8 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menyeret Teks Lama ke Dalam Eksperimentasi Media Baru

Made Birus SuarbawabyMade Birus Suarbawa
August 22, 2024
inEsai
Menyeret Teks Lama ke Dalam Eksperimentasi Media Baru

Made Suarbawa | desain tatkala.co

  • Artikel ini adalah materi dalam panel diskusi “Alih Wahana Teks Lama ke Film”, serangkaian Singaraja Literary Festival (SLF), Jumat, 23 Agustus 2024, di areal Museum Buleleng, Singaraja, Bali
  • Artikel ini disiarkan atas kerjasama tatkala.co dan Singaraja Literary Festival (SLF), 23-25 Agustus 2024

***

MENDAPAT lemparan topik obrolan alih wahana teks lama ke film dari Singaraja Literary Festival (SLF) 2024, yang secara khusus menyorot Lontar Dharma Pemaculan, mengantar saya pada upaya menengok lagi ke belakang. Menengok ingatan mengenai keluarga petani yang sebagian anak-cucunya tidak lagi bertani. 

Kakek saya petani tulen, yang mengantarkan tiga anak laki-lakinya mengenyam pendidikan keguruan, dan dua diantaranya berhasil mengabdikan hidupnya sebagai guru, salah satunya adalah ayah saya. Sehingga saya lebih banyak melihat praktek-praktek hidup seorang guru sekolah dasar, dibandingkan melihat keseharian petani. Namun demikian, ladang permainan saya adalah lumpur, cacing, kodok, belut, telabah dan gorong-gorong di wilayah subak Berawantangi yang sangat luas.

Dari rumah kakek, ada satu ingatan mengenai sebuah buku tipis dan lusuh yang pernah saya temukan terselip di sunduk lumbung padi. Samar-samar dalam bayangan saya, buku itu membahas berbagai hal terkait upacara dan hari baik yang berkaitan dengan pertanian di sawah. Saya menduga, buku itu adalah sebuah panduan ringkas bagi anggota subak, yang mengutip Lontar Dharma Pemaculan dan Lontar Wariga tertentu.

Muncul kemudian pertanyaan dalam diri saya, kemana saat ini para petani anggota subak di pedesaan mengakses pengetahuan dari lontar Dharma Pemaculan dan lontar lain? Kalau langsung mengacu pada fisik lontar, tentu jumlahnya terbatas dan ada ada batasan-batasan Intelektual dan kultural yang membentenginya. Tidak semua orang memiliki kemampuan membaca teks dalam lontar dan ada ruang sakral yang terbangun dalam masyarakat awam ketika berbicara lontar, berbeda ketika kita sudah bicara buku cetakan.

Jika diperhatikan dalam praktek keseharian dalam keluarga saya, pengetahuan itu kemudian dihibahkan secara turun-temurun dan berdasarkan ingatan. Nenek saya menjadi patron bagi menantu perempuannya dalam melakukan praktek ritual di sawah. Belakangan, ketika sepupu saya mulai menggantikan ayahnya bertani di sawah, maka pengetahuan itu juga diakses dari orang tuanya, dari ingatan yang kemudian diingat-ingat dan ditanyakan lagi ketika lupa.

Ketika menentukan hari baik berupacara, masyarakat juga mengakses sumber pengetahuan dari “orang” tertentu, entah penglingsir keluarga, pemangku atau sulinggih. Jika diperhatikan para narasumber ini, akan mengakses buku, cakepan atau sebuah kalender Bali, untuk membaca penanggalan, wewaran dan perhitungan lain dalam menentukan hari baik.

Kembali lagi pada buku tipis dan lusuh di lumbung padi kakek saya. Keberadaan buku ini saya rasa menjadi penting kehadirannya sebagai sebuah “media baru”, turunan dari lontar yang telah ditranslasi dan mungkin diinterpretasi, sehingga menjadi sebuah sarana praktis dalam praktek keseharian para petani.

Alih Wahana Teks Lama Ke Film

Seperti juga buku tipis dan lusuh di atas yang ditujukan menjadi panduan praktis, alih wahana atau adaptasi suatu karya sastra, entah itu telah ditulis ratusan tahun yang lalu atau baru beberapa puluh tahun kemarin, pasti ada motif yang ingin dicapai. Motif ini yang akan menentukan pilihan media dan juga bentuk atau kemasan akhir yang dihasilkan.

Film, terutama yang diproduksi untuk bioskop, seringkali memiliki motif ekonomi yang kuat, terutama ketika cerita-ceritanya diramu dari kisah-kisah lama yang sudah akrab di benak masyarakat. Pendekatan ini memungkinkan produsen film untuk menarik perhatian penonton dengan lebih mudah, karena cerita yang sudah dikenal cenderung memiliki daya tarik yang lebih besar. Penggunaan kisah-kisah yang populer ini bukan hanya soal menghidupkan kembali cerita lama, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman yang dapat dijual dan menarik secara komersial.

Di sisi lain, film juga memiliki motif lain, seperti tujuan pendidikan. Banyak naskah dan cerita yang dikemas dalam film dengan tujuan untuk menyebarkan pengetahuan dalam bentuk yang lebih menarik dan mudah diakses oleh masyarakat. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada dorongan ekonomi yang kuat di balik produksi film, ada juga kesadaran akan peran film sebagai media pendidikan. Kita dapat melihat, tujuan akhir dari alih wahana ini, baik itu didorong oleh motif ekonomi atau pendidikan, adalah untuk mencapai jangkauan penonton yang lebih luas dan efektif.

Lalu apa motif menggali-gali naskah lama dan membicarakannya? Dengan gagah tentu saya bisa katakan ini adalah upaya mewarisi “warisan” leluhur yang luhur, yang harus dilestarikan agar tetap lestari.

Ketika menggali tentu banyak hal bisa ditemukan. Bisa saja soal luka, juga soal bahagia. Dan kerja menggali-gali ini adalah proses penting dalam pengembangan cerita film. Menggali dari sumber yang dekat dengan kita, teks lama seperti Dharma Pemaculan merupakan keniscayaan, karena itu adalah ruang hidup dan laku keseharian kita di Bali, sebagai bumi agraris, walau sebagian dari kita bekerja ngempu turis. 

Dengan menggali kebelakang, bukan berarti kita ingin terkubur. Sambil kita menulis naskah film baru yang kita cita-citakan, dalam penggalian ini kita dapat menemukan kembali nilai-nilai berharga tentang kebijaksanaan, budaya dan identitas kolektif, dan nilai-nilai estetika yang dapat kita rekonstruksi dalam eksperimentasi media baru.

Narasi Baru dalam Media Baru

Sebagai media untuk menjangkau masyarakat, karya literatur klasik maupun dalam rupa media baru, selalu berbicara mengenai kehidupan. Karena yang berkarya adalah manusia hidup, yang memiliki imajinasi dan ruang hidup, yang berinteraksi dengan dirinya, lingkungannya, dan nilai-nilai yang menjadi ideologi hidupnya.

Dalam berbagai karya, kita seringkali melihat bagaimana seniman merefleksikan kehidupan, mengajukan kritik sosial, dan mencari makna yang lebih dalam tentang jati diri, baik secara individu maupun kolektif. Refleksi yang ditampilkan seringkali merupakan cerminan dari berbagai pengalaman manusia, mulai dari masalah pribadi hingga isu-isu global. Kritik sosial juga menjadi elemen yang menyoroti ketidakadilan atau ketidaksempurnaan dalam masyarakat, sekaligus juga menawarkan perspektif alternatif dan kemungkinan-kemungkinan.

Interpretasi dan eksperimentasi merupakan kata kunci penting dalam karya film. Sebuah gagasan akan melalui berbagai ‘cobaan’ dalam setiap tahapannya, tergantung dengan siapa gagasan itu bertemu. Penulis, produser, dan sutradara memiliki motif masing-masing, isi kepala masing-masing. Mereka akan menginterpretasikan berdasarkan motif dasar dan bereksperimen untuk mencapai tujuan artistik dan mungkin juga tujuan ekonomi.

Ketika teks lama diseret dan dicemplungkan dalam wahana yang baru, maka dia tidak bisa menghindar dari proses interpretasi dan eksperimen tadi. Dia akan lahir menjadi ‘teks baru’ dalam konteks ruang dan waktu di mana dia diciptakan ulang. Yang tentu saja juga tidak bisa dilepaskan dari subteks yang ditanamkan oleh orang-orang yang ada di belakang layar. Ada pernyataan yang dititipkan dalam karya baru bernama film itu.

Dalam proses penulisan cerita dan pembuatan film, saya selalu merasa masuk dalam sebuah proses memahami diri sendiri, proses bertanya kembali, menggali lebih dalam. Karakter yang saya ciptakan, ruang hidup yang saya bangun untuknya, dan rangkaian kejadian yang saya susun, adalah sebuah perjalanan spiritual kembali ke dalam diri. Karena karya film berbicara tentang kehidupan itu sendiri. [T]

  • BACA artikel lain terkait SINGARAJA LITERARY FESTIVAL 2024
3 Tawaran Modus Penciptaan Puisi
WARṆANAWARNA : Cerita Tentang Warna dan Kemungkinan Skema Teori Warna Bali
Apa itu Gincu?
Sains & Fiksi, Puncak Kelindan Fakta dan Imajinasi
Filsafat, Jalan Ninja Ide Hebat
Khasanah Rempah, Makanan dan Obat Bagi Raga
Tags: alihwahanafilmSingaraja Literary FestivalSingaraja Literary Festival 2024teks lamateks lontar
Previous Post

3 Tawaran Modus Penciptaan Puisi

Next Post

Tentang Rambut dan Kisah-kisahnya

Made Birus Suarbawa

Made Birus Suarbawa

Nama lahir saya I Made Suarbawa dan mesin ketik adalah hadiah terindah dalam hidup saya. Bercerita dalam berbagai medium adalah cara berbagi paling menyenangkan. Tulisan, foto dan film adalah media yang sedang saya dalami dan nikmati.

Next Post
Tentang Rambut dan Kisah-kisahnya

Tentang Rambut dan Kisah-kisahnya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sastrawan Harus Miskin: Panduan Praktis Menyalahkan Negara (dan Sedikit Menyindir Masyarakat)

by Pry S.
June 8, 2025
0
Sastrawan Harus Miskin: Panduan Praktis Menyalahkan Negara (dan Sedikit Menyindir Masyarakat)

AKHIR Mei kemarin, Kompas menerbitkan sebuah feature bertajuk ‘Sastrawan Tak Bisa Menggantungkan Hidup pada Sastra.’ Liputan ini dibuka dengan narasi...

Read more

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more

Efek Peran Ganda Pemimpin Adat di Baduy

by Asep Kurnia
June 7, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

PENJELASAN serta uraian yang penulis paparkan di beberapa tulisan terdahulu cukup untuk menarik beberapa kesimpulan bahwa sebenarnya di kesukuan Baduy...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi
Persona

I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi

ISU apakah sastrawan di Indonesia bisa hidup dari sastra belakangan ini hangat diperbincangkan. Bermula dari laporan sebuah media besar yang...

by Angga Wijaya
June 8, 2025
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co