10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Bayang Hitam Perempuan dan Botol Depresi | Dari Pentas Seni UAS Mahasiswa PSBKH STAHN Mpu Kuturan

Sonhaji AbdullahbySonhaji Abdullah
December 22, 2024
inUlas Pentas
Bayang Hitam Perempuan dan Botol Depresi | Dari Pentas Seni UAS Mahasiswa PSBKH STAHN Mpu Kuturan

Pentas Teater Batasan yang Tak Terlihat | Foto: tatkala.co/Son

DI tengah cahaya, perempuan itu duduk di atas kursi. Mukanya murung. Tapi kedua tangannya menari—indah meski tampak masih sedikit tawar. Sesosok hitam atau bayangan hitam (diperankan oleh perempuan juga), mengikuti gerak pikir perempuan pertama, hingga ke mana pun tangannya meliuk.

Panggung gelap terang. Sesosok hitam itu terus membututinya, mengganggu.

Pementasan teater itu berjudul “Batasan yang Tak Terlihat” karya Luh Budiasa, semester 5 Jurusan Pendidikan Seni dan Budaya Keagamaan Hindu (PSBKH), Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan, Singaraja.

Teater tari itu memang salah satu pertunjukan dari sejumlah pertunjukan dalam rangka Ujian Akhir Semester (UAS) mahasiswa PSBKH STAHN Mpu Kuturan, Jumat, 20 Desember 2024, di Gedung Sasana Budaya Singaraja, Buleleng, Bali.

Ada sepuluh pertunjukan seni yang dipentaskan dalam rangkaian pergelaran itu. Ada tabuh, tari, teater, film dan seni pertunjukan lain. Ada Tabuh Kreasi Bengal, Tari Rejang Panutun, Tabuh Kreasi Malini Semara.

Kemudian ada juga Tari Durma Lawe, Tari Ksatria Sundari, Teater Terjebak di Dalam Layar, Teater Kapegatin Tresna, Teater Dunia di Balik Botol, Teater Cetik Croncong Polo dan Teater Batasan yang Tak Terlihat.

“Pementasan ini bertujuan untik memenuhi kebutuhan dunia kerja, salah satunya guru seni budaya. Yang dituntut tidak hanya cakap dalam pembelajaran teori tapi juga  melakukan penciptaaan karya seni dan prakarya,” jelas I Putu Ardiyasa, M.Sn., Kaprodi Pendidikan Seni dan Budaya Keagamaan Hindu.

Pentas Teater Batasan yang Tak Terlihat | Foto: tatkala.co/Son

Karya-karya itu digarap oleh mahasiswa secara langsung sebagai output belajar mereka beberapa bulan pada tahun ajaran tahun ini. Pada teater yang digarap oleh Luh Budiasa misalnya, ia mencoba menceritakan bagaimana kepelikan seorang perempuan dalam menatap—menghadapi hidup penuh konflik batin karena persoalan di luar dari dirinya.

Ada tiga pemain dalam pementasan teater itu, yakni Luh Budiasa sendiri—sebagai pemeran utamanya, Kadek Pipin Dwi Mentari sebagai pembaca naskah dan Komang Ayu Sri Wardani sebagai sesosok bayangan hitam.

“Batasan yang tak terlihat ini merupakan sebuah karya yang menggali pengalaman dan perjuangan seorang perempuan yang menghadapi berbagai keterbatasan dealam kehidupan,” kata Luh Budiasa.

Di atas panggung, Luh Budiasa menjadi sesosok—yangmenceritakan perjalanan batin seorang perempuan yang berusaha untuk melampaui segala bentuk batasan-batasan penghalang dalam hidup. Batasan dalam hal ini, tentu bukan saja menyoal fisik tubuh, tetapi bagaimana juga bersifat psikologis dan emosional. Batasan-batasn itu kemudian digambarkannya dengan sesosok hitam atau gelap.

Budiasa menegaskan, perempuan sering kali harus menanggung ekspektasi yang tidak sesuai dengan keinginan pribadi mereka karena terhalang oleh sesuatu yang lebih katos atau keras, yaitu seabrek peraturan dan norma, bahkan kerja-kerja terkait adat pun demikian.

Membayangkannya, Budiasa seakan berekstaksi sehingga gerak tubuh dalam teaternya menjadi sangat liat dan geliat. Betapa lenturnya tubuh Budiasa, dan sesosok hitam itu semakin ganas. Bayangan hitam itu kemudian menjelma menjadi rasa takut yang mengikatnya di kursi duduk.

Pentas Teater Batasan yang Tak Terlihat | Foto: tatkala.co/Son

Sosok perempuan itu dihantam pisau. Darah merembas dari dadanya. Teater itu berakhir dengan perempuan itu mati di tangan ketakutannya sendiri setelah menghentikan gerak tubuhnya. Menghentikan mimpinya.

“Sesosok hitam itu, selain tentang norma atau lainnya. Tetapi juga tentang ketakutan perempuan itu sendiri!” tegas Luh Budiasa.

Depresi dan Pelariannya

Sementara pada pementasan lain, monolog berjudul “Dunia di Balik Botol” karya Gede Arya Suryantika menceritakan penyakit mental pada seorang lelaki penuh depresi sebab tuntutan dunia luar, dunia kerja, pergaulan, kuliah, keluarga dan banyak hal yang harus ditanggung oleh seorang lelaki agar perfeksionis.

Lelaki itu tak sanggup bersaing dan percaya diri akhirnya, lalu mencelupkan dirinya ke dalam botol minuman keras. Menjadi seorang alkoholik di kemudian hari yang panjang. Datar.

Panggung menjadi gelap juga areal tempat duduk para penonton. Lampu menyala kemudian menembak seorang lelaki putus asa itu di depan dua botol, di depan sebuah meja.

Monolog Dunia di Balik Botol | Foto: tatkala.co/Son

Beberapa kali ditengguknya minuman itu. Ia meracau tak henti mengeluaskan percakapan sendiri, percakapan tentang sakit dirinya, diri paling sakit.

“Dulu aku minum karena aku bahagia. Segelas untuk kegembiraan. Tapi sekarang? Aku minum karena aku takut. Takut pada apa yang ada di luar sana. Dunia itu keras, tahu? Orang-orang penuh tuntutan!” kata Arya saat monolog, nyambi menenteng botol minuman.

Arya kemudian berdiri dengan kepalanya terhuyung. Aduh, hyung. Dunia seakan mencekam di kepalanya begitu keras. Minuman dalam botol itu ditenggaknya tak henti. Cahaya panggung berkedip gelap terang.

Kata-kata keluar semakin dahsyat, laki-laki itu semakin depresi—seakan tak sanggup menghadapi kenyataan lebih pahit tanpa mabuk.

Monolog Dunia di Balik Botol | Foto: tatkala.co/Son

Satu botol habis diminum lalu dibuang dan nyaris pecah. Ketakutan semakin mencekam di urat nadinya. Lantas ia menjerit memegang kepalanya. Dunia seakan kacau di kepalanya. Menggedor pikirannya. Ia bersimpuh kemudian selayaknya hamba di hadapan botol yang masih tersisa di atas meja. Ditenggaknya lagi. Lalu meracau…

“Aku mau pulang. Aku mau pulang. Aku mau pulang…” kata lelaki itu sebelum tertawa.

Lampu perlahan meredup, senyap, gelap total. Tepuk tangan menimpuginya kemudian, dan lampu menjadi terang.

Di samping panggung—setelah pentas, ada yang bertanya penuh penasaran, “Apa yang ada di dalam botol tadi?”

“Es teh!” kata Arya. [T]

Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Adnyana Ole

Pentas Karya Mahasiswa PSBKH STAHN Mpu Kuturan: Mencipta untuk Menemukan Jati Diri dan Menjalin Jejaring Seni
Performance “Batu” : Ketika Perempuan Menatap Tubuhnya Sendiri
“Performing Spiral” dari Josh Marcy: Kesadaran Pada Laku Tubuh dan Ruang — Dari B-Part 2024
Memeluk Masa Lalu dengan Ingatan Yang Sadar: Catatan Festival Kala Monolog
Merayakan Perjalanan Setelah Menonton Pertunjukan Kelas Teater Shiro-San
Yang Terhubung: Ancaman dan Harapan | Catatan Pentas Kala Teater
Tags: kesenian baliMonologSTAHN Mpu KuturanTeater
Previous Post

Kembalinya Sistem Pemerintahan Adat Baduy

Next Post

Ibu, Komunikator Pertama dalam Kehidupan

Sonhaji Abdullah

Sonhaji Abdullah

Kontributor tatkala.co

Next Post
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

Ibu, Komunikator Pertama dalam Kehidupan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co