. Lebih dari itu, menghindari jatuhnya korban jiwa wisatawan. Sebab, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan adalah hak dasar wisatawan. [T]
BACA artikel lain dari penulis CHUSMERU