30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Capung dan Daun Teratai | Dongeng dari Papua

Teddy KollbyTeddy Koll
January 5, 2025
inDongeng
Capung dan Daun Teratai | Dongeng dari Papua

Ilustrasi tatkala.co | Rusdy

ADA satu danau  berbentuk hati. Danau itu punya air biru jernih. Di sekitar danau tinggallah seekor capung bersama keluarga serangga: Belalang dan Kupu-kupu dan Kunang-kunang dan Laron. Mereka hidup bahagia. Mereka cari makan bersama. Mereka bermain bersama.

Hingga pada suatu hari, mereka mendengar deru bunyi, dan tiupan angin  kencang; suara itu  buat Rusa yang sedang minum air danau lari terbirit-birit, angin kencang bikin  sayap Capung hampir patah.

Dari perut air, yang serupa cermin, mereka  lihat sesuatu, sesuatu terbang di bawah awan, sesuatu yang mirip bentuk tubuh capung. Mereka penasaran, Capung bertanya di dalam hati: bagaimana ia bisa terbang? Terbuat dari apakah tubuh dan sayapnya?

Sepanjang hidup capung dan kawan-kawan belum pernah bertemu, atau dengar cerita tentang sesuatu yang baru mereka lihat itu.

Capung segera terbang meninggalkan danau, terbang ke arah timur, hendak bertemu Elang. Elang punya cakar tajam dan paruhnya merah hitam seperti buah matoa matang, sayapnya kuat seperti dahan kayu besi, bulunya berwarna putih berbintik hitam.

Capung tiba di sana, ia hinggap pada ranting bese nale.

 “Kek, apakah Kakek tahu tentang sesuatu yang baru terbang?“ Capung bertanya kepada Elang yang dipanggil dengan sebutan Kakek.  Capung bertanya dengan  suara gemetar.

Kakek Elang sedang lahap menikmati daging kuskus. Elang melepas cakar dari cengkraman tubuh kuskus putih, ia menatap Capung.

Capung menggigil, seluruh tubuhnya dingin, kaki-kakinya serasa lepas dari tubuhnya.

Kakek Elang menggoyang-goyangkan  tubuhnya—darah kuskus, lepas dari bulu dan paruhnya.

 Ia maju selangkah dari tubuh kuskus yang sebagian sudah tinggal tulang. Ia kasih kode kepada Capung dengan paruhnya agar ia datang dan hinggap di sampingnya.

Capung buka sayap dan terbang, mendekat dan hinggap dan ia  dengar Kakek Elang bilang: “Itu burung buatan manusia!”

Burung buatan manusia itu, tentu sangat mengganggu elang. Kakek Elang sudah beberapa kali melihatnya, dan ia tak suka dengan bising suaranya, ia juga tak suka kecepatan miliknya.

Setelah pertemuan itu, Capung meninggalkan Elang. Ia berniat terbang seperti burung buatan manusia.  Ia bilang kepada dirinya: saya mau belajar terbang.

 Setiap hari ia belajar terbang. Terbang dari satu daun ke daun lain. Ia menambah tinggi jangkauan terbangnya juga, tak seperti teman-teman Capung yang hanya bermain di atas perut air.

Sambil bermain, mereka mengamati Capung. Mereka bilang kepadanya: biar Elang dan burung buatan manusia saja yang terbang tinggi, kita cukup begini saja.

Tapi Capung tetap berlatih.

Teman-teman tidak percaya ia bisa terbang lebih tinggi dari tinggi pohon ketapang.

Ia cepeh berlatih dan capung duduk di daun teratai yang mengapung di atas perut air, yang sebagian daunnya tenggelam di air, yang tangkai besar menjulang tinggi ke awan, yang kelopak bunga besar berwarna putih kemerahan dan mekarnya  menyerupai payung. Teratai hidup bahagia bersama air.

Tapi banyak serangga yang yang tak suka padanya. Hanya Capung yang suka duduk dan merenungi impiannya di atas sehelai daun teratai, bernaung di bawah payung teratai, capung suka mengamati warna bunga teratai dan sering bertanya-tanya juga: bagaimana ia memiliki warna seindah ini?

Teratai senang bersama capung, dan ia mekar dan mengeluarkan aroma untuknya, dan kapanpun capung datng ia selalu menyiapkan tempat buatnya duduk dan bermenung. Teratai juga mendengar setiap keluh kesah Capung. Hingga suatu hari Teratai berkata: “Aku akan menghadiahkan engkau daun milikku, ia akan menerbangkanmu setinggi-tingginya”

Teratai memberi satu daun miliknya kepada Capung. Tetapi dengan  syarat: Capung tak boleh terbang tinggi dan jauh mendekat di tempat tinggal Elang.

Capung terbang gunakan daun teratai, awalnya ia terbang rendah dan hinggap di atas daun ilalang, lalu terbang agak tinggi dan hinggap di atas daun sagu, lalu terbang tinggi dan hinggap di atas daun ketapang; setiap hari ia terbang makin tinggi bahkan lebih tinggi dari bese nale—tempat Elang tinggal.

Elang melihat Capung terbang, beberapa kali Capung terbang tinggi di sekitar wilayah Elang; Elang bertanya dalam hati: bagaimana bisa Capung  terbang setinggi itu? Elang pun terbang mendekat dan melihat, oh, ternyata Capung terbang menggunakan daun teratai; Elang merampas, membawa pergi daun teratai lalu menyobek dan menghamburkan ke tanah.

 Capung terbawa angin kencang, seperti daun ketapang kering, Capung terbawa jauh tak tentu arah.

Capung jatuh di semak-semak yang buat perutnya berdarah; sayap kirinya sobek ditusuk ranting kayu kering. Ia menjerit kesakitan.

Beberapa hari ia tak sadarkan diri. Tak ada yang tahu keberadaannya, kecuali seekor semut. Semut datang, ia membangunkan capung, dan ia menggotongnya ke tepi danau, seekor katak membawa dan menidurkan tubuhnya di atas daun teratai.

 Teratai dan teman-temannya datang menghiburnya, Teratai mengobati luka, dengan ramuan, seketika luka di perut sembuh, sayapnya yang sobek pulih.

Capung menceritakan kejadian itu, ia memohon maaf kepada Teratai dan ia berjanji:  tidak akan lagi terbang dekat Elang tinggal. Teratai beri lagi daunnya. Capung terbang menggunakannya lagi tapi ia terbang rendah. Ia terbang jauh dan menaburkan benih teratai dari satu danau ke danau lain. Capung dan Kupu-kupu dan Belalang dan Laron sering menggunakan daun teratai juga—mereka terbang bersama mencari makanan di tempat jauh, mereka terbang dari satu pohon ke pohon lain, terbang dan hinggap dari satu bunga ke bunga yang lain. Di tepi danau itu kini, mereka hidup bahagia, bersama Teratai. [T]

(Ubrub-Semografi, 2024-2025)

  • KLIKuntukBACAdongeng lainnya
Rum dan Tongkat Ratu Semut | Dongeng dari Papua
Lukas dan Tuk Kecil yang Baik Hati | Dongeng dari Papua
Dongeng | Anak Kecil dan Pohon Pemali
Dongeng | Si Jangkrik Kalung yang Terlalu Percaya Diri
Aya, Seekor Anak Buaya Tak Lagi Makan Daging
Tags: dongengdongeng dari papua
Previous Post

Perempuan Sumur | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Next Post

Puisi-puisi Muhammad Rifan Prianto | Setelah Membaca 100 Soneta Cinta Pablo Neruda

Teddy Koll

Teddy Koll

Lahir di Semografi 22 November 1997. Ia sebagai guru di SD YPPK AKARINDA Semografi. Kini, ia sedang belajar menulis puisi dan dongeng.

Next Post
Puisi-puisi Muhammad Rifan Prianto | Setelah Membaca 100 Soneta Cinta Pablo Neruda

Puisi-puisi Muhammad Rifan Prianto | Setelah Membaca 100 Soneta Cinta Pablo Neruda

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co