10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ketut Asti | Cerpen Yuditeha

YuditehabyYuditeha
April 19, 2025
inCerpen
Ketut Asti | Cerpen Yuditeha

Ilustrasi tatkala.co | Rusdy

SETELAH mandi dan ganti baju, aku duduk di teras, berhadapan-hadapan dengan Riz. Ia mulai mengajariku membaca puisi yang harus aku tampilkan di sesi break pelatihan Sastra Bali. Meski sudah berulang kali mencoba, tetap saja aku kesulitan membaca seperti yang Riz ajarkan. Kulihat Riz terlihat mulai kesal. “Kenapa sih nggak bisa-bisa?” gumamnya sambil memijat kening.

Aku meringis, mencoba mencairkan suasana dengan bercanda, tapi ia mendadak berdiri, masuk ke rumah. Tapi ketika kembali, Riz sudah kembali tenang. “Aku berangkat dulu!” katanya sembari berjalan menuju motornya tanpa menungguku.

Sambil tetap khusyuk dengan bait-bait puisi, gegas aku menyusulnya. Namun, saat aku sudah sampai di dekatnya, Riz berbalik dan menatapku. “Aku bisa kena masalah kalau kamu bonceng aku!” katanya sebelum melesat pergi meninggalkanku berdiri bagai patung.

Pikiranku masih terpaku pada perkataannya, kena masalah, masalah apa? Tapi aku malas memikirkan lebih lanjut. Tak punya pilihan, segera aku pesan ojek. Setelah dua puluh menit, akhirnya aku tiba di pondok joglo sederhana tempat pelatihan. Aku mendengar Riz sudah memberikan materi di dalam ruangan.

Tanpa banyak pikir, aku langsung masuk dapur, mengambil piring, nasi, dan beberapa sate untuk kumakan di teras. Peserta lain menatapku heran, tapi aku tidak peduli. Tak lama, seorang perempuan Bali menghampiriku. Ia memperkenalkan diri bernama Ketut Asti, orang yang bertanggung jawab terhadap tempat pelatihan. “Kita di sini dua malam. Kamu bisa tidur di pondok itu,” katanya sambil menunjuk bangunan kecil di belakang joglo.

Aku mengangguk, merasa lega. Sesaat kemudian ponselku berdering. Nama Riz muncul di layar. “Aku khawatir kamu nggak sampai dengan aman!” ucapnya dengan nada cemas. Aku tertawa kecil dan meminta maaf. Aku spontan melirik ke arah Ketut Asti yang duduk di sebelahku.

Riz lantas memberitahu waktunya aku tampil baca puisi, dan tak kusangka penampilanku berjalan tanpa cacat, bahkan Riz memujiku. Setelah itu aku kembali duduk di samping Ketut Asti. Belum lama aku meletakkan pantatku, Riz kembali menelepon. Dia mengatakan sesuatu yang aneh dengan nada bergetar. “Nanti malam aku ikut di kamarmu ya.”

Sepertinya Ketut Asti mendengar ucapan Riz, tapi kulihat ia hanya tersenyum samar dan mengangguk seolah mengerti. Aku mengakhiri telepon dengan perasaan campur aduk.

“Riz tampaknya peduli padamu.” Ketut Asti berkata pelan, sembari menyerahkan sebelah earphone padaku.

Aku terdiam, tak tahu harus menanggapi bagaimana. Namun saat musik Bali mengalun di telingaku, seperti ada rasa dingin yang tiba-tiba merayapi punggungku.

“Selain ngurusi tempat ini, aku ingin bertemu seseorang,” kata Ketut Asti tiba-tiba, pandangannya mengarah jauh ke depan. “Seseorang yang dulu sangat aku kasihi. Seseorang yang pergi dengan meninggalkan janji.”

“Apa dia ikut acara ini juga?” tanyaku.

Ketut Asti setengah mengangguk. “Kau tahu, terkadang, ketika seseorang meninggalkan kita tanpa janji yang ditepati, mereka tetap tinggal, mengikat kita.”

Aku merasakan sesuatu yang ganjil.

“Riz mengingatkanku pada seseorang,” kata Ketut Asti.

Perkataannya membuat bulu kudukku berdiri. Apakah mungkin Ketut Asti melihat sesuatu di balik sosok Riz? Aku tak ingin berpikir jauh, tapi aku melihat tatapannya yang dalam seperti menyimpan duka.

Malam itu, setelah acara selesai, aku menuju pondok kecil yang ditawarkan Ketut Asti. Tak lama, terdengar ketukan di pintu, dan aku menduga itu Riz. Benar. Dia masuk dengan raut wajah penuh kecemasan.

“Dengar, aku harus cerita sesuatu.” Suaranya terdengar putus asa.

“Apa ini soal Ketut Asti?” tanyaku, langsung menerka.

Ia mengangguk perlahan. “Dia bukan sembarang peserta, dia adalah bayangan dari masa lalu. Kehidupan yang pernah ia jalani jauh sebelum kita lahir.”

Aku terdiam, bingung dengan ucapannya. “Apa maksudmu?”

“Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi katanya aku dan ia punya ikatan yang tak bisa kuabaikan. Katanya pula, kami pernah berada di masa lalu yang sama. Dan di masa itu aku meninggalkannya tanpa menepati janji.”

Aku menatapnya, bingung. “Jadi kamu pikir Ketut Asti adalah semacam arwah?”

Riz menunduk pelan, seperti tak berani menatapku. “Entahlah. Setiap kali aku dekat dengannya, aku merasa bayangan masa lalu menghantuiku. Mungkinkah aku adalah sarana dia untuk menuntut janji?”

“Tapi mengapa harus kamu?” tanyaku.

Kali ini Riz menggeleng. “Sialnya, mengapa aku seperti juga mengalaminya.”

Aku merasa tak nyaman. Kata-kata Riz terdengar mustahil, tapi ekspresinya begitu serius. Seakan ia berbicara dari dalam hatinya yang terdalam. Malam semakin larut, dan bayangan Ketut Asti tiba-tiba muncul di jendela, menatap ke arah kami. Senyumannya terlihat kosong, matanya menyiratkan rasa duka yang tak terungkap. Dia membuka pintu pondok, berdiri di ambang pintu dengan aroma dupa yang menyengat, membawa suasana mistis.

“Kamu tak perlu takut, aku hanya ingin menuntaskan janji,” katanya pelan, suaranya nyaris seperti bisikan angin.

Aku menoleh pada Riz, yang menunduk, tampak pasrah.

“Ketut Asti, siapa sebenarnya kamu?” tanyaku, mencoba memecahkan misteri itu.

Dia menatapku, lalu berbisik pelan. “Aku adalah bagian dari masa lalu yang ingin dia abaikan. Aku adalah seseorang yang pernah dia janjikan kebahagiaan, tapi dia tinggalkan begitu saja.”

Riz mulai gemetar. “Aku, aku tidak tahu bagaimana caranya memenuhi janji itu di kehidupanku ini.”

Ketut Asti tersenyum tipis. “Aku tak butuh janji di kehidupan ini.”

“Maksudmu?” sahutku.

“Cukup ingatannya, cukup pengakuannya, bahwa aku memang ada. Setelah itu, aku bisa pergi.”

Perlahan, Ketut Asti menjauh. Sosoknya lenyap dalam kegelapan, bersama aroma dupa yang makin menghilang. Aku melihat Riz menarik napas dalam, seakan beban besar telah lepas dari pundaknya.

Esok paginya, sebelum menginjak acara diskusi, aku melihat sebuah potret di dinding joglo, seorang perempuan berkebaya mirip Ketut Asti. Di bawahnya tertulis nama dan tahun yang mencengangkan: 1947.

Aku tersentak, akhirnya memahami semuanya. Sosok Ketut Asti memang bukan bagian dari dunia ini, tapi mungkin memang bagian dari kehidupan Riz yang lain, yang dulu ia tinggalkan dengan janji tak tertepati.

Malam kedua, Ketut Asti tak lagi muncul. Tak di jendela, Tak ada di antara peserta latihan. tak di antara aroma dupa, tak dalam mimpiku. Dan Riz, ia tampak lebih tenang. Seolah sesuatu telah selesai. Di sela jeda sebelum sesi tanya jawab, aku duduk di tangga joglo, menatap Riz yang sedang menyeruput kopi. “Riz,” panggilku.

Ia menoleh, mengangguk kecil.

“Apa yang kau lakukan, sampai dia tidak datang lagi?”

Riz menghela napas, wajahnya terlihat damai. “Aku menerimanya,” katanya lirih.

Aku menatapnya bingung. “Maksudmu?”

“Menerima kalau dia ada di dekatku,” katanya, “tanpa harus kupertanyakan, tanpa harus kutakuti, tanpa harus kuingkari. Kadang yang pergi hanya ingin dikenang, bukan diusir.” Setelah itu kami sama-sama diam dalam keheningan. [T]

Penulis: Yuditeha
Editor: Adnyana Ole

KLIKuntukBACAcerpen lain

Buket Mawar Merah | Cerpen Yuditeha
Lelaki yang Menghilang di Tengah Laut | Cerpen Pry S.
Perbincangan Rindu | Cerpen Lanang Taji
Daging Sapi Pesanan Ibu | Cerpen Eyok El-Abrorii
Doa Kembang Turi | Cerpen Heri Haliling
Tags: Cerpen
Previous Post

Puisi-puisi Leya Kuan | Pernah Aku Menjadi Remaja

Next Post

Kontekstualisai Modul Ajar Kebencanaan dalam Pembelajaran

Yuditeha

Yuditeha

Penulis tinggal di Karanganyar. IG: @yuditeha2

Next Post
Kontekstualisai Modul Ajar Kebencanaan dalam Pembelajaran

Kontekstualisai Modul Ajar Kebencanaan dalam Pembelajaran

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co