5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Trimatra Galung Wiratmaja

HartantobyHartanto
April 25, 2025
inUlas Rupa
Trimatra Galung Wiratmaja

Karya Galung Wiratmaja yang dipamerkan bertajuk “Metastomata: Metamorphosis Manifesto Galang Kangin” di Neka Art Museum, Ubud | Foto: Ist

MENDENGAR kata artefak, maka ingatan kita akan menuju ke arkeolog atau antropolog. Pasalnya, Artefak biasanya merujuk pada benda atau hasil karya yang dibuat oleh manusia, terutama yang memiliki nilai sejarah, budaya, arkeologi atau antropologi. Contohnya bisa berupa perhiasan kuno, alat-alat batu dari zaman prasejarah, manuskrip, atau bahkan bangunan tua. Artefak memberikan kita wawasan tentang kehidupan, teknologi, dan kebudayaan di masa lampau.

Menurut para ahli, artefak adalah objek buatan manusia atau perilakunya yang memiliki nilai historis, budaya, atau seni. National Geographic mendefinisikan artefak mencakup seni, alat, dan pakaian yang dibuat oleh manusia dari waktu dan tempat tertentu. Artefak juga bisa berupa benda seni maupun sisa-sisa benda seperti pecahan tembikar atau barang pecah belah.

Tak jauh berbeda dengan pendapat Science Daily, sebuah laman web dari Amerika yang banyak menerbitkan bidang sains secara churnalism. Menurut SD, artefak adalah benda yang dibuat atau dimodifikasi oleh budaya manusia, sering kali ditemukan melalui upaya arkeologis. Contohnya termasuk alat-alat batu, benda seni, bejana tembikar, atau benda logam seperti senjata dan perhiasan.

Koentjaraningrat, seorang antropolog terkemuka Indonesia, memiliki pandangan yang mendalam tentang artefak dalam konteks kebudayaan. Menyimak dari bukunya “Manusia dan Kebudayaan di Indonesia”,  (1988). Beliau membagi kebudayaan 3 wujud utama, yakni : Ide, Aktivitas, dan Artefak.

Menurut Koentjaraningrat, Artefak,  mencakup semua benda yang dihasilkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti alat-alat, pakaian, rumah, dan karya seni. Artefak ini tidak hanya memiliki nilai estetika tetapi juga nilai historis dan budaya.

Pendekatan Koentjaraningrat ini membantu kita memahami kebudayaan secara holistik, di mana artefak menjadi salah satu elemen penting dalam merekonstruksi kehidupan manusia di masa lalu. Dan upaya ‘revitalisasi’ dimasa kini, sebab artefak sering kali menjadi sumber utama dalam studi antropologi budaya, karena mereka memberikan wawasan tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan mereka dan bagaimana budaya berkembang dari dulu, kini, dan nanti.

Bincang soal artefak, ingatan saya tertuju pada karya Galung Wiratmaja yang di gelar di pameran “Metastomata : Metamorphosis Manifesto Galang Kangin”. Perhelatan tersebut digelar di Neka Art Museum, Ubud – 18 april hingga 18 Mei 2025.

Karya Galung Wiratmaja yang dipamerkan bertajuk “Metastomata: Metamorphosis Manifesto Galang Kangin” di Neka Art Museum, Ubud | Foto: Ist

Pada pameran itu, Galung mengusung konsep pada karyarupanya yang bertajuk “artefak”. Menurut interpretasi saya, ini merupakan refleksi ‘pembekuan’ dari ‘rangkaian proses. Ia, seakan menangkap esensi waktu yang berhenti sejenak, merangkum perjalanan yang bersifat fisik, nonfisik, hingga spiritual dan ekspresi kreatif yang kaya.

Selanjutnya, saya jadi ingat Margaret Mead, seorang antropolog budaya terkenal asal Amerika Serikat yang banyak berkontribusi dalam studi tentang hubungan antara kepribadian dan budaya. Ia dikenal karena penelitiannya di kawasan Polinesia, khususnya melalui buku “Coming of Age in Samoa” yang diterbitkan pada tahun 1928.

Dalam buku ini, Mead mengeksplorasi bagaimana budaya memengaruhi perkembangan remaja, dengan fokus pada perbedaan antara masyarakat Samoa dan masyarakat Barat. Penelitian-penelitian Mead sering kali memicu perdebatan, terutama karena pandangannya yang inovatif, dan terkadang kontroversial.

Di Bali, Margaret Mead pernah menulis buku Balinese Character: A Photographic Analysis ini karyanya bersama Gregory Bateson. Buku ini dapat dikaitkan dengan artefak, meskipun fokus utamanya adalah pada analisis budaya dan perilaku masyarakat Bali melalui fotografi. Buku setebal 277 halaman ini diterbitkan New York Academy of Sciences 1942.

Yang menarik dari buku ini, menggunakan lebih dari 700 foto untuk mendokumentasikan berbagai aspek kehidupan masyarakat Bali, seperti ritual, seni, dan interaksi sosial. Foto-foto tersebut dapat dianggap sebagai “artefak visual” yang merekam budaya Bali pada masa itu.

Buku yang berdasarkan pada penelitian mereka di Bali antara tahun 1936 dan 1939 ini juga mencakup deskripsi tentang benda-benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan upacara adat, yang secara teknis dapat dianggap sebagai artefak budaya.

Dengan demikian, buku ini tidak hanya memberikan wawasan tentang karakter masyarakat Bali, tetapi juga tentang artefak yang menjadi bagian dari kehidupan mereka. Karya Margaret Mead dan Gregory Bateson ini merupakan salah satu karya penting dalam antropologi visual, sebab menggabungkan pendekatan fotografi dengan analisis ilmiah.

Menariknya, pada buku ini Mead dan Bateson menggunakan foto sebagai alat untuk menganalisis pola perilaku dan struktur sosial masyarakat Bali. Mereka juga mencatat bagaimana budaya Bali membentuk kepribadian individu, termasuk melalui ritual dan interaksi sosial.

Salah satu fokus utama adalah pada konsep “trance” dalam budaya Bali, yang mereka anggap sebagai ekspresi penting dari karakter budaya Bali. Selain itu, mereka juga memperkenalkan konsep “ethos budaya,” yang menggambarkan bagaimana emosi dan perilaku individu diatur oleh norma budaya.

Buku Balinese Character: A Photographic Analysis ini sangat dihargai di kalangan ilmuwan dunia. Tapi, mohon maaf yang sebesar-besarnya – perkenankan saya mengkritisi karya akbar ini. Menurut subyektifitas saya,  pendekatan Mead dan Bateson mungkin terlalu subjektif, terutama dalam interpretasi mereka tentang budaya Bali.

Sepertinya, masih menurut saya, analisis melalui poto saja, tidaklah cukup. Kendati demikian, sumbangan mereka pada dunia keilmuan luar biasa memang. Dan tetap menjadi referensi penting dalam studi antropologi dan budaya visual. Kita harapkan juga, ke depannya karya visual bli Galung juga bisa memberi kontribusi ke dunia keilmuan.

Detail karya “Artefak” Galung Wiratmaja yang dipamerkan bertajuk “Metastomata: Metamorphosis Manifesto Galang Kangin” di Neka Art Museum, Ubud | Foto: Ist

Kembali ke karyarupa Galung, objek kubus pada permukaan bertekstur di belakang kanvas, berpadu karya abstrak dengan warna-warna hangat, memberikan kesan mendalam tentang perpaduan antara yang material dan yang imaterial. Sepertinya, Galung berupaya menggali refleksinya tentang energi alam dan eksplorasi ruang.

Tampak, Galung mengeksplorasi hubungan antara tradisi dan modernitas melalui penggunaan struktur kayu dengan elemen abstrak. Warna-warna seperti cokelat, merah, oranye, dan putih menciptakan kesan tekstur yang kaya, yang mungkin merepresentasikan lapisan sejarah atau Budaya sesuai pemahaman perupanya.

Ia, melibatkan eksplorasi media yang tidak konvensional (kubus kayu di belakang kanvas) dalam karya ini. Penggunaan kayu sebagai media utama menunjukkan pendekatan yang menggabungkan elemen alami dengan seni abstrak. Hal ini mencerminkan tren dalam seni kontemporer yang sering kali memadukan bahan tradisional dengan teknik modern.

Detail karya “Artefak” Galung Wiratmaja yang dipamerkan bertajuk “Metastomata: Metamorphosis Manifesto Galang Kangin” di Neka Art Museum, Ubud | Foto: Ist

Jika kita hendak mempergunakan pendekatan semiotika, karya seni dipahami sebagai sistem tanda. Elemen visual seperti warna cokelat, merah, oranye, dan putih dalam karya ini dapat dianggap sebagai “penanda” yang mengacu pada lapisan sejarah atau budaya. Kayu sebagai media yang membentuk kubus di belakang lukisan, mungkin menjadi “petanda” yang merepresentasikan hubungan sang perupa dengan hasil alam.

Memang, semiotika menekankan bahwa makna karya seni tidak hanya berasal dari seniman, tetapi juga dari interpretasi audiens. Judul Artefak ini mengundang audiens untuk merenungkan apa yang dianggap sebagai artefak dalam konteks budaya modern.

Pendekatan yang di sampaikannya, benar-benar menggambarkan kedalaman seni sebagai medium eksplorasi ruang, emosi, dan spiritualitas. Penekanan pada elemen non-fisik seperti ekspresi, emosi, dan spirit memberikan dimensi yang sangat penting dalam karya seni.

Ini, memungkinkan audiens untuk terhubung dengan energi alam dan imaji bawah sadar. Ide bahwa alam menjadi titik tolak kreatifitas, di mana realitas spiritual menjadi latar belakang, adalah sebuah konsep yang kuat—memposisikan seni sebagai sarana untuk menyadari kekuatan dan siklus alamiah, serta dampak disharmoni.

Karakteristik karya rupa abstrak Galung ini,  didominasi warna merah, oranye, dan cokelat.. Melihat elemen-elemen visual seperti warna, tekstur, dan komposisi – karya-karya ini menunjukkan penggunaan tekstur yang kaya dan teknik layering yang menciptakan kedalaman serta dinamika.

Warna-warna hangat memberikan kesan energi dan intensitas. Galung tampak mencurahkan emosi atau pengalaman pribadinya, yang diterjemahkan melalui pola-pola abstrak dan warna yang kuat. Apakah ini mencerminkan muatan tradisi atau simbolisme lokal ?? Nah ini menarik untuk didiskusikan dengan perupanya.

Secara visual, pemanfaatan ruang yang bersifat eksploratif dapat mengacu pada teori spatial aesthetics, di mana hubungan antara objek seni dan ruang sekitarnya menciptakan makna baru. Ruang yang “melebar” atau “menonjol” mencerminkan upaya untuk melampaui batas konvensional, sehingga karya seni tidak hanya menawarkan estetika tetapi juga menjadi pengalaman yang interaktif dan reflektif.

Selain itu, melibatkan alam bawah sadar dan emosi dalam kekaryaan dapat dikaitkan dengan pendekatan psikologi seni, seperti yang dijelaskan oleh Carl Jung. Jung sering menghubungkan seni dengan simbolisme dan arketipe yang muncul dari alam bawah sadar. Ini dapat dianalisis melalui pendekatan psychoanalytic aesthetics.

Detail karya “Artefak” Galung Wiratmaja yang dipamerkan bertajuk “Metastomata: Metamorphosis Manifesto Galang Kangin” di Neka Art Museum, Ubud | Foto: Ist

Karya Galung ini, menggunakan simbol dan visual untuk memprovokasi respons emosional yang mendalam, yang menurut Freud dan Jung berasal dari interaksi antara kesadaran dan alam bawah sadar. Simbolisme dan eksplorasi bawah sadar dalam karya ini memberi dimensi spiritual yang memperkaya interpretasi seni. Begitulah menariknya karya Galung

Menurut saya, jika Galung Wiratmaja ingin terus mengembangkan proses kreatif ‘trimatra’ nya sesuai thema Metastomata yang merupakan metamorphosis Manifesto Galang Kangin – ada baiknya menyimak proses kreatif perupa Anselm Kiefer. Seniman Jerman ini sering menggunakan bahan-bahan seperti kayu, tanah, dan logam dalam karya-karyanya. Kiefer mengeksplorasi tema sejarah, budaya, dan memori melalui seni abstrak.

Dalam seluruh karyanya, Kiefer berargumen dengan masa lalu dan membahas isu-isu tabu dan kontroversial dari sejarah terkini. Tema-tema dari pemerintahan Nazi tercermin secara khusus dalam karyanya; misalnya, lukisan Margarete (cat minyak dan jerami di atas kanvas) terinspirasi oleh puisi terkenal Paul Celan yang berjudul “Todesfuge” (“Death Fugue”). Kita semua tentu berharap, Semoga thema pameran ini benar-benar bisa menyentuh kesadaran Galung untuk terus me-metamorfosis-kan proses kreatifnya, tanpa henti, Astungkara. [T]

Penulis: Hartanto
Editor: Adnyana Ole

  • BACA JUGA
Selilit: Perlawanan Simbolik Ketut Putrayasa
Memorial Made Supena
METASTOMATA: Metamorphosis Manifesto Galang Kangin di Neka Art Museum, Ubud
Sekilas Pentas “Kekecewaan” Wayan Jengki Sunarta : Narasi Tekstual ke Narasi Teaterikal
Tags: Galung WiratmajaKomunitas Galang KanginNeka Art MuseumPameran Seni RupaSeni Rupa
Previous Post

Pura Semuhu: Ia yang Tak Pernah Meminta untuk Dipermanenkan

Next Post

Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

Hartanto

Hartanto

Pengamat seni, tinggal di mana-mana

Next Post
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara
Panggung

Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara

ADA enam flm pendek produksi devisi film Mahima Institute Indonesia (Komunitas Mahima) diputar di Kedai Kopi Dekakiang dengan tema “BERTUMBUH”,...

by Sonhaji Abdullah
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co