HARI Suci Saraswati yang jatuh pada Sabtu, 8 Februari 2025 menjadi hari yang dinanti-nanti oleh seluruh mahasiswa UPMI Bali. Pasalnya, hari itu merupakan hari diumumkannya pemenang lomba membuat gebogan dan lomba persembahyangan yang telah terlaksana sehari sebelumnya.
Pengumuman pemenang lomba dilakukan sebelum persembahyangan bersama dimulai. Sedari pukul 08.00 Wita, Wantilan Pura Jagat Widya Aksara sudah dipadati oleh para mahasiswa UPMI Bali, terutama yang mengikuti lomba pada hari Jumat, 7 Februari lalu, mereka pantang absen di hari turunnya ilmu pengetahuan itu.
Tak sedikit yang menganggap lomba membuat gebogan dan lomba persembahyangan adalah kegiatan yang remeh. Kendati demikian, nyatanya kegiatan tersebut adalah salah satu hal yang mengasyikan sekaligus membanggakan bagi para mahasiswa. Melalui lomba-lomba tersebut, akan terlihat progam studi manakah yang paling aktif dan kreatif, di sanalah letak gengsinya. Kalau sampai absen tidak ikut lomba, maka akan menjadi aib bagi program studi (prodi). Selain itu, lomba-lomba tersebut juga menjadi ajang mempererat tali persaudaraan antar mahasiswa UPMI Bali.

Perayaan hari suci Saraswati di UPMI Bali | Foto: dok. Humas UPMI Bali
Ketika waktu tepat menunjukkan pukul 09.00 Wita, pewara pun mengambil pelantang suara dan menginformasikan bahwa pengumuman pemenang lomba gebogan dan lomba persembahyangan akan segera diumumkan.
Setelah semuanya berkumpul, pewara kemudian menyebutkan para juara lomba seraya membacakan perolehan poin.
Semua peserta antusias dan berupaya menjadi yang terbaik. Hingga akhirnya pada tangkai lomba membuat gebogan, prodi Pendidikan Matematika berhasil menyabet Juara I. Disusul Juara II–prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah (PBID), dan Juara III–prodi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR).
Pada tangkai lomba persembahyangan, keluar sebagai Juara I–Ni Putu Ari Darmayani (prodi Pendidikan Bahasa Bali), Juara II–Ni Wayan Sanita Enjelina (prodi Pendidikan Seni, Drama, Tari, dan Musik), dan Juara III–Desak Putu Eka Satya (prodi PJKR).
Ketika para juara itu disebut, para mahasiswa tampak bertepuk tangan dan bersorak riang. Begitulah semarak yang terjadi setiap hari suci Saraswati di UPMI Bali. Sederhana namun bermakna.
Penyerahan hadiah pun kemudian dilaksanakan, diserahkan langsung oleh Dr. Drs. I Wayan Sudiarsa, M.Si. selaku Wakil Rektor II dan Dr. I Wayan Sumandya, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Rektor III, yang pada kesempatan tersebut mewakili Rektor UPMI Bali, Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H., M.Hum. yang masih dalam perjalanan.

Penyerahan hadiah oleh Wakil Rektor III UPMI Bali | Foto: tatkala.co/Dede
“Kami sangat bangga dengan pencapaian ini, apalagi kita termasuk tim dadakan. Awalnya tidak ada yang bersedia untuk mewakili lomba membuat gebogan ini. Tetapi dengan inisiatif kami sendiri, akhirnya terbentuklah sebuah tim yang kompak dan bemodal nekat ini.”
Begitulah ungkap Komang Bagus Arya Bagaskara (22), Arya sapaan akrabnya, salah satu peserta lomba membuat gebogan dari program studi Pendidikan Matematika. Ia bersama rekan timnya (Adnyani, Dea, Drajat, dan Suningsih) berhasil menyabet Juara I.
Pemuda asal Sanur itu mengungkapkan, “Karena kami anak matematika, awalnya kami berencana menggunakan pola aritmatika untuk membuat gebogan, yaitu menggunakan urutan buah berbeda-beda, mulai dari berjumlah banyak (pola 4), lalu semakin ke atas dikurangi 1 (n-1). Tetapi sayangnya, karena jumlah buah dan dana yang terbatas, jadinya pola tersebut tidak jadi kami gunakan. Akhirnya, mau tidak mau kami menggunakan pola biasa,” jelasnya berteori.

Ni Komang Sariasih (tengah-berkacamata) menerima hadiah sebagai Juara II lomba membuat gebogan | Foto: dok. Humas UPMI Bali
Sementara itu, Ni Komang Sariasih (19) yang akrab dipanggil Sarah, mahasiswi semester III di program studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah (PBID), bersama rekan timnya (Suwini, Intan Karunia, Intan Cahyani, dan Dipa) bersorak kegirangan ketika diumumkan sebagai Juara II.
Gadis berkacamata asal Jimbaran, Badung itu mengatakan, “kami sama sekali tidak menyangka bisa dapat Juara II, jadi ya memang pasrah saja kemarin. Eh, ternyata berhasil,” katanya berbinar.
“Perasaannya sangat senang, tetapi masih deg-degan, karena ini pertama kalinya saya ikut lomba gebogan tanpa diawasi kakak tingkat. Kemarin juga kami kejar-kejaran dengan waktu, semua serba kelabakan. Tetapi, ternyata kami mampu menyelesaikan sebelum waktu berakhir. Itu cukup menguras keringat dan pikiran,” ujar Sarah bersemangat.

Foto bersama para pemenang lomba membuat gebogan dan persembahyangan | Foto: tatkala.co/Dede
Lomba-lomba tersebut tentu tidak akan terjadi tanpa kerja keras dari BEM UPMI Bali yang secara rutin menyelenggarakan perlombaan tersebut setiap menjelang Saraswati.
Ketua BEM UPMI Bali, I Gusti Ayu Mira Ardanantya (20) atau akrab disapa Mira mengatakan, perlombaan tersebut sudah dipersiapkan sejak 5 Januari 2025 lalu, mulai dari pengajuan proposal, membuat kriteria lomba, technical meeting, sampai hari perlombaan.
Dara asal Abiansemal itu juga mengaku mengalami berbagai kendala selama proses mempersiapkan kegiatan tersebut. Seperti terbatasnya waktu untuk menginformasikan kegiatan ke setiap program studi, karena kebetulan bertemu dengan banyak hari libur di akhir Januari. Mulai dari Siwaratri, Imlek, Isra Miraj, dan libur semester ganjil.
Meskipun mengalami kendala selama prosesnya, tetapi Mira dan skuad BEM UPMI Bali yang lain mampu melaksanakan kegiatan tersebut dengan terorganisir dan sukses.
“Sebagai Ketua BEM sekaligus penanggung jawab kegiatan lomba, saya merasa sangat bersyukur dan bangga, berkat kerja sama yang solid dari seluruh panitia (BEM), acara ini bisa terlaksana dengan sukses. Ini adalah kesekian kalinya saya terlibat dalam lomba-lomba Saraswati, jadi sudah tahu apa saja yang harus dipersiapkan dan dilakukan,” pungkas Mira.

Penyerahan hadiah juara lomba membuat gebogan dan persembahyangan di UPMI Bali | Foto: tatkala.co/Dede
Euforia berlangsung singkat. Setibanya Rektor UPMI Bali, acara pun kembali khusyuk. Dilanjutkan dengan persembahyangan bersama oleh dosen, pegawai, dan seluruh mahasiswa UPMI Bali.
Yang terlihat paling ramai datang adalah mahasiswa semester VII, barangkali mereka ingin bertobat, menebus segala dosa di dunia pendidikan. Agar dimudahkan jalannya menyelesaikan tugas akhir–skripsi.
“Banyak jalan menuju roma, banyak jalan pula menuju skripsian tanpa drama, yang jelas harus rajin berdoa dan berusaha,” celetuk salah satu mahasiswa semester VII setelah persembahyangan berakhir.
Euforia lomba gebogan kembali berlanjut. Diawali dengan foto bersama di depan gebogan, kemudian mereka langsung menggotongnya ke prodi masing-masing.
Inilah saat yang paling ditunggu-tunggu, yaitu sesi perebutan lungsuran (sisa persembahan). Lungsuran dipercaya bisa membawa berkah, wajar saja selalu jadi rebutan. Tak tanggung-tanggung, bahkan ada yang sampai menyiapkan tas kresek dari rumah, berharap dapat lungsuran paling banyak.
Begitulah serba-serbi perayaaan hari suci Saraswati di UPMI Bali. Merayakan hari turunnya ilmu pengetahuan, merajut kebersamaan lewat hal-hal sederhana namun bermakna. [T]
Reporter/Penulis: Dede Putra Wiguna
Editor: Adnyana Ole