6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Nyujur Sunia Ida Ratu Pandita Mpu Daksa Samyoga | Muda Kreatif, Tua Arif…

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
March 19, 2021
inEsai
Nyujur Sunia Ida Ratu Pandita Mpu Daksa Samyoga | Muda Kreatif, Tua Arif…

Ida Ratu Pandita Mpu Daksa Samyoga.

Suatu hari, dalam sebuah upacara besar di kampung saya di Marga, Tabanan, saya kaget dipanggil, rasanya dipanggil dengan sangat istimewa, oleh Ida Ratu Pandita Mpu Daksa Samyoga.

“De, sini dulu, De!” kata beliau, sambil menunjuk-nunjuk saya. Beliau baru saja turun dari bale pawedan saat itu.

Meski terhitung masih keluarga, saya termasuk tak terlalu akrab dengan beliau, sehingga saya gelagapan juga dipanggil seakan-akan ada sesuatu yang serius hendak beliau bicarakan. Apalagi, hampir semua orang tiba-tiba meminta saya agar cepat-cepat menemui beliau karena melihat saya melongo di tempat dan tak kunjung mendekat.

Saya memang tak bisa bergaul dengan sulinggih, meski sulinggih itu terhitung masih keluarga. Selain tak pasih berbahasa Bali alus, saya takut tak bakal nyambung jika diajak ngobrol, misalnya ngobrol hal-hal berkaitan dengan ritual dan agama.

Perlahan saya pun mendekat dengan agak gelisah. Dan begitu berada di dekat beliau, ajaib, perasaan saya menjadi sangat sejuk. Apalagi setelah obrolan mengalir. Di luar dugaan, beliau tahu saya suka menulis sastra, bergerak di dunia seni dan menjadi wartawan — yang artinya beliau memperhatikan saya selama ini. Obrolan pun mengalir tentang sastra dan dunia kesenian.

Beliau lebih banyak bertanya, saya lebih banyak menjawab, kadang dengan Bahasa Indonesia kadang Bahasa Bali biasa, dan sesekali Bahasa Bali sangat alus yang lidah saya sendiri sangat susah mengujarkannya.

Sangat kentara, beliau punya kehendak untuk memberi wejangan, namun bahasa yang saya tangkap adalah motivasi, selayaknya orang tua yang menyayangi anak-anaknya, selayaknya orang tua yang ingin anaknya lebih maju dari orangtuanya.

Dari obrolan yang cukup panjang itu, satu hal yang saya ingat adalah tentang sastra, sejarah dan lingkungan. Saya tak ingat persis bagaimana kata-kata beliau saat itu, tapi intinya sastra sebaiknya dekat dengan sejarah dan lingkungan sekitar.

Contoh yang beliau ungkapkan saat itu adalah Geguritan Margarana. Menurut beliau, orang yang dekat dengan sejarah perang itu, baik dekat secara emosional maupun jarak, tentu akan lebih baik dalam menceritakan sekaligus mengungkapkan perasaannya lewat karya sastra.

Saya mengingat kata-kata itu. Meski bukan kata-kata yang orisinal, namun tuahnya terasa hingga kini. Mungkin karena diucapkan oleh seorang sulinggih, bukan oleh seorang sastrawan murni. Beliau sendiri juga menulis sejumlah karya sastra berupa geguritan.

Dan, kata-kata beliau itu saya ingat kembali dengan perasaan sedih, ketika beliau lebar (berpulang), Kamis, 18 Maret 2021, sekitar pukul 09.00 pagi. Sedih, karena saya sebenarnya punya rencana untuk menerbitkan karya-karya beliau, tapi belum sempat membicarakannya kepada beliau.

Dalam sebuah kesempatan, mungkin sekitar dua tahun lalu, saya sempat menanyakan karya-karya beliau, tapi dijawab akan dicari-cari dulu. Karena karya-karya beliau banyak disimpan oleh adik beliau yang lebih dulu berpulang. Dan setelah itu, saya tak punya kesempatan lagi untuk mengobrol, sampai berita sedih itu saya baca di grup WA keluarga.

***

Ida Ratu Pandita Mpu Daksa Samyoga.

Tidak banyak yang tahu, Ida Ratu Pandita Mpu Daksa Samyoga. dari Griya Agung Kelaci, Marga, Tabanan, di masa mudanya adalah sosok yang bebas dan kreatif. Pada masa-masa awal kemerdekaan, beliau yang lahir 11 Desember 1937 itu, dikenal sebagai penari tonil dan janger. Ia sempat mendirikan sekaa arja di Banjar Ole, yang dikenal luas di desa-desa di Tabanan.

Bahkan ketika sudah menjadi sulinggih pun beliau tetap memiliki perhatian yang besar pada dunia kesenian dan sastra. Dalam sebuah wawancara dengan Nyoman Budarsana (adik saya), sebagai bagian dari tugasnya sebagai seorang wartawan, Ida Pandita sempat mengkritisi  ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) yang beliau sebut hanya mengutamakan kemeriahan saja, dan melupakan jiwa dari kesenian itu sendiri..

“Kekurangan generasi kita sekarang dalam penjiwaan dan pendalaman terhadap seni yang mereka sajikan. Generasi sekarang cenderung mengutamakan kemeriahan, rame-rame dan terkesan ngeranyig (tak sungguh-sungguh),” kata beliau saat itu.

Pandita yang bernama lahir I Nyoman Santha ini mengenang penyajian kesenian pada awal PKB yang menurutnya amat sederhana. Para seniman memperkenalkan ketokohan dirinya serta bergerak sederhana di atas panggung, namun spirit dari pesan itu sampai kepada penonton.

Satu bentuk kesenian, menurut beliau, tidak hanya mengedepankan keindahan saja, yang terpenting adalah pendalaman dari isi dan makna yang terkandung dalam seni itu. Semua materi khususnya seni tradisi yang ditampilkan dalam ajang PKB mesti mencerminkan nilai-nilai ke-Bali-annya.

Untuk itulah beliau selalu berharap seniman hendaknya jangan pelit ilmu. Keahlian yang dimiliki mesti diturunkan kepada generasi, walau bukan merupakan generasi keturunananya. Hal itu untuk menjaga kesenian Bali agar terus hidup dan berkembang, bukan lantas dibawa mati kalau penarinya meninggal.

 “Bali itu memiliki beraneka jenis kesenian yang adi luhung, sayang kalau salah satu di antaranya punah karena enggan mengajari pada orang lain,” kata beliau.

Beliau menekankan, para seniman sebagai pendukung kesenian itu mesti tetap menanamkan jiwa ngayah, tulus dan ikhlas mengabdikan seni pada leluhur. Kepercayaan orang Bali, segala sesuatunya disertai dengan upacara termasuk dalam penyajian seni ini. Belakangan ini orang sering campah (menyepelekan) yang kurang memperhatikan nilai-nilai sacral dari kesenian itu.

“Ingat, pregina (seniman) itu memiliki sesuhunan yaitu Sanghyang Taksu yang memberikan kekuatan, sehingga gerak dan bunyi bisa memiliki jiwa dan hidup,” ujar beliau.

Ida Pandita bukan sekadar berkomentar karena kesenian bagi beliau adalah juga laku. Beliau sendiri adalah juga pelaku dalam dunia kesenian. Selain menari sejak kecil, pada saat Gubenur Bali Ida Bagus Mantra menggagas PKB tahun 1978, beliau sempat tampil sebagai penari dramatari arja.

Saat itu, beliau mendukung Sekaa Dramatari Arja Marga yang memerankan tokoh Penasar. Saat itu, ia tidak pernah membedakan pentas dalam PKB dengan pentas ngayah. Ia merasa betul-betul tulus dan iklas menari, tak memikirkan dana, bahkan tetap bersemangat memajukan kesenian yang digeluti sejak kecil.

“Jiwa ngayah dan tulus itu mesti tetap ada, walau itu pentas dalam ajang PKB. Sebab itu yang akan memunculkan spirit,” tegasnya.

***

Ida Ratu Pandita Mpu Daksa Samyoga.

Selasa, 9 Maret 2021, saya sempat bertemu dengan Ida Bhawati Pitana (Prof. Pitana) di Mekarsari, Baturiti, Tabanan, untuk urusan penerbitan buku. Kami ngobrol tentang Ida Ratu Pandita Mpu Daksa Samyoga, yang menurut Ida Bhawati Pitana adalah sulinggih yang arif dan bijaksana.

Ida Bhawati Pitana bercerita, pada suatu malam di suatu tempat Ida Pandita diganggu “orang-orang sakti” di sekitar beliau menginap. Tapi Ida Pandita tidak melawan. “Tak apa-apa, yang begitu-begitu tak perlu dilawan,” kata Ida Pandita sebagaimana dikutip Ida Bhawati Pitana. Padahal, Ida Bhawati yakin sekali kalau Ida Ratu Pandita Mpu Daksa Samyoga adalah sulinggih yang sakti, bukan hanya dalam ilmu pengetahuan sekala, melainkan juga dalam ilmu-ilmu “yang tak kelihatan”.

Saya tentu saja tak banyak paham tentang ilmu-ilmu yang “tak kelihatan”, tapi saya percaya bahwa Ida Ratu Pandita Mpu Daksa Samyoga memang sakti luar-dalam, dan sangat arif menerapkan kesaktiannya di dunia nyata. Jadi, tentang arif dan bijaksana, saya tak akan membantahnya.

Di keluarga saya, hampir semua upacara besar dipuput oleh Ida Ratu Pandita Mpu Daksa Samyoga. Mulai saya dan adik saya menikah, dan otonan anak-anak kami. Dan, sungguh, dipuput oleh beliau, upacara jadi terasa ringan, baik dari segi materi maupun dari segi mental dan spiritual. Bahkan, lebih sering, beliau turut menyumbang secara materi, ketimbang saya yang “membayar” beliau. Untuk itu, saya benar-benar berutang pada beliau.

Terakhir, Agustus 2018, beliau muput upacara ngaben ibu saya, Ni Nyoman Mandri. Saat itu, saya tak sempat banyak ngobrol, tapi saya merasa Ida Pandita saat itu benar-benar menjadi bagian dari keluarga saya, bukan sebagai sulinggih yang sedang menyelesaikan upacara ibu saya. Tentu saja, karena Ida Pandita adalah teman masa kecil dari ibu saya. Dan bukan hanya itu, di dunia kesenian, Ida Pandita punya hubungan yang sangat dekat dengan keluarga saya.

Ketika membangun grup arja di Banjar Ole sekitar tahun 1960-an, Ida Pandita berperan tetap sebagai penasar. Ibu saya menjadi mantra manis, dan ayah saya menjadi kartala. Penasar dan kartala adalah satu pasang punakawan dalam kesenian arja. Jadi, bisa dibayangkan betapa akrab Ida Pandita dengan ayah dan ibu saya di masa remaja mereka.

Ketika malinggih menjadi Ida Pandita, beliau tetap punya peran yang besar untuk menyebarkan keakraban antarkeluarga kecil di Banjar Ole dan Banjar Kelaci, selain menyebarkan rasa kekeluargaan dalam wilayah yang lebih besar, misalnya dalam Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi.  Pada setiap upacara agama, beliau selalu meposisikan diri sebagai orang tua biasa, terutama ketika ngobrol tentang banyak hal dengan umat.

Dengan sikap semacam itu, bukan hanya keluarga kami dan keluarga pasek yang sedih dan merasa sangat kehilangan dengan kepergian beliau nujur sunialoka, melainkan rasa kehilangan juga dirasakan semua pecinta kearifan dan kebijaksanaan pengetahuan, baik yang mengenal beliau maupun yang tak mengenal beliau secara lebih dekat.

Selamat jalan, Palungguh Ida Ratu Pandita Mpu Daksa Samyoga, orang tua kami, orang tua semua umat….

***

Dudonan Upacara Ida Ratu Pandita Mpu Daksa Samyoga di Griya Agung Kelaci, Marga Dauh Puri, Tabanan, Bali:

  • 28 Maret 2021: upacara ngelelet
  • 6 April 2021: palebon
  • 8 April 2021: nyekah
  • 9 April 2021: majar-ajar
  • 11 April 2021 ngalinggihang
Tags: balihinduin memoriamSeni
Previous Post

Peristiwa-peristiwa Penting di Ubud dalam Beberapa Waktu Hingga Kedatangan Presiden Jokowi

Next Post

Dandi dan Dangdut | Cerita Duta Bali pada Liga Dangdut Indosiar 2021

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post
Dandi dan Dangdut | Cerita Duta Bali pada Liga Dangdut Indosiar 2021

Dandi dan Dangdut | Cerita Duta Bali pada Liga Dangdut Indosiar 2021

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co