MELIHAT karya lukis Sri Chinmoy yang dipajang di Agung Rai Museum of Art (ARMA) Agung Rai Museum (ARMA), energi kedamaian dan harmoni terpancar begitu kuat di dalamnya. “Karya-karya itu tak ada gejolak emosi yang membuat tegang, semunya damai dan harmoni,” kata Prof. Dr. I Wayan Dibia usai menerima penghargaan Sri Chinmoy Culture-Light Award dari Yayasaan Seni Jharna-Kala, Kamis 30 Januari 2025.
Pameran Sri Chinmoy sebagai perayaan 50 tahun lukisan Sri Chinmoy menampilkan lebih dari selusin lukisan akrilik abstrak yang disajikan untuk perytama kalinya di Bali. Karya seni Sri Chinmoy dikenal sebagai “Jharna-Kala” atau Air Mancur Kesenian. Lukisan ini dikurasi oleh Ranjana K. Ghose, Direktir Yayasan Seni Jharna-Kala yang menjadi salah satu tuan rumah acara tersebut.
Lukisan dengan warna yang khas itu merupakan bagian dari ribuan lukisan yang dibuat oleh Sri Chinmoy, yang seorang seniman, penyair, komposer musisi aktif dalam bidang kemanusiaan dan guru spiritual yang menyalurkan inspirasi dan meditasi ke dalam banyak cara kreatif. “Banyak tulisan Sri Chinmoy yang menginspirasi khususnya tentang kedamaian, dan itulah yang menjadi salah satu pegangan saya juga,” ucap Prof. Dibia.
Seni itu tentang kedamaian dan keharmonisan. Kalau orang bermain gamelan di Bali, itu bukan pemer kekuatan individu, tetapi keharmonisan dalam bermain bersama-sama menyatukan rasa, pikiran, jiwa dan sangat penting didalam aktivitas. “Saya merasa senang mendapat satu kehormatan dari oraganisasi ini, karena telah memberikan pertimbangan apa yang saya lakukan, sehinga sore ini mendapat penghargaan special,” ucapnya tersenyun.
Di Bali, prinsip berkesenian itu adalah menjaga keharmonisan dan kebersamaan. Apapun, yang digarap dan dibuat prinsipnya adalah kebersamaan. “Ini perlu dijaga secara terus menerus, supaya seni itu tak hanya untuk kepentingan estetik dan artistik, tetapi menjadi kunci perekatan hubungan masyarakat damai dan hamoni,” ungkapnya.
Suasana pembukaan pameran lukis Sri Chinmoy yang dipajang di Agung Rai Museum of Art (ARMA) | Foto: tatkala.co/Bud
Owner ARMA, Agung Rai mengatakan, karya-karya lukis ini banyak yang terinspirasi dari Bali, terutama warnanya. Hal itu mencerminkan kesederhanaan, kejujuran, dan kedamaian. Di jaman sekarang ini, spirit itu sangat penting. “Karya lukisan itu menggunakan media kertas, tetapi isinya sangat luas biasa, karya sastranya,” sebutnya.
Direktur Yayasan Seni Jharna-Kala, Ranjana K. Ghose yang menjadi salah satu tuan rumah acara ini memaparkan, karya lukis Sri Shinmoy dipamerkan di Museum ARMA didatangkan secara khusus dan dipajang untuk kedamaian dan keharmonisan dunia, sekaligus sebagai bentuk perayaan 50 tahun sejak Sri Shinmoy mulai berkarya.
Prof Dibia | Foto: tatkala.co/Bud
Ranjana menambahkan, penghagraan itu diberikan kepada Prof Dibia atas prestasinya sebagai seorang penari, koreografer dan sarjana seni dan seni Bali. Termasuk tulisannya tentang Taksu.
“Pengharnaan ini diberikan kepada mereka yang membawa cahaya ke dalam pikiran manusia melalui budaya, musik, seni, sastra dan kenegarawanan melalui percikan kreatif untuk melayani kemanusiaan yang terus berkembang,” paparnya.
Sejak penghargaan ini didirikan pada tahun 2012, penerima penghargaan terhormat termasuk negarawan, seerti Presiden Mikhail Gorbachev dan Perdana Menteri Xanana Gusmao dari Timur Laste, pemimpin agama seperti Uskup Agung Desmond Tutu, musisi seperti L. Subramaniam dan Philip Glass, pemangku budaya, seperti pangeran Dipokusumo dan Putri Febri dari Surakarta dan pemangku kesenian seperti Agung Rai.
Lukisan Sri Chinmoy di Arma | Foto: tatkala.co/Bud
Pada acara pamera itu juga disii dengan paduam suara anak-anak Bina Vokalia di Denpasar membawakan beberapa lagi Sri Chinmoy yang didedikasikan untuk kedamaian dan seni. Acara itu juga menampilakn doa perdamaian dengan mengusung obor kedamaian yang dibawa oleh Sri Chinmoy Oneness-Home Peace Run dan lebih dari 160 negara di seluruh dunia.
Tangkaian dari acara ini, yaitu festival kedamaian Satu Bumi diselenggakan kerjasama Peace Run dan Rotary pada 1 Pebruari di lapangan Niti Mandala Renon mulai pukul 9-12. Aksi kedamaian, lebih dari 300 peserta visi kesenian Sri Chinmoy mengunjungi Bali hingga tanggal 11 Pebruari. Kelas meditasi gartis akan dipersembahkan di hotel Amaris Denpasar 11 dan 13 Pebruari mulai pukul 19.00 – 12.00 Wita. “Rombongan yang datang ke Bali berasal dari 40 negara untuk mengapresiasi kebudayaan Bali dan bahu-membahu membangun dan olahraga,” lanjutnya. [T]
Reporter/Penulis: Budarsana
Editor: Adnyana Ole