LAWAN Sastra Ngesti Mulya adalah salah satu kearifan warisan Ki Hadjar Dewantara di Perguruan Taman Siswa Yogyakarta. Sesanti itu bermakna “Dengan ilmu pengetahuan, memuliakan kehidupan”.Kalau dihubungkan dengan kearifan Hindu, sejalan dengan Satyam (kebenaran), Siwam (ke-Tuhan-an), dan Sundaram (keindahan). Begitulah, seharusnya Lembaga Pendidikan memosisikan diri sebagai tempat pembibitan dan pembobotan peserta didik di level mana pun. Kelak tempat itulah yang disebut almamater (ibu ilmu pengetahuan). Lembaga Pendidikan sebagai ibu yang melahirkan anak secara akademik sesuai dengan jenjangnya. Oleh karena itu, murid yang suputra tidak ada yang alfaka guru atau tulah pada almamater.
Berpijak pada makna itu, Pelepasan Siswa Angkatan ke-4 SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska) menjadikan, “Lawan Sastra Ngesti Mulya” sebagai tema. Ada alasan logis menggunakan tema itu.
Pertama, menghargai jejak perjuangan tokoh Pendidikan Indonesia yang perlu terus digemakan hingga sampai pesannya ke seluruh warga sekolah, bahwa Indonesia pernah memunyai tokoh Pendidikan yang dikagumi dunia. Jika dunia saja mengagumi, kurang elok bila kita pewaris sahnya tidak mengenang, mengingat, dan mengapresiasinya.
Kedua, penguatan terhadap aliran Pendidikan Humanisme yang dikembangkan Toska yang ditandai dengan penamaan Gedung Ruang Kelas menggunakan nama Ki Hadjar Dewantara. Siswa dan guru ketika masuk kelas, diharapkan mengingat dan menebarkan nilai-nilai Perguruan Taman Siswa. Nilai itu antara lain mendidik berdasarkan kodrat anak menurut zamannya. Selalu menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar sebagaimana layaknya belajar di taman penuh keriangan tanpa tekanan.
Ketiga, tema itu sangat dekat kearifan Hindu yang memuja Dewi Saraswati sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan. Dengan ilmu pengethauan dan teknologi, hidup menjadi mudah. Dengan seni, hidup menjadi indah. Dengan agama, hidup menjadi terarah. Semangat berguru dengan mengedepankan Satyam (kebenaran), Siwam (Ketuhanan), dan Sundaram (keindahan).

Selain alasan memilih tema berpijak pada filosofi Ki Hadjar Dewantara, menarik pula dicatat, Angkatan IV Toska adalah Angkatan pertama yang belajar secara luring penuh pasca Pandemi Covid-19. Angkatan ini juga Angkatan Pertama menggunakan Kurikulum Merdeka dengan status sebagai penyelenggara Program Sekolah Penggerak (PSP) Angkatan II. Sebanyak 374 siswa (laki-laki 153 dan perempuan 221) yang dilepas pada Senin Pon Paang, 26 Mei 2025 dan 58 orang sudah berhasil lulus masuk PTN melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) berdasarkan nilai rapor. Jumlah yang diterima melalui SNBP selalu meningkat dari tahun ke tahun. Angkatan I yang lulus SNBP 24 orang, Angkatan II sebayak 34 orang, dan Angkatan III sebanyak 49 orang. Itulah catatan pertama.
Catatan kedua, Angkatan IV Toska adalah Angkatan Pertama menggunakan Ijazah Digital dengan aturan terkesan multitafsir. Berbeda dengan ijazah-ijazah sebelumnya, yang blankonya manual dibagikan ke sekolah-sekolah dengan format, isi, ketebalan, dan pigura yang sama dikeluarkan oleh Percetakan Perum Peruri. Ijazah digital, format dan isinya memang sama. Namun, Transkrip Nilainya diserahkan ke sekolah-sekolah dengan tetap mengacu pada Kurikulum yang berlaku di sekolah masing-masing.

Sementara itu, ketebalan kertas minimal 80 gram berwarna putih tanpa pigura dan bagian tengahnya berlogo Tut Wuri Handayani. Walaupun berbentuk digital, sekolah juga diharapkan mempunyai scan Ijazah Digital dan Transkrip Nilai digital untuk penatausahaan Ijazah. Bila kelak hilang, masih dapat dilacak kembali ke sekolah. Siapa tahu, di antara mereka yang dilepas nanti ada yang menjadi pejabat negara. Jika ada yang memverifikasi dan memvalidasi kelak, sekolah dapat mempertanggungjawabkan keabsahannya.
Catatan ketiga, Angkatan IV Toska adalah Angkatan pertama pasca- Pilkada serentak di seluruh Indonesia. Nuansa politik akibat viralnya unggahan Gubernur Jawa Barat, Kang Dedy Mulyadi, terkait pelarangan wisuda bagi siswa di jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, membuat sekolah-sekolah di Bali merefleksikan diri. Pelepasan siswa Kelas 12 dilakukan secara sederhana di sekolah masing-masing. Kalau pun ada yang melaksanakan di luar sekolah, masih menggunakan Gedung Pemerintah yang lebih hemat ketimbang menyewa tenda di lapangan sekolah. Sepanjang pengamatan saya, dari tahun ke tahun, pelepasan siswa di jenjang Pendidikan Menengah di Bali tidak pernah dilaksanakan wisuda sebagaimana terjadi di Jawa.
Sepanjang pengamatan saya, siswa Sekolah Menengah di Bali masih mengikuti pakem Pendidikan yang humanis dan bermartabat. Lulusan SMA/SMK di Bali pada Tahun Ajaran 2024/2025 tidak ada terpantau kebut-kebutan di jalan raya. Nyaris tidak ada aksi corat-coret pakaian seragam sekolah. Setidaknya dalam pantauan media sosial, pengumuman kelulusan secara umum sangat kondusif. Semoga hal ini dapat dipertahankan pada masa-masa yang akan datang. Nilai-nilai mulia ajaran Ki Hadjar Dewantara dari Perguruan Tamansiswa dapat diserap dan dibumikan di sini, di Pulau Bali.
Kembali ke Pelepasan Angkatan IV Toska. Pelepasan diawali dengan persembahan Tari Maskot “Sisya Natya Jnani” dibawakan para siswa Kelas X dan XI. Dalam sejarah Toska, tari maskot ini pertama tampil pada saat Ulang Tahun V SMA Negeri 2 Kuta Selatan, pada 6 September 2024. Penampilan tari maskot ini mengundang decak kagum undangan yang hadir dari Pendamping Sekolah, perwakilan Camat Kuta Selatan, perwakilan Lurah Benoa, dan perwakilan Bandesa DesaAdat Bualu.

Secara keseluruhan rangkaian acara pelepasan yang berlangsung sederhana diikuti oleh Perwakilan Kelas 10 dan 11 serta seluruh siswa Kelas 12 SMA Negeri 2 Kuta Selatan yang menamatkan Pendidikan di Toska pada 2025. Pelepasan diawali dengan penyerahan siswa oleh Kepala Sekolah kepada orang tua melalui Komite Sekolah yang diwakili oleh Wakil Ketua Komite, I Wayan Ambara, S.T. Selanjutnya pelepasan secara serimonial ditandai dengan pengalungan medali dengan logo SMA Negeri 2 Kuta Selatan.
Acara diakhiri dengan pentas kolaborasi guru dan siswa antara lain modern dance dan band dari guru juga dari siswa. Mereka beradu suara. Menyanyikan lagu-lagu pop dengan semangat kekinian, tanpa kehilangan nilai yang terkandung di dalam logo sekolah dengan moto Wiweka Jaya Sadhu sesuai dengan visi : Menjadi Komunitas Pembelajar yang berkecerdasan, berbudaya, dan berdaya saing selaras dengan tema, “Lawan Sastra Ngesti Mulya”. Di sini ajaran Ki Hadjar Dewantara dibumikan. Bravo Toska! [T]
Penulis: I Nyoman Tingkat
Editor: Adnyana Ole
BACA artikel lain dari penulis NYOMAN TINGKAT
- BACA JUGA: