DUA minggu telah berlalu sejak berakhirnya the 2nd Indonesia-Africa Forum (IAF) 2024 di Nusa Dua, Bali, namun gaungnya masih terasa hingga kini. Forum yang menghadirkan lebih dari 1400 delegasi dari 29 negara ini menjadi momentum penting dalam perkembangan hubungan Indonesia-Afrika.
Kehadiran para kepala negara, menteri, pengusaha, dan akademisi mencerminkan luasnya cakupan dan potensi kerjasama yang dibahas. Namun, di balik kesuksesan penyelenggaraan acara, muncul pertanyaan penting: seberapa jauh forum ini benar-benar memperkuat kemitraan Indonesia-Afrika? Artikel ini hadir sebagai respons atas kebutuhan mendesak untuk memahami hasil konkret, tantangan implementasi, dan prospek jangka panjang dari pertemuan bersejarah ini.
Hasil Konkret
Forum yang berlangsung pada 1-3 September 2024 lalu, mengusung tema “Bandung Spirit for Africa’s Agenda 2063,” telah menghasilkan sejumlah kesepakatan strategis yang berpotensi mengubah wajah kerjasama Indonesia-Afrika. Tercapai setidaknya 32 kesepakatan bisnis dengan nilai total lebih dari USD 3,5 miliar, didalamnya meliputi sektor industri strategis, Kesehatan, dan Energi Baru Terbarukan (EBT). Termasuk pula Ketahanan Pangan, Teknologi, dan Perbankan.
Selain itu, sekitar 40 perusahaan Indonesia berpartisipasi aktif, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). UMKM berhasil mencapai 16 kesepakatan dengan mitra dari Afrika dalam ekshibisi yang diadakan selama forum. Sebagai tambahan, ekshibisi bisnis yang diadakan selama dua hari menarik perhatian 103 perusahaan dan 139 pebisnis dari Afrika serta sekitar 350 pebisnis dari Indonesia. Ini menunjukkan bahwa IAF 2024 telah meletakkan fondasi solid bagi akselerasi kerjasama ekonomi Indonesia-Afrika yang lebih intensif dan beragam.
Di sela kegiatan, terjadi pula penandatanganan Memorandum of Cooperation (MoC) antara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk kerja sama pembangunan ke Afrika, disertai harapan akan terbukanya peluang baru untuk pertumbuhan di kedua wilayah.
Tantangan
Meski demikian, jalan menuju implementasi penuh dari kesepakatan-kesepakatan yang dicapai tidaklah mulus. Tantangan utama yang dihadapi adalah kompleksitas birokrasi dan perbedaan regulasi antar negara.
Pertimbangannya, masing-masing negara Afrika memiliki kerangka hukum dan prosedur administratif yang berbeda, yang dapat memperlambat proses realisasi investasi dan perdagangan. Oleh sebab itu diperlukan upaya ekstra dari kedua belah pihak untuk menyederhanakan prosedur dan menciptakan kerangka regulasi yang lebih kondusif bagi kerjasama ekonomi.
Untungnya telah ada praktik baik dalam usaha mensukseskan kesepakatan yang sudah dicapai melalui peluncuran Task Force Indonesia-Mozambik antara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan bersama Menteri Sumber Daya Mineral dan Energi Mozambik Carlos Joaquim Zacarias. Task Force ini bertujuan untuk mengembangkan kerja sama di sektor tambang, infrastruktur transportasi, kesehatan, dan perikanan. Mengutip pepatah orang Padang, “Baraja ka nan manang, mancontoh ka nan sudah” artinya praktik baik ini patut dijadikan contoh untuk memastikan bahwa implementasi semua kesepakatan bebas dari kendala apapun.
Tantangan lain yang perlu diantisipasi adalah potensi ketidakstabilan politik dan ekonomi di beberapa negara Afrika. Volatilitas ini dapat mengganggu kontinuitas kerja sama jangka panjang yang telah dicanangkan dalam IAF 2024.
Alasannya, investasi dan proyek pembangunan membutuhkan kepastian hukum dan stabilitas kebijakan yang tidak selalu terjamin di negara-negara yang rawan gejolak politik. Oleh sebab itu, strategi mitigasi risiko yang komprehensif perlu diintegrasikan ke dalam setiap kesepakatan kerjasama Indonesia-Afrika, termasuk klausul force majeure yang jelas dan mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif.
Prospek
Di sisi lain, prospek jangka panjang dari IAF 2024 tetap menjanjikan, terutama jika dilihat dari sudut pandang geopolitik dan ekonomi global. Indonesia dapat semakin memantapkan posisinya sebagai jembatan antara Asia dan Afrika dalam konteks pergeseran pusat gravitasi ekonomi dunia ke Indo-Pasifik. Selain itu, kerjasama Indonesia-Afrika yang diperkuat melalui IAF 2024 dapat menjadi katalis bagi pembentukan blok ekonomi Selatan-Selatan yang lebih kuat.
Jika tantangan-tantangan jangka pendek dapat diatasi dengan baik, IAF 2024 berpotensi menjadi titik balik dalam reposisi strategis Indonesia di kancah global, memperkuat perannya sebagai kekuatan ekonomi dan diplomatik yang berpengaruh di kawasan Global South.
Evaluasi kritis terhadap penyelenggaraan IAF 2024 menghasilkan sejumlah pembelajaran berharga untuk forum-forum serupa di masa depan. Perlu adanya peningkatan inklusivitas dengan melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan, termasuk UKM dan masyarakat sipil. Dengan demikian, kerjasama bilateral dan/atau multilateral tidak boleh hanya menjadi domain pemerintah dan korporasi besar, tetapi harus membawa manfaat luas bagi seluruh lapisan masyarakat.
Bukti empiris menunjukkan bahwa forum-forum yang lebih inklusif cenderung menghasilkan dampak yang lebih berkelanjutan. Oleh karena itu, pada penyelenggaraan IAF berikutnya, perlu dirancang suatu pendekatan yang lebih partisipatif dan berorientasi pada kepentingan akar rumput yang lebih luas.
Saya amat meyakini bahwa the 2nd Indonesia-Africa Forum 2024 membawa potensi besar untuk memperkuat kemitraan strategis antara Indonesia dan negara-negara Afrika di berbagai bidang. Telah disampaikan bahwa forum ini tidak hanya menjadi ajang diplomasi tingkat tinggi, tetapi juga membuka peluang konkret bagi peningkatan kerja sama ekonomi, pertukaran sosial budaya, dan penguatan posisi politik di kancah global.
Meskipun terdapat tantangan-tantangan yang perlu diatasi, komitmen bersama yang dilandasi semangat Bandung dan visi Afrika 2063 dapat menjadi modal kuat untuk mewujudkan kemitraan yang berkelanjutan dan saling menguntungkan.
Momentum ini harus terus dijaga dan ditingkatkan melalui implementasi yang konsisten dan evaluasi berkala, demi mewujudkan visi bersama Indonesia dan Afrika dalam membangun kemakmuran di kedua kawasan. [T]
Baca artikel lain dari penulis ELPENI FITRAH
‘Adat Dunia Balas Berbalas, Adat Hidup Tolong Menolong’ dalam konteks Geopolitik Kontemporer