Seberapa penting film Tjoet Nja’ Dhien untuk generasi milenial? Seberapa dekat issu yang dikandung dalam film yang pernah meraih delapan (8) piala Citra dalam gelaran FFI 1988, ini kepada penonton masa kini, sampai -sampai film ini kini diputar kembali?
“Jawabanya, antara lain, agar generasi milenial memahami sejarah. Agar tahu siapa kita. Dengan mengenal sejarah kita sendiri, selain akan membuat tahu siapa kita, generasi milenial sekaligus dapat menjelaskan kepada dunia, siapa kita sebenarnya,” kata Erros Djarot, sutradara Tjoet Nya’ Dhien , Selasa, 18/5 di Jakarta.
Lewat film ini Eros meraih Sutradara dan Penulis Skenario terbaik dalam FFI 1988.
Film Tjoet Nja’ Dhien setelah direstorasi Belanda, bakal diputar kembali, mulai Kamis 20 Mei 2021, bertepatan dengan hari kebangkitan nasional.
Menurut Erros Djarot (71), film kolosal ini bukan sekedar menjadi sebuah film yang mempunyai sejarah panjang, tapi juga sekaligus akan mengabarkan kepada penonton masa kininya, banyak persoalan, di film ini yang masih sangat terkait dengan persoalan saat kini. Bahkan selaras dengan persoalan kemanusian di generasi mana saja, yaitu ihwal kesetiaan dan pengkianatan, pengorbanan dan perjuangan, juga cinta Tanah Air.
Meski sebagai awalan hanya diputar di lima (5) bioskop di wilayah Jakarta, yaitu Pondok Indah Mall 1 (PIM 1), Plaza Senayan (PS), Trans Studio Mall Cibubur, (TSM Cibubur), Blok M Square, dan Bekasi, Erros Djarot berharap publik , dan terutama generasi milenial berbondong-bondong menyaksikan film ini.
Jika sambutan penonton bagus, film ini akan diputar di sejumlah kota lainnya seperti Surabaya, Semarang, Medan, Makassar dan beberapa kota lainnya.
Menteri BUMN Erick Thohir direncanakan bakal hadir dalam pemutaran perdana kembali film Tjoet Nya’ Dhien hari Kamis 20 Mei di Plaza Senayan.
“Kehadiran Meneg BUMN diharapkan dapat ikut mendorong masyarakat untuk menyaksikan film tentang kepahlawanan nasional ini,” kata pemeran utama Tjoet Dhien, Christine Hakim, Rabu (19/5) di Jakarta.
Christine Hakim mengungkapkan, jika tidak ada aral melintang, direncanakan pula setiap hari ada pejabat negara yang ikut menonton Tjoet Nya’ Dhien.
Menurut Christine Hakim, gerakan kembali ke bioskop untuk menonton film nasional perlu memperoleh dukungan penuh. Pemutaran kembali Tjoet Nya’ Dhien memberi kesempatan kepada masyarakat luas untuk menikmati kembali film kolosal yang menyabet delapan Piala Citra 33 tahun silam.
Film ini sudah direstorasi di Belanda, dan disesuaikan dengan teknokogi mutahir, sehingga gambarnya lebih tajam dan terang. Untuk kepentinhan teknis, panjang film juga telah dipotong menjadi di bawah 2 jam.
Untuk tahap awal Tjoet Nya’ Dhien hanya diputar di lima bioskop Jakarta, masing-masing di Pondok Indah Mall (PIM) 1, Plaza Senayan (PS), Trans Studio Mall (TSM) Cibubur, Blok M Square dan Bekasi.
Pemutaran perdana sengaja dipilih pada hari kebangkitan nasional karena film ini mengandung unsur kepahlawanan dan nasionalisme yang tinggi. Selanjutnya, jika sambutan penonton antusias, film juga akan ditayang di berbagai kita lainnya.
Film Tjoet Nya’ Dhien pernah ditayangkan di Festival Film Cannes , Perancis, tahun 1989. Waktu itu Tjoet Nya’ Dhien masuk dalam program La Semaine de la Critique untuk film panjang.
“Jangan lupa di film ini kita juga dapat belajar tentang kesetiaan dan penghianatan dari orang-orang di sekitar kita,” tambah Christine. [T][*]
BACA ARTIKEL FILM LAINNYA: