BELAKANGAN ini saya melihat ibu saya makin tertarik pada berbagai promosi jamu pelangsing yang muncul di media sosial, terutama di facebook. Klaim-klaim seperti “turun berat badan tanpa olahraga” selalu tampak menarik dan menjanjikan solusi instan. Ibu saya memang punya upaya untuk menurunkan berat badan.
Upaya ibu saya ini membuat saya terusik. Apakah jamu pelangsing benar-benar bisa melangsingkan badan? Atau adakah cara yang lebih efektif?
Tulisan ini saya buat untuk berbagi pandangan bahwa, meskipun jamu memiliki manfaat tertentu, olahraga tetap menjadi kunci utama dalam menurunkan berat badan.
Memahami Jamu Pelangsing, untuk Fat loss atau Weight loss?
Jamu pelangsing telah digunakan selama bertahun-tahun dalam tradisi kesehatan alami. Beberapa bahan yang biasa ditemukan dalam jamu ini, seperti kunyit, jahe, daun jati belanda, dan lidah buaya, memang memiliki manfaat kesehatan tertentu. Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa kurkumin dalam kunyit dapat membantu mengurangi indeks massa tubuh dan lingkar pinggang (Alodokter, 2025).
Jahe, dengan kandungan gingerolnya, juga diketahui dapat meningkatkan metabolisme tubuh. Namun, perlu diingat bahwa penelitian mengenai efektivitas bahan-bahan ini dalam menurunkan berat badan masih terbatas dan tidak bersifat konklusif.
Sebuah studi dari Neliti menunjukkan bahwa penggunaan jamu selama lebih dari 60 hari dapat memberikan hasil dalam menurunkan berat badan (Neliti, 2025). Namun, hasilnya sering kali tidak signifikan jika tidak dibarengi dengan perubahan gaya hidup yang lebih sehat.
Selain itu, jamu pelangsing bukan tanpa risiko. Efek samping seperti gangguan pencernaan, interaksi dengan obat-obatan tertentu, hingga risiko penyakit sistem di dalam tubuh yang terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan darah, yang berfungsi untuk mengangkut nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh atau kardiovaskular dapat terjadi, terutama jika jamu dikonsumsi tanpa panduan yang tepat (Alodokter, 2025).
Masih merasa kurang puas dengan pernyataan yang saya dapatkan di internet, alhasil, dalam menyusun tulisan ini, saya bertemu dengan Gede Dharma Wijaya, seorang pemilik Toko Jamu Sari Mulya di kawasan Perempatan Panji, Singaraja. Kunjungan saya ke sana berawal dari keingintahuan akan sudut pandang praktisi lokal mengenai jamu pelangsing.
Gede Dharma Wijaya menjual jamu sudah dari tahun 1980-an. Dia menjelaskan bahwa jamu pelangsing pada masa lalu lebih dikenal dengan sebutan jamu singset.
“Dulu, kalau minum jamu singset itu, hasilnya badan jadi keset, bukan kurus. Jadi lebih sehat dan kencang, bukan cuma turun angka di timbangan,” katanya.
Jamu singset biasanya menggunakan bahan-bahan tradisional seperti daun jati Belanda, sirih, merica bolong, temulawak, temu hitam, klembak, joho, kragean, kencur, dan kayu rapet.
Namun, ia mengungkapkan bahwa saat ini banyak konsumen yang kurang memahami perbedaan antara penurunan lemak dan berat badan secara keseluruhan. “Sekarang banyak yang nggak ngerti, pokoknya asal timbangan turun, mereka anggap berhasil, padahal belum tentu itu lemak yang hilang,” tambahnya.
Saat membicarakan penurunan berat badan, banyak orang yang masih kurang memahami perbedaan antara weight loss dan fat loss. Weight loss itu mengacu pada penurunan total berat tubuh, yang dapat mencakup kehilangan lemak, otot, air, atau bahkan massa tulang. Sementara itu, fat loss lebih spesifik pada pengurangan lemak tubuh, yang merupakan tujuan utama bagi banyak orang yang ingin meningkatkan kesehatan dan estetika tubuh mereka.
Bahkan, Pak Dharma, seorang yang telah bertahun-tahun menggeluti dunia jamu, secara tegas menyatakan keraguannya terhadap jamu pelangsing modern. “Saya tidak menjual jamu pelangsing. Di samping risikonya besar, karena bisa mengandung bahan-bahan kimia belum teruji, saya juga kurang percaya, karena itu sudah tidak masuk akal jika kita hanya minum jamu bisa langsing. Yang ada cuma hilang nafsu makan,” katanya.
Olahraga, Kunci Utama Menuju Berat Badan Ideal
Berbeda dengan jamu, olahraga telah terbukti secara ilmiah sebagai cara yang paling efektif dan aman untuk menurunkan berat badan. Aktivitas fisik membantu membakar kalori, meningkatkan metabolisme, dan memperbaiki komposisi tubuh dengan meningkatkan massa otot dan mengurangi lemak tubuh. Seperti artikel yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas menyatakan bahwa olahraga tidak hanya membantu dalam penurunan berat badan tetapi juga meningkatkan kesehatan dan mental.
Olahraga seperti jogging, bersepeda, berenang, atau bahkan jalan cepat selama 30 menit sehari dapat membuat perbedaan besar. Jika digabungkan dengan pola makan yang sehat, olahraga menjadi kombinasi yang tak terkalahkan dalam perjalanan menuju berat badan ideal.
Selain itu, olahraga memiliki manfaat tambahan, seperti meningkatkan energi, memperbaiki suasana hati, dan mengurangi risiko penyakit kronis seperti diabetes tipe 2 dan hipertensi.
Mengapa saya menekankan bahwa jamu saja tidak cukup? Karena jamu, meskipun memiliki manfaat tertentu, hanyalah pelengkap. Mengharapkan hasil yang signifikan hanya dengan meminum jamu tanpa berolahraga adalah ekspektasi yang tidak realistis. Jamu bisa membantu meningkatkan metabolisme atau mengurangi nafsu makan, tetapi tanpa defisit kalori yang dihasilkan dari aktivitas fisik, berat badan tidak akan turun secara signifikan.
Di sisi lain, menggabungkan jamu yang aman dengan olahraga teratur dapat menjadi strategi yang lebih efektif. Meminum teh jahe atau kopi pahit sebelum berolahraga dapat membantu meningkatkan pembakaran lemak, tetapi tanpa gerakan aktif, tubuh tidak akan memanfaatkan potensi tersebut sepenuhnya.
Realitas Untuk Sehat
Sebagai masyarakat, kita perlu lebih kritis terhadap klaim-klaim yang terdengar terlalu baik untuk menjadi kenyataan. Banyak iklan jamu pelangsing yang menonjolkan hasil instan tanpa menjelaskan bahwa produk tersebut seharusnya digunakan bersamaan dengan pola hidup sehat. Edukasi tentang kesehatan dan penurunan kadar lemak di badan perlu digalakkan agar masyarakat tidak terjebak dalam pola pikir yang salah.
“Jamu dapat digunakan sebagai pendukung untuk meningkatkan energi atau mengelola nafsu makan, tetapi sejatinya, olahraga tetap menjadi langkah nyata yang memberikan hasil jangka panjang, jangan hanya andalkan jamu saja, jika bisa, pilih jamu yang terpercaya dan sudah terdaftar di BPOM” tutup Pak Dharma.
Sebagai refleksi pribadi, saya percaya bahwa tubuh kita adalah investasi jangka panjang. Mengandalkan solusi instan seperti jamu saja, selain tidak tepat, juga berpotensi membahayakan kesehatan jika digunakan secara berlebihan. Sebaliknya, membangun kebiasaan sehat seperti olahraga teratur dan makan makanan bergizi adalah investasi yang lebih berharga.
Jamu pelangsing memang bisa menjadi pendukung dalam perjalanan menurunkan berat badan, tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya andalan. Realitasnya, olahraga adalah kunci utama untuk mencapai berat badan ideal dan menjaga kesehatan tubuh. Dengan menggabungkan konsumsi jamu yang aman dengan olahraga teratur, kita dapat mencapai hasil yang lebih maksimal dan berkelanjutan.
Jangan hanya berharap pada jamu, tetapi mulailah menggerakkan tubuh. Dengan demikian, kita tidak hanya akan mendapatkan berat badan ideal, tetapi juga tubuh yang lebih sehat dan bugar. Seperti bahasa latin mens sana in corpore sano, “di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.”
Mari kita jadikan olahraga sebagai bagian dari gaya hidup kita, karena perubahan nyata dimulai dari langkah kecil yang konsisten. [T]
Reporter/Penulis: Arix Wahyudhi Jana Putra
Editor: Adnyana Ole
Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.
- BACA JUGA: