DENPASAR | TATKALA.CO — Seperti biasa, sejak PKB ke-45 resmi dibuka, di Kalangan Ansoka, Taman Budaya Bali, tak pernah sepi oleh pengunjung. Dan kali ini, pengunjung Pesta Kesenian Bali dibikin takjub oleh penampilan seniman-seniman cilik, tiga duta kesenian Gender Anak-anak, yang mengikuti Wimbakara (lomba) Gender Wayang, Sabtu (24/6/2023).
Mereka adalah Sanggar Gender Swari Laksmi, Jalan Kenyeri XIII, Duta Kabupaten Klungkung; Komunitas Seni Genta Adi Candra, Banjar Dajan Rurung Batuyang, Desa Batubulan Kangin, Kecamatan Sukawati sebagai duta Kabupaten Gianyar; dan Sanggar Candra Metu, Desa Baluk, Kecamatan Negara, Duta Kabupaten Jembrana. Masing-masing duta menampilkan tiga jenis gending (lagu), yaitu Sekar Sungsang, Pamungkah, dan Angkat-angkatan.
Seniman anak-anak itu memainkan gending-gending klasik pewayangan dengan sangat serius, layaknya seorang maestro pilih tanding. Wajar jika mereka mampu mengundang decak kagum penonton. Sebab, entah kenapa, setiap pukulan bilah gender seakan menggetarkan jiwa penonton.
Suasana lomba Gender Wayang PKB 2023 / Foto: Ist
Bahkan, seorang I Gusti Putu Sudarta, selaku koordinator juri, merasa senang dan bangga dengan penampilan anak-anak dari duta kabupaten tersebut.
Putu Sudarta mengatakan, mereka tampil sangat bagus, sehingga menginspirasi anak-anak yang lain. Mereka sudah mempersiapkan diri dengan maksimal, sehingga semua duta tampil menawan.
“Secara teknik, gegebug, dan pukul tutupannya lumayan bagus. Seumur mereka sudah mampu menampilkan teknik memainkan gender wayang secara baik, seperti permainan penabuh dewasa,” ucap Sudarta, bangga.
Menolak seragam
Penampilan seniman-seniman cilik itu semakin menarik sebab masing-masing duta menyajikan gending gender wayang yang dinamis, berbeda-beda, walau gending yang dibawakan sama. Sebut saja gending Angkat-angkatan, yang dibawakan masing-masing duta dengan ciri khas daerahnya masing-masing—mereka seolah menolak seragam.
Angkat-angkatan merupakan gending wayang untuk mengiringi perjalanan tokoh dan perjalanan pasukan, sehingga dinamikanya betul-betul digarap.
“Masing-masing kabupaten menggarap tabuh dengan gaya masing-masing. Walau gendingnya sama, tetapi masing-masing kabupaten menyajikan kakhasan tersendiri untuk membawakan lagu itu,” jelas Sudarta, dosen ISI Denpasar itu.
Tiga duta dari masing-masing kabupaten tampak bersemangat / Foto: Ist
Kabupaten Klungkung, misalnya, menampilkan gending Angkat-angkatan dengan nafas sendiri, sehingga kekhasan daerah bisa muncul dalam ajang PKB ini.
Dalam lomba ini, selain gending, penilaian mendasar dari dewan juri adalah teknik gegedik, pukulan tutupan, teknik permaian, kecanggihan mambawakan lagu dan penjiwaan sesuai dengan karakter lagu dengan kekuata tekniknya.
Dewan juri menilai penampilan kontestan berdasarkan penyatuan antara gending, tenik dan “pengrasa” (penjiwaan), tampilan gaya, dan polesan dalam penampilannya.
Menumbuhkan bibit baru
Lomba gender wayang anak-anak ini bertujuan untuk menumbuhkan bibit-bibit baru. Mengingat, gender wayang ini termasuk karawitan kuno, gamelan tua, sehingga pada zaman dulu anak-anak tidak mungkin untuk mempelajari jenis gamelan ini.
Tetapi, kini sistemnya sudah terbangun. Sekarang gender wayang sangat banyak di Bali. Hal itu ditandai dengan bertumbuhnya sanggar-sanggar seni yang melatih gender wayang. Apalagi ditambah pula guru gender wayang yang mengajar dalam ekstra kurikuler di sekolah. Tentu, dengan kondisi demikian, Bali akan sangat mudah mendapatkan penabuh gender wayang, suatu saat nanti.
Gusti Sudarta menegaskan, ajang PKB ini untuk memberikan kesempatan seniman-seniman cilik dalam mengukur kemampuannya memainkan gamelan gender wayang. Atas dasar itulah, juara bukanlah tujuan utama.
Yang terpenting adalah mereka sudah dapat tampil dan menyajikan apa yang menjadi pencapaian mereka. “Ini suatu suntikan kegairahan mereka, sehingga lebih mencintai sesuatu yang langka. Dulu ini langka, tetapi sekarang termasuk banyak bibit-bitit baru bermunculan. Itu karena ketertarikan yang sudah tumbuh,” papar Sudarta.
Sayangnya, tidak semua kabupaten kota ikut berpartisipasi. Dari sembilan kabupaten kota di Bali, hanya ada tujuh duta yang tampil. Kemarin hanya Kabupaten Klungkung, Jembrana, dan Gianyar yang tampil. Sedangkan hari ini (25/6/2023), hanya Kabupaten Tabanan, Badung, Karangasem dan Kota Denpasar. Sementara Kabupaten Buleleng dan Bangli absen pada kesempatan kali ini.[T][Jas/*]
- BACA artikel-artikel lain tentangPESTA KESENIAN BALI