Patung Bung Karno yang dipasang di sejumlah tempat di Indonesia dibuat dengan tangan menunjuk arah. Menunjuk dengan tangan sejajar, agak ke atas atau lurus ke atas. Dan, sudah barang pasti, karakternya dibuat gagah, agak garang, dan kokoh.
Patung Bung Karno di luar negeri, seperti di Meksiko dan Aljazair, juga dibuat dengan postur yang gagah dengan tangan menunjuk ke atas. Yang dijadikan referensi, baik pembuatan patung di dalam negeri maupun di luar negeri, tentu saja foto-foto ketika Bung Karno sedang berpidato.
Tahu sendirilah, bagaimana energiknya ketika Bung Karno berpidato. Diksinya terpilih, intonasinya terukur, dan suaranya menggelegar. Bahkan, hanya ketika kita mendengar suaranya saja, kita seakan tahu bagaimana grak tubuhnya, bagaimana ekspresi wajahnya, bagaimana mimik, dan bagaimana tangannya bergerak sejajar, agak ke atas atau ke atas.
Di Tabanan, tepatnya di simpang Jalan Raya Kediri-Tanah Lot, patung Bung Karno juga dibuat dengan tangan menunjuk ke arah tertentu. Patung itu tamppak gagah dengan postur meyakinkan sebagai seorang proklamator dan pemimpin bangsa, meski kadang muncul nada olok-olok kalau patung Bung Karno di simpang itu sedang menunjukkan jalan ke arah Beringkit.
Beringkit adalah sebuah desa terkenal di wilayah Mengwi, Badung, karena di situ ada pasar hewan yang besar. Dari patung Bung Karno di Kediri, lokasi Beringkit berada lurus di arah timur.
RTH Bung Karno di Buleleng
Di Buleleng, Patung Bung Karno yang baru berdiri akhir 2021 di Taman Terbuka Hijau (RTH) Bung Karno di kawasan Kelurahan Sukasada, juga dibuat dengan tangan menunjuk sesuatu. Jika merunut pada arah, tangan kanan Bung Karno menunjuk ke arah timur. Apa artinya?
Dari keterangan yang diperoleh disebutkan bahwa pembuatan patung Bung Karno di RTH Sukasada itu melalui proses yang panjang, terukur dan penuh pertimbangan logika dan ilmiah dengan melibatkan seniman dan peneliti dari kalangan akademik.
“Patung Bung Karno itu dibuat dengan menggunakan skala, da nada miniaturnya,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Buleleng Gede Melandrat dalam satu kesempatan wawancara beberapa hari lalu.
BACA JUGA:
Menurut Melandrat, miniatur dibuat terlebih dulu, lalu miniature itulah kemudian diskalakan menjadi patung yang besar. “Lebar muka, besar dada, diukur semua,” kata Melandrat.
Miniatur itu dibuat melalui diskusi tokoh seni dan akademisi dari Undiksha. Setelah miniatur selesai, pematung tinggal membuat skala untuk membesarkan miniatur itu menjadi patung.
Yang menarik, patung Bung Karno di Sukasada itu tidak dibuat berdasarkan peristiwa tertentu. Misalnya peristiwa saat Bung Karno berpidato di suatu tempat di masa lalu. Gestur dan “gerak” patung dibuat berdasarkan imajinasi namun tidak keluar dari karakter gagah sosok Bung Karno saat sedang berdiri atau berpidato.
Sosok Bung Karno yang dipatungkan itu saat usia Sang Proklamator menginjak 45 tahun. Dibuat sedemikian rupa sehingga Bung Karno tampak jelas memiliki karisma, menunjuk ke arah timur dengan wajah agak galak sebagaimana wajah seorang orator dan motivator sejati. Penggambaran itu menunjukkan kalau Bung Karno selalu memberi spirit pada zaman ini dan selalu membangkitkan motivasi. Miniatur dibuat berdasarkan hasil diskusi dari tokoh seni dan akademisi dari Undiksha.
BACA JUGA:
Ngomong-ngomong, kenapa tangan Bung Karno dibuat menunjuk ke timur?
“Itu menunjuk arah matahari terbit,” kata Gede Melandrat.
Arah timur, matahari terbit, adalah simbol hari baru. Simbol dari dimulainya semangat baru untuk bekerja mewujudkan cita-cita personal maupun cita-cita bangsa. Arah timur adalah arah munculnya Sang Fajar. Dan, Bung Karno adalah Putra Sang Fajar. Sungguh puitis dan masuk di nalar.
Yang lebih menarik, ada informasi menyebutkan bahwa awalnya patung Bung Karno itu dibuat dengan tangan menunjuk ke arah utara. Tujuannya sebagai simbol bahwa Bung Karno sedang menunjuk rumah ibunya, Rai Srimben, di Banjar Bale Agung, Singaraja. Bale Agung memang berada di sebelah utara, sekitar 500 meter dari lokasi patung itu dibuat.
Namun, patung Bung Karno dibuat menghadap ke timur. Dengan tubuh menghadap ke timur tentu sangat kesulitan jika Bung Karno dibuat menunjukkan tangan ke arah utara, atau menunjuk ke arah kiri.
Jika menunjuk dengan tangan kiri, sungguh tidak elok dan tampak aneh seorang yang gagah-berani menunjuk dengan tangan kiri. Sosok Bung Karno akan tampak lemah. Secara estetika juga tak bisa nyambung.
Jika menunjuk ke kiri dengan menggunakan tangan kanan, tentu akan tampak lebih aneh lagi. Tangan kanan akan tampak melintang di depan muka Sang Proklamator. Secara estetika akan tampak kacau dan tak sesuai logika gerak tubuh. Juga, tentu, tak enak dipandang.
Syukurlah, secara simbolis dan estetik, pilihan ke timur bisa menemukan logika dan nalar. Hidup, Putra Sang Fajar. [T]
____