HEY, pernah nggak sih kamu merasa tiba-tiba stuck di hidup? Kayak lagi di persimpangan jalan, tapi nggak tahu harus belok ke mana. Teman-teman mulai sibuk dengan hidupnya masing-masing, ada yang sudah menikah, ada yang sibuk kerja, bahkan ada yang sudah punya bisnis sendiri. Sementara kamu masih bingung dengan tujuan hidup. Kalau kamu pernah ada di fase ini, selamat datang di quarter life crisis, fase hidup yang nggak diomongin saat kita kecil, tapi ternyata lumayan nyesek saat mengalaminya.
Dulu waktu kecil kita selalu dikasih ekspektasi kalau nanti saat sudah besar bakal jadi “seseorang.” Kuliah di universitas idaman, kerja di perusahaan yang keren, gaji besar, punya rumah, dan hidup bahagia. Tapi ternyata, realita jauh dari yang dibayangkan. Lulus kuliah nggak langsung dapat kerja, gaji pertama cuma cukup buat bayar kosan dan makan seadanya, sementara harga rumah semakin nggak masuk akal. Ini bukan cerita satu-dua orang saja, tapi banyak banget yang mengalami hal serupa.
Masalahnya, media sosial bikin semua terasa lebih buruk. Kamu buka Instagram, eh temanmu lagi liburan ke Jepang. Scroll TikTok, ada yang baru beli mobil impian di usia 25. LinkedIn lebih parah lagi, isinya anak-anak muda yang baru lulus tapi sudah jadi manajer perusahaan. Tanpa sadar, kamu membandingkan hidupmu dengan mereka. Padahal, yang kita lihat cuma highlight hidup orang lain, bukan perjuangan di baliknya.
Quarter life crisis juga datang dengan sejuta pertanyaan eksistensial. “Aku sebenarnya mau jadi apa sih?” “Apa aku sudah ada di jalan yang benar?” “Kenapa aku merasa ketinggalan jauh dari yang lain?” Pertanyaan-pertanyaan ini terus berputar di kepala, bikin tidur nggak nyenyak dan pikiran jadi overthinking.
Tekanan dari lingkungan juga nggak kalah menyebalkan. Orang tua mulai bertanya, “Kapan kerja tetap?” “Kapan menikah? Ibu sudah nggak sabar ngemong cucu.” Sementara kamu sendiri masih sibuk mencari jati diri. Kadang rasanya ingin kabur saja ke tempat sepi, jauh dari semua tuntutan, dan istirahat sejenak dari dunia yang serba sibuk ini.
Tapi, di balik semua kegelisahan ini, ada hal yang jarang kita sadari, quarter life crisis itu tanda kalau kita peduli dengan hidup kita. Kita mempertanyakan banyak hal karena kita nggak mau jalan di tempat. Kita merasa bingung karena kita sedang mencari sesuatu yang benar-benar bermakna untuk diri kita.
Dan faktanya, nggak ada satu pun orang yang benar-benar punya hidup yang figured out di usia 20-an. Bahkan mereka yang kelihatannya sudah “sukses” pun masih punya ketakutan dan kebingungan sendiri. Kita semua sedang berjalan di perjalanan yang berbeda, dengan ritme yang berbeda.
Mungkin yang kita butuhkan bukan jawaban instan, tapi keberanian untuk terus melangkah, meskipun belum tahu ke mana arahnya. Nggak apa-apa kalau kamu belum punya pekerjaan impian. Nggak apa-apa kalau kamu masih bingung dengan passion-mu. Yang penting, kamu terus bergerak dan nggak berhenti mencoba.
Daripada sibuk membandingkan diri dengan orang lain, coba fokus ke progres kecil yang sudah kamu buat. Mungkin dulu kamu nggak percaya diri berbicara di depan umum, tapi sekarang sudah lebih berani. Mungkin kamu belum punya pekerjaan tetap, tapi kamu sudah belajar banyak skill baru. Semua hal kecil itu tetap perkembangan yang berharga.
Quarter life crisis itu bukan akhir dari segalanya, tapi justru merupakan fase transisi yang bakal membantu kita menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Kita nggak harus buru-buru sampai ke tujuan, yang penting kita menikmati prosesnya.
Jadi kalau kamu sedang mengalami fase ini, tarik napas dulu. Kamu nggak sendirian, dan semuanya bakal baik-baik saja. Kadang kita cuma butuh percaya kalau hidup ini nggak harus sempurna, yang penting kita terus berjalan. [T]
Penulis: Putu Ayu Aprilia Aryani
Editor: Adnyana Ole
- BACA JUGA: