28 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kita Semua Berdagang

Angga WijayabyAngga Wijaya
January 7, 2025
inEsai
Telenovela

Angga Wijaya

GURU pelajaran ekonomi pada sekolah menengah pertama, pernah sakit hati pada saya, dulu sekali.  

Pasalnya, dalam sebuah obrolan dengan teman-teman sekelas; saya berujar tentang  korelasi ilmu ekonomi yang dipelajari di sekolah, dengan kehidupan sehari-hari yang manusia jalani.

“Saat berbelanja ke pasar, apakah rumus-rumus ekonomi akan kita gunakan? Tidak, bukan?” kata saya waktu itu.

Bisa jadi, ada siswa yang menyampaikan soal perkataan saya itu kepada guru perempuan tersebut yang di sekolah dikenal dekat dengan murid-murid.

Sejak itu, guru ekonomi tersebut selalu menyuruh saya untuk menjawab pertanyaan seusai ia menjelaskan pelajaran. Ada yang bisa saya jawab, ada pula yang tidak. Hanya saja, saya tahu ia ‘sakit hati’ pada saya. Mungkin ia merasa tidak dihargai, merasa disepelekan, mungkin juga merasa diremehkan.

Padahal, sebenarnya saya hanya mengkritisi pelajaran ekonomi pada kurikulum saat itu yang saya lihat amat berjarak dengan kehidupan nyata. Jika belajar tentang para pemikir ekonomi di dunia berserta teori dan pemikirannya tentunya masih relevan. Tapi kalau belajar yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, tentu hanya membuang-buang waktu dan energi saja.

Sekarang, ilmu kewirausahaan juga diajarkan di sekolah. Ini tentu sebuah kemajuan. Apalagi, jika sekolah mengadakan kegiatan expo, dimana para siswa terjun langsung untuk berjualan, merasakan bagaimana menjadi pedagang kuliner, misalnya; mulai dari memasak makanan yang hendak dijual, menata barang dagangan, hingga kemampuan komunikasi agar pengunjung mau mampir, mencicipi dan membeli makanan yang ditawarkan.

Dengan praktik langsung, keilmuan tidak lagi menjadi ‘kaku’, hanya teori yang terpampang pada buku-buku. Pengalaman di lapangan juga memberi kesan penting bagi para siswa; bagaimana sebuah ilmu diterapkan dalam kehidupan nyata.  

Pengalaman pribadi saya di masa lalu, ketika mempertanyakan relevansi ilmu ekonomi di sekolah, ternyata membawa saya pada sebuah pemahaman yang lebih mendalam tentang interaksi manusia. Awalnya, saya hanya melihat ekonomi sebagai sekumpulan angka dan rumus yang jauh dari kehidupan sehari-hari.

Namun, seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa ekonomi sejatinya adalah tentang bagaimana kita berinteraksi, bernegosiasi, dan membuat pilihan dalam hidup.

Setiap hari, kita terlibat dalam berbagai bentuk pertukaran. Ketika kita membeli makanan di warung, kita sedang bertukar uang dengan barang. Saat kita membantu teman mengerjakan tugas, kita sedang bertukar bantuan dengan persahabatan.

Bahkan ketika kita tersenyum kepada orang asing, kita sedang “menawarkan” keramahan dengan harapan mendapatkan respons yang positif. Semua interaksi ini, sekecil apapun, mengandung unsur pertukaran atau perdagangan.

Konsep “kita semua berdagang” ini tidak hanya berlaku dalam konteks ekonomi yang sempit, tetapi juga dalam hubungan sosial, politik, dan bahkan dalam kehidupan pribadi kita.

Dalam hubungan persahabatan, misalnya, kita seringkali “berinvestasi” waktu, energi, dan emosi dengan harapan mendapatkan dukungan, pengertian, dan kebahagiaan. Dalam dunia politik, para politisi “menawarkan” janji-janji kampanye dengan harapan mendapatkan suara pemilih.

Namun, perdagangan tidak selalu berjalan mulus dan adil. Seringkali, kita menghadapi situasi di mana kekuatan tawar menawar tidak seimbang. Misalnya, dalam hubungan antara pekerja dan pengusaha, pekerja mungkin merasa dipaksa untuk menerima gaji yang rendah karena takut kehilangan pekerjaan.

Dalam perdagangan internasional, negara-negara berkembang seringkali menghadapi tekanan dari negara maju dalam negosiasi perdagangan.

Selain itu, konsep “kita semua berdagang” juga memunculkan pertanyaan etis. Apakah semua bentuk perdagangan dapat dibenarkan? Bagaimana kita bisa memastikan bahwa perdagangan dilakukan secara adil dan tidak merugikan pihak lain? Dalam era globalisasi, di mana perdagangan lintas batas semakin marak, isu-isu seperti eksploitasi tenaga kerja, kerusakan lingkungan, dan ketidaksetaraan semakin menjadi sorotan.

Pemahaman tentang konsep “kita semua berdagang” dapat membantu kita menjadi konsumen yang lebih cerdas, pekerja yang lebih baik, dan warga negara yang lebih bertanggung jawab.

Dengan menyadari bahwa setiap tindakan kita memiliki konsekuensi, kita dapat membuat pilihan yang lebih bijaksana dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan sesama.

Konsep “kita semua berdagang” juga memiliki implikasi yang luas bagi cara kita memahami diri kita sendiri dan masyarakat. Jika kita melihat semua interaksi sebagai bentuk pertukaran, maka kita mungkin cenderung lebih fokus pada keuntungan pribadi daripada pada kepentingan bersama. Hal ini dapat mengarah pada individualisme yang berlebihan dan mengikis nilai-nilai sosial seperti solidaritas dan empati.

Di sisi lain, pemahaman yang mendalam tentang dinamika perdagangan dapat membantu kita membangun hubungan yang lebih sehat dan produktif. Dengan menyadari bahwa setiap interaksi melibatkan pertukaran, kita dapat lebih menghargai kontribusi orang lain dan berusaha untuk mencapai keseimbangan yang adil dalam semua hubungan kita.

Pada masa sekarang, kemampuan “menjual diri”, dalam artian mempromosikan tentang apa yang seseorang punya dan mampu lakukan—terutama dalam dunia kerja, menjadi sangat penting.

Tanpa disadari, mulai dari menjual kemampuan berbicara, menulis, mengajar, tenaga untuk pekerjaan fisik; misalnya pekerja proyek atau bangunan, hingga yang dianggap ‘salah’ di masyarakat sekalipun, yakni seks atau pelacuran—kita semua kalau mau jujur, ‘berdagang’, berjualan.

Bahkan, apa apa yang disebut menjilat sekalipun, itu butuh kemampuan tertentu. Jangan munafik. Jangan pula menghakimi. Apa yang menjadi contoh di atas adalah strategi untuk bertahan hidup yang makin keras, penuh persaingan, dan tidak jarang berlangsung secara tidak adil.

Menjadi catatan, jika kita membaca novel Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Dewi Lestari (Dee), dimana Diva, salah satu tokoh dalam novel tersebut berujar: Ternyata, pelacuran terjadi dimana-mana. Hampir semua orang melacurkan waktu, jati diri, pikiran bahkan jiwanya. Dan, bagaimana kalau ternyata itulah pelacuran yang paling hina? (Hal 69)

Kalimat Diva dalam novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh menyajikan sebuah pandangan yang provokatif dan kompleks tentang makna pelacuran. Melampaui definisi tradisional, Diva mengajak kita untuk merenungkan bahwa pelacuran tidak hanya terbatas pada pertukaran seks demi imbalan materi, tetapi juga mencakup berbagai bentuk eksploitasi diri.

Diva mendefinisikan pelacuran sebagai sebuah tindakan menjual sesuatu yang berharga, baik itu waktu, jati diri, pikiran, maupun jiwa. Dalam konteks modern, kita seringkali tanpa sadar terlibat dalam bentuk-bentuk pelacuran ini.

Misalnya, seorang pekerja kantoran yang menghabiskan sebagian besar waktunya di kantor demi mengejar karir, pada dasarnya telah “melacurkan” waktunya demi mencapai tujuan materi. Seorang influencer yang menjual citra dirinya demi mendapatkan pengikut dan endorsement, juga bisa dianggap sebagai bentuk pelacuran. Diva menyiratkan bahwa ada hierarki dalam bentuk-bentuk pelacuran. Pelacuran fisik mungkin dianggap lebih kasat mata dan seringkali distigma, namun pelacuran yang melibatkan waktu, jati diri, atau jiwa dianggapnya lebih hina. [T]


BACA artikel lain dari penulis ANGGA WIJAYA

Ibu Menemaniku Saat Skizofrenia Mendera
Pekerja Anak Dalam Kenangan
“Galbay” di Negeri “Wakanda”: Sebuah Renungan
Setelah Suami Berpulang
Enam Bulan Kerinduan
Perlukah Mal di Bali: Sebuah Kajian Antropologis
Tags: ekonomiPendidikan
Previous Post

Fajar Harapan Menuju Indonesia Emas

Next Post

Susah Senang Mahasiswa NTT Kuliah Sambil Kerja di Denpasar

Angga Wijaya

Angga Wijaya

Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Puisi-puisinya pernah dimuat di Warta Bali, Jembrana Post, Independent News, Riau Pos, Bali Post, Jogja Review, Serambi Indonesia dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogy (INSIST Press, 2005). Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.

Next Post
Susah Senang Mahasiswa NTT Kuliah Sambil Kerja di Denpasar

Susah Senang Mahasiswa NTT Kuliah Sambil Kerja di Denpasar

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more

Waktu Terbaik Mengasuh dan Mengasah Kemampuan Anak: Catatan dari Kakawin Nītiśāstra

by Putu Eka Guna Yasa
May 28, 2025
0
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

DI mata orang tua, seorang anak tetaplah anak kecil yang akan disayanginya sepanjang usia. Dalam kondisi apa pun, orang tua...

Read more

Budaya Kolektif dalam Duka

by Kim Al Ghozali AM
May 28, 2025
0
Budaya Kolektif dalam Duka

DI banyak tempat di negeri ini, kematian bukan hanya urusan keluarga. Ia adalah milik kampung, urusan RT, urusan tetangga, urusan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Wahyu Sanjaya dan Cintya Pradnyandewi Terpilih Sebagai Duta Bahasa Provinsi Bali 2025
Gaya

Wahyu Sanjaya dan Cintya Pradnyandewi Terpilih Sebagai Duta Bahasa Provinsi Bali 2025

WAYAN Wahyu Sanjaya dan I Gusti Ayu Cintya Pradnyandewi  terpilih sebagai Duta Bahasa Provinsi Bali 2025 dalam puncak acara pemilihan...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co