1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Legitimasi Seniman dalam Medan Seni

Sectio AgungbySectio Agung
April 20, 2025
inEsai
Legitimasi Seniman dalam Medan Seni

Foto ilustrasi: Pementasan Teater Mandiri | Foto: Dok. tatkala.co

DALAM ruang seni kiwari para seniman berlomba-lomba untuk menciptakan kebaruan. Seniman ingin apa yang diciptakannya menjadi ciptaan paling baru dan belum ada duanya. Ide-ide pun meletup dengan marak.

Pada sebuah kasus yang amat menarik dan ramai diperbincangkan, pada tahun 2021 karya Salvatore Garau, seorang seniman asal Italia, yang berjudul lo sono (Aku), laku terlelang dengan harga 18.300 dollar amerika. Patung ini, apabila bisa disebut demikian, tidak memiliki bentuk fisik. Sang seniman melepaskan interpretasi dan bentuk patung tersebut kepada audiens. Maka apabila sang audiens tidak memiliki imajinasi apapun akan interpretasi dan bentuk sang patung, patung tersebut tidak ada sama sekali. Pemenang lelang karya ini mendapatkan sertifikat otentikasi karya – semata tanda bahwa karya tersebut memanglah ada.

Ide karya seperti ini barangkali ada yang menilainya sebagai ide buruk. Sebuah ide buruk yang terjual dengan harga begitu mahal. Beberapa orang awam dari teman-teman saya, ketika saya mencoba untuk menceritakan fenomena ini mereka pada kaget. Bagi mereka ini adalah semata nonsense seni kontemporer.

Untuk itu, baiknya, saya menceritakan kisah lain tentang betapa tidak dipahaminya seorang seniman dan batasan-batasan yang kian kabur. Seorang seniman, Marcel Duchamp, mulai mengumpulkan objek-objek sehari-hari dan membawanya ke dalam studio. Pada tahun 1917, ketika saudari Duchamp sedang membersihkan studio milik sang seniman, ia tanpa sengaja membuang objek-objek sehari-hari tersebut (yang Duchamp anggap sebagai karya seni) ke tempat sampah, yang menurutnya sebuah tempat yang lebih cocok untuk barang-barang tersebut.[1]

Nyatanya karya seni sudah tidak dapat ditinjau semata berdasarkan keindahannya lagi. Kita percaya apa yang kita lihat adalah karya seni, barangkali sebab orang-orang dalam dunia seni juga mengakui bahwa karya tersebut juga merupakan karya seni. Pun terkadang kita keheranan bagaimana bisa orang-orang dalam dunia seni menganggap sesuatu sebagai sebuah karya seni. Satu hal yang dapat dipastikan ialah tiap karya memiliki ruang nya sendiri. Dalam ruang ini, terdapat karya yang memiliki banyak audiens – dengan begitu banyak orang yang mengamini statusnya sebagai karya seni. Pun sebaliknya, terdapat karya yang sepi ruangnya – yang mengakuinya sebagai sebuah karya hanya orang yang itu-itu saja.

Di  tahun yang sama saat karyanya dibuang ke tong sampah oleh saudarinya, Duchamp, mengirimkan sebuah karya ke sebuah pameran seni. Karya tersebut merupakan sebuah urinoir (objek sehari-hari, atau readymade) yang ia beli di sebuah toko. Urinoir tersebut dibalik dan diberi tanda tangan R.Mutt. Karya dikirim dengan nama samaran dan tidak banyak yang tahu bahwa Duchamp-lah pengirim karya tersebut. Karya itu ditolak oleh The Society of Independent Artist, sang penyelenggara pameran. Celah unik lain dari kisah ini adalah bahwa Duchamp sejatinya merupakan anggota dewan dan presiden komite pemilihan karya pameran tersebut.[2]

Nyatanya karya ini ditolak. Duchamp sukses mengecoh. Ia dengan posisinya mencoba melakukan gocek dan parodipada penyelenggara yang melakukan klaim demokratis dan tidak ada batasan pada seni, dengan membayar 6 dollar karya mesti dipamerkan. Kemudian terbitlah pertanyaan apa saja yang seni dan yang bukan? Apa memang seni itu otonom? Jika iya mengapa ada karya yang ditolak sebagai bukan karya seni.

Ketika karya diputuskan untuk tidak ditampilkan ia pun kemudian keluar dari keanggotaan komite sebagai bentuk protes. Duchamp keluar ditemani oleh seorang annggota lain Walter Arensberg, seorang kolektor dan kritikus. Setelah skandal tersebut seorang teman Duchamp, Louise Varese, saat itu Louise Norton, menulis sebuah artikel di majalah periodikal beraliran Dada, The Blind Man Magazine, berjudul Buddha of the Bathroom yang mempertahankan Fountain-nya Richard Mutt itu.[3] Bisa dilihat bahwa sekalipun mengalami penolakan, masih terdapat ruang orang-orang yang masih percaya Fountain sebagai suatu karya seni.

Di tahun 1938. Duchamp mencoba mereplikasi karya Fountain yang ditolak itu. Alih-alih membeli urinoir baru, sebagaimana prinsip readymade diawal, Duchamp membuat sebuah miniatur dengan kawat dan papier-mache. Ia membolak-balikk logika seniman sebagai pencipta. Miniatur ini disusun bersama monografi kumpulan karya Duchamp lain yang ia kumpulkan di sebuah kotak semacam koper, boite en valise, sebagai museum portabel miliknya. Fountain menjadi karya yang dikenang oleh Duchamp, yang ia anggap penting.

Dari cerita Duchamp, maka karya seni, utamanya, bisa dilihat bukan lagi sebagai sekadar isi. Fountain masuk ke dalam pengakuan institusi seni sebab ia adalah kritik yang dijadikan sebagai sebuah karya. Ia, juga, adalah suatu yang penting sebab ia diangkat oleh tangan-tangan yang mengemas, mensirkulasikan, dan menampilkannya. Ia adalah karya sebab pengakuan dan legitimasi. Ia diakui sebab narasi, dokumentasi, sirkulasi, dan cerita skandal yang sudah menjadi semacam legenda. Ia diakui secara luas tentu juga oleh sebab para subjek yang mengakuinya.

Pada akhirnya, medan seni, mengikuti penjelasan Bourdieu, adalah sebuah ruang stratifikasi simbolik.[4] Semakin tinggi nilai simbolik (legitimasi) milik seorang subjek maka semakin tinggi pula posisinya dalam dunia seni. Ruang institusi seni secara otomatis memilih mana yang layak dan tidak untuk tampil. Dengan semakin dekat dengan selera para elit dunia seni, maka ruang untuk kesempatan kaya dan terkenal semakin besar karna subjek-subjek dalam ruang yang lebih banyak pula.

Tentu seni akan jadi membosankan apabila yang dilihat dan diberi panggung hanya itu-itu saja. Oleh sebab ruang seni harus selalu digugat. Waktunya yang pinggiran, yang tidak diakui, dan yang bergerak di luar ruang arus utama untuk tampil. Dengan begitu, shock, kejutan, akan dapat terus dinikmati. [T]


[1] Marcel Duchamp to Suzanne Duchamp, 15 January 1916, in Affectionately Marcel: The Selected Correspondence of Marcel Duchamp, ed. Francis Naumann and Hector Obalk (London: Thames and Hudson, 2000), 43.

[2] Elena Filipovic, A Museum That is Not, E-Flux Journal, Issue 4 (2009), 02/09

[3] Louise Norton, Buddha of the Bathroom, The Blind Man, No.2 (May 1917), pp5-6

[4] Pierre Bourdieu, The Rules of Art: Genesis and Structure of the Literary Field, Stanford, CA: Stanford University Press (1996)

Penulis: Sectio Agung
Editor: Adnyana Ole

  • BACA JUGA:
Deskripsi yang Dipinggirkan: Ironi Narasi dalam Tubuh Karya Seni
Kita Barangkali adalah Sangging Lobangkara, Pelukis yang Terbang ke Surga
Nyepi, Lailatul Qadar, Idulfitri, Meleburlebarkan Fitrah Umat Manusia.
Tags: panggung seniSeniseniman
Previous Post

Kontemplasi Mewujudkan Kehidupan Shanti Jagadhita

Next Post

Pemilihan Duta GenRe Kota Denpasar 2025: Nuartha dan Nadia Siap Jadi Figur Remaja Teladan

Sectio Agung

Sectio Agung

Sekarang sedang belajar di Institut Seni Indonesia Yogyakarta program studi Tata Kelola Seni. Penulis tertarik dalam bidang filsafat dan kritik seni. IG @sectioa

Next Post
Pemilihan Duta GenRe Kota Denpasar 2025: Nuartha dan Nadia Siap Jadi Figur Remaja Teladan

Pemilihan Duta GenRe Kota Denpasar 2025: Nuartha dan Nadia Siap Jadi Figur Remaja Teladan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co